Pertanaman campuran

Revisi sejak 15 Juli 2022 02.02 oleh FianM (bicara | kontrib) (menambahkan isi artikel)

Pertanaman campuran atau polikultur adalah usaha pertanian yang membudidayakan berbagai jenis tanaman pertanian pada lahan yang sama. Sistem ini meniru keanekaragaman ekosistem alami dan menghindari pertanaman tunggal atau monokultur. Tumpang sari dan wanatani termasuk ke dalam praktik pertanaman campuran. Polikultur merupakan salah satu prinsip permakultur.

Tumpang sari lobak dan seledri di Pangalengan, Bandung
Kelapa dan bunga Tagetes erecta di India

Polikultur membutuhkan lebih banyak tenaga kerja, tetapi memiliki keuntungan lebih dibandingkan monokultur:

  • Keanekaragaman tanaman pertanian menghindari penularan penyakit tanaman secara luas seperti yang umum terjadi di pertanian monokultur. Sebuah studi di China melaporkan bahwa penanaman beberapa varietas padi dalam satu lahan meningkatkan hasil dikarenakan turunnya persebaran penyakit, sehingga pestisida tidak dibutuhkan.[1]
  • Keanekaragaman yang lebih tinggi menyediakan habitat bagi mikroorganisme tanah dan polinator yang menguntungkan.

Fungsi

Keberlanjutan sistem pertanian

Pertanaman campuran merupakan salah satu cara meningkatkan keanekaragaman hayati di lahan pertanian secara maksimal. Meningkatnya keanekaragaman hayati menjadi salah satu cara mencapai keberlanjutan pada sistem pertanian.[2]

Kondisi penerapan

Pertanaman campuran merupakan pola tanam yang sesuai diterapkan pada dua kondisi. Pertama, lahan yang digunakan untuk penanaman tidak memiliki ukuran yang luas. Kedua, adanya risiko perubahan harga komoditas pertanian dalam nilai yang besar. Kedua kondisi tersebut didasarkan kepada nilai indeks diversitas tanaman yang berbanding lurus dengan risiko yang ditanggung oleh petani atas komoditas pertaniannya.

Kawasan agropolitan

Pertanaman campuran pada kawasan agropolitan dilakukan secara terus-menerus. Lahan pertanian dimanfaatkan oleh petani setiap hari, Tujuannya untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.[3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (August 17, 2000.) Genetic Diversity and Disease Control in Rice Nature 406, 718 - 722. Diarsipkan 2011-11-18 di Wayback Machine.
  2. ^ Purba, D. W., dkk. (2022). Sistem Pertanian Terpadu: Pertanian Masa Depan (PDF). Yayasan Kita Menulis. hlm. 59. ISBN 978-623-342-385-4. 
  3. ^ Wahyudie, Tri (2020). Reni, Yevina Maha, ed. Penguasaan Lahan dan Konservasi Tanah (PDF). Malang: Ahlimedia Press. hlm. 17. ISBN 978-623-94297-2-0. 

Pranala luar