Tata Surya

Kumpulan benda langit yang terdiri dari Matahari dan semua obyek yang terikat gaya gravitasinya

Tata Surya (bahasa Inggris: solar system) terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, meteor, asteroid, komet, planet-planet kerdil/katai, dan satelit-satelit alami.

Gambaran umum Tata Surya (digambarkan tidak sesuai skala): Pluto, Neptunus, Uranus, Saturnus, Yupiter, sabuk asteroid, Matahari, Merkurius, Venus, Bumi dan Bulan, dan Mars.

Tata surya dipercaya terbentuk semenjak 4,6 milyar tahun yang lalu dan merupakan hasil penggumpalan gas dan debu di angkasa yang membentuk matahari dan kemudian planet-planet yang mengelilinginya.

Tata surya terletak di tepi galaksi Bima Sakti dengan jarak sekitar 2,6 x 1017 km dari pusat galaksi, atau sekitar 25.000 hingga 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Tata surya mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti dengan kecepatan 220 km/detik, dan dibutuhkan waktu 225–250 juta tahun untuk untuk sekali mengelilingi pusat galaksi. Dengan umur tata surya yang sekitar 4,6 milyar tahun, berarti tata surya kita telah mengelilingi pusat galaksi sebanyak 20–25 kali dari semenjak terbentuk.

Tata surya dikekalkan oleh pengaruh gaya gravitasi matahari dan sistem yang setara tata surya, yang mempunyai garis pusat setahun kecepatan cahaya, ditandai adanya taburan komet yang disebut awan Oort. Selain itu juga terdapat awan Oort berbentuk piring di bagian dalam tata surya yang dikenali sebagai awan Oort dalam.

Disebabkan oleh orbit planet yang membujur, jarak dan kedudukan planet berbanding kedudukan matahari berubah mengikut kedudukan planet di orbit.


Struktur

 
Perbanding relative masa planet. Jupitar adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkuri dan mars, yang total bersama hanya kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram diatas.
 
Orbit-orbit tata surya dengan skala yang benar
 
Illustrasi skala


Komponen utama sistem tata surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen masa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[1] Jupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari matahari, mencakup kira-kira 90 persen masa selebihnya.

Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit matahari terletak di pada bidang edaran (orbit plane) bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.

Planet-planet dan objek-objek tata surya juga mengorbit mengelilingi matahari (berlawanan arah jarum jam kalau dilihat dari atas kutup utara matahari) Salah satu kekecualian, Komet Halley.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-object tata surya sekelining matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan matahari sebagai salah satu titik focusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari matahari (axis semi-major nya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek dan matahari berubah variasi dalam jangka setahun. Jarak terdekat antar objek dan matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari dinamai aphelion. Semua objek tata surya bergerak tercepat di titik perihelion dan paling lambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram tata surya menunjukan jarak antara orbit-orbit sama antara satu dan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 unit astronomi (AU) lebih dari Merkurius, sedangkan Saturnus adalah 4,3 AU dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 AU dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi antara jarak orbit-orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Hampir semua planet-planet di tata surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang disebut satelit, atau bulan. Beberapa benda-benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkronis, dengan satu wajah berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.


Terminologi

Secara informal, tata surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan Sabuk Asteroid utama. Pada daerah lebih jauh, Tata surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[2] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar tata surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua obyek melampaui Neptunus.[3]

Secara dinamis dan fisik, obyek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan obyek tata surya kecil. Planet adalah sebuah badan yang mengedari matahari dan mempunyai masa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua obyek-obyek kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini, tata surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah demosi dari status planet karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari obyek-obyek sabuk kuiper.[4] Planet kerdil adalah benda angkasa yang mengelilingi matahari, mempunyai massa cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya, dan bukan sebuah satelit.[4] Menurut definisi ini, tata surya memliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, and Eris.[5] Obyek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, and Quaoar. Planet kerdil memiliki orbit di daerah trans-Neptunian biasanya disebut "plutoids".[6] Sisa obyek-obyek lain berikutnya yang mengitari matahari adalah badan tata surya kecil.[4]

Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam tata surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum di bagian dalam tata surya, merupakan bahan bangunan hampir semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah, yang merupakan bagian terbesar dari Yupiter dan Saturnus. Selanjutnya, Es, seperti air, metan, amonia dan karbon dioksida,[7] memiliki titik leleh sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini adalah bagian besar dari satelit planet raksasa, Uranus, Neptunus (yang sering disebut "es raksasa") dan berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.[8]

Istilah 'volatiles' mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di berbagai bagian tata surya.

