L.M. Idrus Effendi
La Ode Muhammad Idrus Effendi (15 April 1925 – 10 Juni 1965) adalah pejuang yang berasal dari Muna untuk mempertahankan kemerdekaan. Pada tahun 1955, dia terpilih sebagai anggota Konstituante dengan suara sebesar 31.988.
La Ode Idrus Effendi | |
---|---|
Anggota Konstituante | |
Masa jabatan 9 November 1956 – 5 Juli 1959 | |
Presiden | Soekarno |
Informasi pribadi | |
Lahir | Raha, Hindia Belanda | 15 April 1925
Meninggal | 10 Juni 1965 Sulawesi Tenggara | (umur 40)
Suami/istri | Wa Ode Anifa |
Anak |
|
Almamater | Universitas Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan Awal
La Ode Muhammad Idrus Effendi dilahirkan di Raha pada tanggal 15 April 1925. Ayahnya bernama La Ode Ipa dan ibunya bernama Wa Mponiki. L.M. Idrus Effendi menempuh pendidikan dasarnya di HIS kemudian melanjutkan ke Malang di sekolah He Hanel School. Setamatnya dari pendidikan dasar, beliau melanjutkan pendidikan tingginya di Akademi Wartawan Jakarta dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.[1]
Masa Mempertahankan Kemerdekaan
Berita proklamasi kemerdekaan baru tiba di Muna pada akhir Agustus 1945. Setelah berita proklamasi kemerdekaan sampai ke Muna, La Ode Muhammad Idrus Effendi memimpin pengibaran bendera merah putih di Tampo, Muna untuk mengumumkan bahwa Muna merupakan bagian dari Indonesia.[2] Pada tanggal 27 Agustus 1945, La Ode Muhammad Idrus Effendi mendirikan organisasi perjuangan pemuda Muna yang dinamakan dengan Barisan Dua Puluh yang bertujuan untuk menghadapi kemunculan Belanda. Barisan Dua Puluh terdiri atas anggota-anggota OPRI, PMI, PETA, dan Eks Heiho dimana masing-masing direkrut lima orang sehingga mencapai 20 orang. Dengan bertambahnya anggota, maka La Ode Muhammad Idrus Effendi membentuk Batalyon Sadar pada tanggal 12 Mei 1947 dimana barisan dua puluh menjadi bagiannya.[1]
Barisan Dua Puluh mengadakan demonstrasi di kota Raha untuk menentang pendirian Negara Indonesia Timur dan menyebarkan pamflet-pamflet dimana L.M. Idrus Effendi memakai nama samaran Siiti Goldaria. Isi pamflet menyatakan bahwa TNI akan mendarat di Muna dan meresahkan pihak NICA. Akibatnya KNIL tidak berani meninggalkan kota Raha. Untuk melawan Belanda, La Ode Idrus Efendi memperoleh bantuan dan pelatihan dari Sersan Mayor Abdul Hamid Langkosono dan pasokan senjata dari Mr. Tadjuddin Noer. Laskar Batalyon Sadar merencakankan serangan serempak ke empat daerah di Muna, Kendari, Kolaka, dan Buton pada tanggal 25 Oktober 1948. Mendengar rencana tersebut, Belanda melakukan penangkapan besar-besaran terhadap 50 anggota Batalyon Sadat termasuk La Ode Muhammad Idrus Effendi lima hari sebelum penyerangan. Mereka ditahan di penjara Buton dan baru dibebaskan pada tanggal 27 Desember 1949.[1]
Setelah Penyerahan Kedaulatan
Batalyon Sadar dibubarkan pada tahun 1950. La Ode Muhammad Idrus Effendi kemudian menjabat sebagai Anggota Dewan Pemerintah Daerah Muna di Raha. Pada tahun 1955, dia terpilih sebagai anggota Konstituante dari perseorangan dengan memperoleh suara sebsar 31.988. Dia merupakan satu dari tiga anggota konstituante yang terpilih melalui jalur perseorangan. Dia juga memimpin majalah teknik permobilan, pimpinan usaha Redaksi Harian Tanah Air di Makassar dari tanggal 10 Maret 1960 hingga meninggal dunia.[1]