Zona Planet

 
zona tata surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)

Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat tata surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius (jarak dari matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 AU), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 AU), Bumi (149,6 × 106 km, 1 AU) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 AU). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan masa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.

Antara Mars dan Yupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).

Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 AU), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 AU) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 AU) dengan masa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.

Jarak rata-rata antara planet-planet dan matahari bisa dikira dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan effek resonansi sisa dari awal terbentuknya tata surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.

Matahari

 
Matahari dilihat dari spektrum sinar-X

Matahari adalah bintang induk tata surya, dan merupakan komponen terutama. Bintang ini berukuran 332.830 masa bumi. Masa ini besarnya cukup untuk memberi kepadatan inti yang bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir, dan menyemburkan jumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini pancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetis, termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan dalam kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalah pahaman, dibandingkan dengan bintang-bintang di dalam galaksi Bima Sakti, matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Pengklasifikasian bintang dengan diagram Hertzsprung-Russell, dimana sebuah grafik mencatat nilai luminositas sebuah bintang dengan suhu permukaannya, menempatkan matahari ditengah. Secara umum, bintang yang lebih panas adalah lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini secara umum disebut terletak pada deret utama, dan matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.[9]


Posisi matahari pada deret utama secara umum dipercaya adalah merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari sedang tumbuh lebih cemerlang. Dibandingkan pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen. [10]

Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang beratnya dari hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dari bintang "populasi II".[11] Unsur-unsur yang lebih berat dari Hidrogen dan Helium terbentuk di dalam bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah dulu sebelum alam semesta bisa mengandung unsur-unsur yang berat. Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal tinggi. Tingkat metalitas tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem tata surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[12]


Medium Antarplanet

 
The heliospheric current sheet.

Disamping cahaya, matahari juga memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) secara sinambung, yang dikenal sebagai angin matahari. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1.5 juta kilometer per jam,[13] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah tata surya paling tidak sejauh 100 AU (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet. Badai geomagnetis pada permukaan matahari, seperti semburan matahari (solar flares) dan masa ejeksi korona (coronal mass ejection) membentuk ganguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[14] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis matahari terhadap medium antarplanet.[15][16] Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin matahari. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[17] Interaksi antara angin matahari dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetis bumi.

Heliosfer juga berperan melindungi tata surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar tata surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, shingga derajat radiasi kosmis di dalam tata surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.[18]

Medium antarplanet juga merupakan tempat dua daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan debu zodiac, terletak di tata surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiac. Ini kemungkinasn terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.[19] Daerah kedua membentang antara 10 AU sampai sekitar 40 AU, dan mungkin berasal dari tabrakan mirip tapi di dalam Sabuk Kuiper.[20][21]

Tata Surya bagian dalam

Tata surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, obyek dari tata surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.

Planet-planet bagian dalam

 
Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, and Mars (ukuran menurut skala)

Empat planet bagian dalam atau planet kebumian memiliki komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai bulan dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya diantara matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga 'inferior planet'.

Merkurius

Merkurius (0.4 AU) adalah planet terdekat dari matahari serta juga terkecil (0,055 masa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya disamping kawah meteorid yang diketahui adalah (lobed ridges atau rupes), kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[22] Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin matahari.[23] Besarnya inti besi dan tipisnya kerak merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan (akresi) penuhnya terhambat oleh energi awal matahari.[24][25]

Venus

Venus (0.7 AU) berukuran mirip bumi (0,815 masa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[26] Sejauh ini activitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer venus berasal dari gunung berapi. [27]

Bumi

Bumi adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki activitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diobservasi memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[28] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam tata surya.

Mars

Mars (1.5 AU) berukuran lebih keci dari bumi dan Venus (0,107 masa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[29] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi mars.[30]

Sabuk Asteroid

 
Image of the main asteroid belt and the Trojan asteroids

Asteroid secara umum adalah obyek tata surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku. [31]

Sabuk asteroid utama terletak diantar orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 AU dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi tata surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter. [32]

Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai obyek kecil tata surya (small Solar System bodies). Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygieia mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai equilibrium hidrostatik. [33]

Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan obyek yang berdiameter satu kilometer.[34] Meskipun demikian, masa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu masa bumi.[35] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 and 10-4 m disebut meteorid. [36]

Ceres
 
Ceres

Ceres (2.77 AU) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke 19, tetapi direklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[37] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.

Kelompok Asteroid

Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. Bulan asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari bulan-bulan planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi. [38]

Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakang sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk obyek-obyek kecil pada titik langrange dari sebuah planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang artinya kelompok ini mengedari matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.

Bagian dalam tata surya juga dipenuhi oleh (rouge asteroids), yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.

Tata Surya bagian luar

Pada bagian luar dari tata surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk centaurs, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung volatiles yang lebih tinggi (contoh: air, amonia, metan, yang sering disebut es dalam peristilahan ilmu keplanetan) dibandingkan planet batuan di bagian dalam tata surya.

Planet-planet luar

 
Gas-gas raksasa

Keempat planet luar, atau gas raksasa (yang disebut juga planet jovian), secara keseluruhan mencakup 99 persen masa yang mengorbit matahari. Jupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; uranus dan neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[39] Keempat gas raksasa ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.

Jupiter

Jupiter (5.2 AU), pada 318 kali masa bumi, planet ini adalah 2,5 kali masa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam jupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Jupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[40] Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di tata surya, berukuran lebih besar dari merkurius.

Saturnus

Saturnus (9.5 AU) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Jupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume jupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga jupiter atau 95 kali masa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di tata surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua diantaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja.[41] Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di tata surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.

Uranus

Uranus (19.6 AU) yang bermasa 14 kali masa bumi, adalah planet yang paling ringan diantar planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari matahari dengan bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[42] Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.

Neptunus

Neptunus (30 AU) yang meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, bermasa lebih tinggi (17 kali masa bumi) sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Jupiter atau Saturnus.[43] Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[44] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya retrograde (terbalik arah). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki 1:1 resonance dengan Neptunus.

Komet

 
Comet Hale-Bopp

Komet adalah badan tata surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es (volatiles ices). Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelionnya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki tata surya bagian dalam, dekatnya jarak dari matahari menyebabkan permukaan es-nya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[45] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar tata surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[46] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[47]

Centaurs

Centaurs adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar dari Yupiter (5,5 AU) dan lebih kecil dari Neptunus (30 AU). Centaur terbesar yang diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[48] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau mendekati matahari.[49] Beberapa astronom mengklasifikasikan centaurs sebagai obyek sebaran-kedalam sabuk kuiper (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[50]

Daerah Trans-Neptunus

 
Plot of all known Kuiper belt objects, set against the four outer planets
 
Diagram showing the resonant and classical Kuiper belt divisions

Daerah yang terletak jauh melebihi Neptunus, atau daerah trans-neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermasa jauh lebih kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar tata surya (outer solar system), meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak melebihi sabuk asteroid.

Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 dan 50 AU, dan terdiri dari badan tata surya kecil (small Solar System bodies). Meski demikian, obyek kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 obyek sabuk kuiper yang berdiameter lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan masa total sabuk kuiper hanya sepersepuluh masa bumi.[51] Banyak obyek kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit diluar bidang eliptika.

Sabuk kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi "sabuk klasik" dan (resonances). Resonances adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tigaorbit neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonance yang pertama bermula pada neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonance dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 AU sampai 47,7 AU.[52] Anggota dari sabuk klassik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [53]

Pluto dan Charon
 
Pluto dan ketiga bulannya

Pluto (rata-rata 39 AU), sebuah planet kerdil, adalah obyek terbesar sejauh ini di sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang ke sembilan, definisi ini diganti pada tahun 2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bidang ekliptika) dan berjarak 29.7 AU dari matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 AU pada titik aphelion.

Tidak jelas apakah Charon, bulan Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitas diatas permukaanya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua bulan yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berarti pluto mengedari matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Obyek sabuk kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang same disebut plutinos.[54]

Haumea and Makemake

Haumea (rata-rata 43.34 AU) dan Makemake (rata-rata 45.79 AU) adalah dua obyek terbesar sejauh ini di dalam sabuk kuiper klasik. Haumea adalah sebuah obyek berbentuk telur dan memiliki dua bulan. Makemake adalah obyek paling cemerlang di sabuk kuiper setelah Pluto. Pada awalnya didesignasi 2003 EL61 and 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih membujur dari Pluto (28° and 29°) [55] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Obyek sabuk Kuiper klasik.

Piringan Tersebar

 
Black: scattered; blue: classical; green: resonant
 
Eris and its moon Dysnomia

Piringan Tersebar menindih sabuk kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Obyek Piringan Tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan Obyek Piringan Tersebar (scattered disc objects; SDOs) memiliki perihelion di dalam sabuk kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 AU dari matahari. Orbit SDOs' juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekleptika dan sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan Piringan Tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk kuiper dan menjuluki Piringan Tersebar sebagai Obyek Sabuk Kuiper Tersebar (scattered Kuiper belt objects) [56]

Eris

Eris (rata-rata 68 AU) adalah obyek Piringan Tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet,karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar 2400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang diketahui dan memiliki satu bulan Dysnomia.[57] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38.2 AU (mirip jarak Pluto ke matahari) dan titik aphelion 97,6 AU dengan bidang ekliptika sangat membujur.

Daerah Terjauh

Titik dimana tata surya berakhir dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin matahari dan gravitasi matahari. Batasan terjauh pengaruh angin matahari kira kira berjarak empat kali jarak Pluto dan matahari. Ini, heliopause, disebut titik permulaan medium antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari (Sun's Roche sphere), jarak effective pengaruh gravitasi matahari, di perkirakan mencakup sekitar seribu kali lebih jauh.


Heliopause

 
The Voyagers entering the heliosheath

Helipause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium ruangantarbintang. Tabrakan ini terjadi pada (termination shock) yang kira kira terletak di 80-100 AU dari matahari pada daerah lawan angin dan sekitar 200 AU dari matahari pada daerah searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi turbulent, membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan kelakuan mirip seperki ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 AU di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus termination shock dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 AU dari matahari. Batasan luar dari heliosphere, heliopause, adalah titik dimana anging matahari berhenti dan ruang antar bintang bermula.

Bentuk dari ujung luar heliosphere kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga medan magnet matahari yang mengarah di sebelah selata. (sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 AU, dan lebih jauh apda hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 AU, terdapat (bow shock), jaluran ombak plasma yang ditinggalkan matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.

Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus helipause pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin matahari. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengmbangkan konsep "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.


Awan Oort

 
Gambaran artis. Awan oort

Secara hipotesa, Awan Oort adalah sebuah masa berukuran raksasa yang terdiri dari bertrilion-trillion obyek-obyek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50,000 (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100,000 (1,87 tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam tata surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima Sakti.[58][59]

Sedna

 
Telescopic image of Sedna

90377 Sedna (rata-rata 525.86 AU) adalah sebuah benda kemerahan mirip pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 AU pada perihelion dan 928 AU pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa sedna tidak merupakan bagian dari Piring tersebar (scattered disc) ataupun sabuk kuiper karena prihelionnya terlalu jauh untuk dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa sedna adalah obyek pertama dari sebuah kelompok baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 AU, aphelion pada 415 AU, dan berjangka orbit 3,420 thaun. Brown menjuluki kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui process yang mirip, meski jauh lebih dekat ke matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatanya masih harus ditentukan dengan pasti.


Batasan-Batasan

Banyak hal dari tata surya kita masih belum diketahui. Medan gravitasi matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125,000 AU). Perkiraan bawah radius awan oort, ditangan yang lain, tidak lebih besar dari 50,000 AU.[60] Sekalipun setelah penemuan Sedna, daera antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu AU, bisa dibilang belum dipetakan. Selain itu juga ada studi yang berjalan mempelajari daerah antara merkurius dan matahari.[61] Objek-objek mungkin masih akan ditemukan di daerah yang belum dipetakan.

Dimensi

Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet :

Karakteristis Merkurius Venus Bumi Mars Jupiter Saturnus Uranus Neptunus
jarak orbit (juta km) (AU) 57,91 (0,39) 108,21 (0,72) 149,60 (1,00) 227,94 (1,52) 778,41 (5,20) 1.426,72 (9,54) 2.870,97 (19,19) 4.498,25 (30,07)
Waktu Edaran(Tahun) (88 d) 0,24 (224 d) 0,62 1,00 1,88 11,86 29,45 84,02 164,79
Eksentrisitas edaran 0,206 0,007 0,017 0,093 0,048 0,054 0,047 0,009
Neigung der Umlaufbahn (°) 7,00 3,39 0,00 1,85 1,31 2,48 0,77 1,77
Jangka Rotasi 58,65 d 243,02 d 23 h 56 min 24 h 37 min 9 h 55 min 10 h 47 min 17 h 14 min 16 h 7 min
Neigung des Äquators zum Orbit (°) 0,00 177,36 23,45 25,19 3,12 26,73 97,86 29,58
Äquatordurchmesser (km) 4.879 12.104 12.756 6.805 142.984 120.536 51.118 49.528
Massa (dibanding Bumi) 0,06 0,81 1,00 0,15 317,8 95,2 14,5 17,1
Mittlere Dichte (g/cm³) 5,43 5,24 5,52 3,93 1,33 0,69 1,27 1,64
Suhu permukaan
min.
mittel
max.

-173 °C
+167 °C
+427 °C

+437 °C
+464 °C
+497 °C

-89 °C
+15 °C
+58 °C

-133°C
-55 °C
+27 °C


-108 °C


-139 °C


-197 °C


-201 °C

Konteks Galaksi

 
Lokasi tata surya di dalam galaksi Bima Sakti
 
Lukisan artist dari Gelembung Local (local Bubble)

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar bintang.[62] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut Lengan Orion atau 'Local Spur'.[63] Letak Matahari berjarak antara 25,000 dan 28,000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2200 kilometer per detik. Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi tata surya.[64] Apex matahari, arah jalur matahari di ruang semesta, dekat letaknya dengan konstelasi Hercules terarah pada posisi akhir bintang Vega.[65]

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.[66] Tata Surya juga terletak jauh dari daerah padat bintang di pusak galaksi. Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi. Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga mempengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah mempengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah matahari dalam bentuk debu radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip komet. [67]

Daerah Lingkungan Sekitar

Daerah lingkuan terdekat sekitar tata surya dinamai awan antarbintang local (Local Interstellar Cloud atau Local Fluff). Daerah ini berawan padat, yang merupakan bagian daerah diketahui gersang bernama Gelembung Local (Local Bubble). Daerah Gelembung Local ini berbentuk mirip jam pasir pada medium antarbintang dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[68]

Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 trilliun km) dari matahari, jumlah bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjarak 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang ganda mirip dengan matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya. Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Bernad (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermasa dua kali masa matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[69] Bintang tunggal terdekat yang mirip matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira-kira berukuran 80% berat matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[70] Planet luar tata surya terdekat dari matahari, yang diketahui sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit lebih pudar dan lebih merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah dipastikan , bernama Epsilon Eridani b, kurang lebih berukuran 1,5 kali masa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[71]

Asal Usul Tata Surya

Banyak hipotesis tentang asal usul tata surya telah dikemukakan para ahli, diantaranya :

Hipotesis Nebula

Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Immanuel Kant(1724-1804) pada tahun 1775. Kemudian hipotesis ini disempurnakan oleh Pierre Marquis de Laplace pada tahun 1796. Oleh karena itu, hipotesis ini lebih dikenal dengan Hipotesis nebula Kant-Laplace. Pada tahap awal tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula. Unsur gas sebagian besar berupa hidrogen. Karena gaya gravitasi yang dimilikinya, kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu. Akibatnya, suhu kabut memanas dan akhirnya menjadi bintang raksasa yang disebut matahari. Matahari raksasa terus menyusut dan perputarannya semakin cepat. Selanjutnya cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam. Dengan cara yang sama, planet luar juga terbentuk.

Hipotesis Planetisimal

Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.


Hipotesis Kondensasi

Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.

Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya tata surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. serpihan itu akan terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya

Sejarah penemuan

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.

Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543) sebelumnya. Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.

Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya

Pada 1781, William Hechell (1738-1782) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.

Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.


Referensi

  1. ^ M Woolfson (2000). "The origin and evolution of the solar system". Astronomy & Geophysics. 41: 1.12. doi:10.1046/j.1468-4004.2000.00012.x. 
  2. ^ nineplanets.org. "An Overview of the Solar System". Diakses tanggal 2007-02-15. 
  3. ^ Amir Alexander (2006). "New Horizons Set to Launch on 9-Year Voyage to Pluto and the Kuiper Belt". The Planetary Society. Diakses tanggal 2006-11-08. 
  4. ^ a b c "The Final IAU Resolution on the definition of "planet" ready for voting". IAU. 2006-08-24. Diakses tanggal 2007-03-02. 
  5. ^ "Dwarf Planets and their Systems". Working Group for Planetary System Nomenclature (WGPSN). U.S. Geological Survey. 2008-11-07. Diakses tanggal 2008-07-13. 
  6. ^ "Plutoid chosen as name for Solar System objects like Pluto". International Astronomical Union (News Release - IAU0804). June 11, 2008, Paris. Diakses tanggal 2008-06-11. 
  7. ^ Feaga, L (2007). "Asymmetries in the distribution of H2O and CO2 in the inner coma of Comet 9P/Tempel 1 as observed by Deep Impact". Icarus. 190: 345. Bibcode:2007Icar..190..345F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.009. 
  8. ^ Michael Zellik (2002). Astronomy: The Evolving Universe (edisi ke-9th). Cambridge University Press. hlm. 240. ISBN 0521800900. OCLC 223304585 46685453 Periksa nilai |oclc= (bantuan). 
  9. ^ Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A. (2001). "The Second Guide Star Catalogue and Cool Stars". Perkins Observatory. Diakses tanggal 2006-12-26. 
  10. ^ Nir J. Shaviv (2003). "Towards a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger Solar Wind". Journal of Geophysical Research. 108: 1437. doi:10.1029/2003JA009997. Diakses tanggal 20090126. 
  11. ^ T. S. van Albada, Norman Baker (1973). "On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters". Astrophysical Journal. 185: 477–498. doi:10.1086/152434. 
  12. ^ Charles H. Lineweaver (2001-03-09). "An Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quantifying Metallicity as a Selection Effect". University of New South Wales. Diakses tanggal 2006-07-23. 
  13. ^ "Solar Physics: The Solar Wind". Marshall Space Flight Center. 2006-07-16. Diakses tanggal 2006-10-03. 
  14. ^ Phillips, Tony (2001-02-15). "The Sun Does a Flip". Science@NASA. Diakses tanggal 2007-02-04. 
  15. ^ A Star with two North Poles, April 22, 2003, Science @ NASA
  16. ^ Riley, Pete; Linker, J. A.; Mikić, Z., "Modeling the heliospheric current sheet: Solar cycle variations", (2002) Journal of Geophysical Research (Space Physics), Volume 107, Issue A7, pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI 10.1029/2001JA000299. (Full text)
  17. ^ Lundin, Richard (2001-03-09). "Erosion by the Solar Wind". Science 291 (5510): 1909. DOI:10.1126/science.1059763  abstract  full text.
  18. ^ Langner, U. W. (2005). "Effects of the position of the solar wind termination shock and the heliopause on the heliospheric modulation of cosmic rays". Advances in Space Research. 35 (12): 2084–2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.005. Diakses tanggal 2007-02-11. 
  19. ^ "Long-term Evolution of the Zodiacal Cloud". 1998. Diakses tanggal 2007-02-03. 
  20. ^ "ESA scientist discovers a way to shortlist stars that might have planets". ESA Science and Technology. 2003. Diakses tanggal 2007-02-03. 
  21. ^ Landgraf, M. (2002). "Origins of Solar System Dust beyond Jupiter". The Astronomical Journal. 123 (5): 2857–2861. doi:10.1086/339704. Diakses tanggal 2007-02-09. 
  22. ^ Schenk P., Melosh H.J. (1994), Lobate Thrust Scarps and the Thickness of Mercury's Lithosphere, Abstracts of the 25th Lunar and Planetary Science Conference, 1994LPI....25.1203S
  23. ^ Bill Arnett (2006). "Mercury". The Nine Planets. Diakses tanggal 2006-09-14. 
  24. ^ Benz, W., Slattery, W. L., Cameron, A. G. W. (1988), Collisional stripping of Mercury's mantle, Icarus, v. 74, p. 516–528.
  25. ^ Cameron, A. G. W. (1985), The partial volatilization of Mercury, Icarus, v. 64, p. 285–294.
  26. ^ Mark Alan Bullock. "The Stability of Climate on Venus" (PDF). Southwest Research Institute. Diakses pada 26 Desember 2006.
  27. ^ Paul Rincon (1999). "Climate Change as a Regulator of Tectonics on Venus" (PDF). Johnson Space Center Houston, TX, Institute of Meteoritics, University of New Mexico, Albuquerque, NM. Diakses tanggal 2006-11-19. 
  28. ^ Anne E. Egger, M.A./M.S. "Earth's Atmosphere: Composition and Structure". VisionLearning.com. Diakses tanggal 2006-12-26. 
  29. ^ David Noever (2004). "Modern Martian Marvels: Volcanoes?". NASA Astrobiology Magazine. Diakses tanggal 2006-07-23. 
  30. ^ Scott S. Sheppard, David Jewitt, and Jan Kleyna (2004). "A Survey for Outer Satellites of Mars: Limits to Completeness". The Astronomical Journal. Diakses tanggal 2006-12-26. 
  31. ^ "Are Kuiper Belt Objects asteroids? Are large Kuiper Belt Objects planets?". Cornell University. Diakses tanggal 2009-03-01. 
  32. ^ Petit, J.-M.; Morbidelli, A.; Chambers, J. (2001). "The Primordial Excitation and Clearing of the Asteroid Belt" (PDF). Icarus. 153: 338–347. doi:10.1006/icar.2001.6702. Diakses tanggal 2007-03-22. 
  33. ^ "IAU Planet Definition Committee". International Astronomical Union. 2006. Diakses tanggal 2009-03-01. 
  34. ^ "New study reveals twice as many asteroids as previously believed". ESA. 2002. Diakses tanggal 2006-06-23. 
  35. ^ Krasinsky, G. A. (2002). "Hidden Mass in the Asteroid Belt". Icarus. 158 (1): 98–105. doi:10.1006/icar.2002.6837. 
  36. ^ Beech, M. (1995). "On the Definition of the Term Meteoroid". Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society. 36 (3): 281–284. Diakses tanggal 2006-08-31. 
  37. ^ "History and Discovery of Asteroids" (DOC). NASA. Diakses tanggal 2006-08-29. 
  38. ^ Phil Berardelli (2006). "Main-Belt Comets May Have Been Source Of Earths Water". SpaceDaily. Diakses tanggal 2006-06-23. 
  39. ^ Jack J. Lissauer, David J. Stevenson (2006). "Formation of Giant Planets" (PDF). NASA Ames Research Center; California Institute of Technology. Diakses tanggal 2006-01-16. 
  40. ^ Pappalardo, R T (1999). "Geology of the Icy Galilean Satellites: A Framework for Compositional Studies". Brown University. Diakses tanggal 2006-01-16. 
  41. ^ J. S. Kargel (1994). "Cryovolcanism on the icy satellites". U.S. Geological Survey. Diakses tanggal 2006-01-16. 
  42. ^ Hawksett, David; Longstaff, Alan; Cooper, Keith; Clark, Stuart (2005). "10 Mysteries of the Solar System". Astronomy Now. Diakses tanggal 2006-01-16. 
  43. ^ Podolak, M.; Reynolds, R. T.; Young, R. (1990). "Post Voyager comparisons of the interiors of Uranus and Neptune". NASA, Ames Research Center. Diakses tanggal 2006-01-16. 
  44. ^ Duxbury, N.S., Brown, R.H. (1995). "The Plausibility of Boiling Geysers on Triton". Beacon eSpace. Diakses tanggal 2006-01-16. 
  45. ^ Sekanina, Zdenek (2001). "Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publications of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic. 89 p.78–93. 
  46. ^ Królikowska, M. (2001). "A study of the original orbits of hyperbolic comets". Astronomy & Astrophysics. 376 (1): 316–324. doi:10.1051/0004-6361:20010945. Diakses tanggal 2007-01-02. 
  47. ^ Fred L. Whipple (1992-04). "The activities of comets related to their aging and origin". Diakses tanggal 2006-12-26. 
  48. ^ John Stansberry, Will Grundy, Mike Brown, Dale Cruikshank, John Spencer, David Trilling, Jean-Luc Margot (2007). "Physical Properties of Kuiper Belt and Centaur Objects: Constraints from Spitzer Space Telescope". Diakses tanggal 2008-09-21. 
  49. ^ Patrick Vanouplines (1995). "Chiron biography". Vrije Universitiet Brussel. Diakses tanggal 2006-06-23. 
  50. ^ "List Of Centaurs and Scattered-Disk Objects". IAU: Minor Planet Center. Diakses tanggal 2007-04-02. 
  51. ^ Audrey Delsanti and David Jewitt (2006). "The Solar System Beyond The Planets" (PDF). Institute for Astronomy, University of Hawaii. Diakses tanggal 2007-01-03. 
  52. ^ M. W. Buie, R. L. Millis, L. H. Wasserman, J. L. Elliot, S. D. Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang, A. B. Jordan, K. J. Meech, R. M. Wagner, D. E. Trilling (2005). "Procedures, Resources and Selected Results of the Deep Ecliptic Survey". Lowell Observatory, University of Pennsylvania, Large Binocular Telescope Observatory, Massachusetts Institute of Technology, University of Hawaii, University of California at Berkeley. Diakses tanggal 2006-09-07. 
  53. ^ E. Dotto1, M.A. Barucci2, and M. Fulchignoni (2006-08-24). "Beyond Neptune, the new frontier of the Solar System" (PDF). Diakses tanggal 2006-12-26. 
  54. ^ Fajans, J., L. Frièdland (October 2001). "Autoresonant (nonstationary) excitation of pendulums, Plutinos, plasmas, and other nonlinear oscillators". American Journal of Physics 69 (10): 1096–1102. DOI:10.1119/1.1389278  abstract  full text.
  55. ^ Marc W. Buie (2008-04-05). "Orbit Fit and Astrometric record for 136472". SwRI (Space Science Department). Diakses tanggal 2008-07-13. 
  56. ^ David Jewitt (2005). "The 1000 km Scale KBOs". University of Hawaii. Diakses tanggal 2006-07-16. 
  57. ^ Mike Brown (2005). "The discovery of 2003 UB313 Eris, the 10th planet largest known dwarf planet". CalTech. Diakses tanggal 2006-09-15. 
  58. ^ Stern SA, Weissman PR. (2001). "Rapid collisional evolution of comets during the formation of the Oort cloud". Space Studies Department, Southwest Research Institute, Boulder, Colorado. Diakses tanggal 2006-11-19. 
  59. ^ Bill Arnett (2006). "The Kuiper Belt and the Oort Cloud". nineplanets.org. Diakses tanggal 2006-06-23. 
  60. ^ T. Encrenaz, JP. Bibring, M. Blanc, MA. Barucci, F. Roques, PH. Zarka (2004). The Solar System: Third edition. Springer. hlm. 1. 
  61. ^ Durda D.D.; Stern S.A.; Colwell W.B.; Parker J.W.; Levison H.F.; Hassler D.M. (2004). "A New Observational Search for Vulcanoids in SOHO/LASCO Coronagraph Images". Diakses tanggal 2006-07-23. 
  62. ^ A.D. Dolgov (2003). "Magnetic fields in cosmology". Diakses tanggal 2006-07-23. 
  63. ^ R. Drimmel, D. N. Spergel (2001). "Three Dimensional Structure of the Milky Way Disk". Diakses tanggal 2006-07-23. 
  64. ^ Leong, Stacy (2002). "Period of the Sun's Orbit around the Galaxy (Cosmic Year". The Physics Factbook. Diakses tanggal 2007-04-02. 
  65. ^ C. Barbieri (2003). "Elementi di Astronomia e Astrofisica per il Corso di Ingegneria Aerospaziale V settimana". IdealStars.com. Diakses tanggal 2007-02-12. 
  66. ^ Leslie Mullen (2001). "Galactic Habitable Zones". Astrobiology Magazine. Diakses tanggal 2006-06-23. 
  67. ^ "Supernova Explosion May Have Caused Mammoth Extinction". Physorg.com. 2005. Diakses tanggal 2007-02-02. 
  68. ^ "Near-Earth Supernovas". NASA. Diakses tanggal 2006-07-23. 
  69. ^ "Stars within 10 light years". SolStation. Diakses tanggal 2007-04-02. 
  70. ^ "Tau Ceti". SolStation. Diakses tanggal 2007-04-02. 
  71. ^ "HUBBLE ZEROES IN ON NEAREST KNOWN EXOPLANET". Hubblesite. 2006.  Teks "accessdate-2008-01-13" akan diabaikan (bantuan)

Lihat pula


Pranala luar


Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA