Sarana Menara Nusantara
PT Sarana Menara Nusantara Tbk adalah sebuah perusahaan penyedia infrastruktur telekomunikasi yang berkantor pusat di Kudus, Jawa Tengah. Hingga akhir tahun 2021, melalui Protelindo, perusahaan ini mengoperasikan 28.698 unit menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia.[2][3] Perusahaan ini adalah bagian dari Djarum Group.
Perusahaan publik | |
Kode emiten | IDX: TOWR |
Industri | Telekomunikasi |
Didirikan | 27 September 2006 |
Kantor pusat | Kudus, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Ferdinandus Aming Santoso[1] (Direktur Utama) Tonny Kusnadi[1] (Komisaris Utama) |
Produk | Menara telekomunikasi dan jaringan kabel serat optik |
Pendapatan | Rp 8,635 triliun (2021)[2] |
Rp 3,417 triliun (2021)[2] | |
Total aset | Rp 65,829 triliun (2021)[2] |
Total ekuitas | Rp 12,062 triliun (2021)[2] |
Pemilik | PT Sapta Adhikari Investama (54,36%) |
Karyawan | 1.844 (2021)[2] |
Anak usaha | PT Profesional Telekomunikasi Indonesia |
Situs web | www |
Sejarah
Perusahaan ini didirikan pada bulan Juni 2008, dan dua bulan kemudian, perusahaan ini mengakuisisi 99,999% saham Protelindo. Pada bulan Maret 2010, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 2012, Protelindo Towers B.V. menyelesaikan akuisisi terhadap 261 unit menara telekomunikasi milik KPN di Belanda. Pada bulan Juli 2015, Protelindo mengakuisisi 100% saham PT iForte Solusi Infotek, yang memiliki PT iForte Global Internet. Pada tahun 2016, Protelindo menyelesaikan penjualan seluruh saham Protelindo Luxembourg dalam Protelindo Netherlands ke Cellnex Telecom S.A. Protelindo kemudian juga menyelesaikan pembelian 2.500 unit menara telekomunikasi milik XL Axiata, dengan XL Axiata menyewa 2.433 unit menara telekomunikasi di antaranya untuk jangka waktu 10 tahun. Pada tanggal 30 Mei 2018, Protelindo mengakuisisi 100% saham PT Komet Infra Nusantara, yang sebelumnya dipegang oleh PT Telekom Infranusantara dan PT Menara Telekomunikasi Indonesia, dengan harga Rp. 1,4 triliun. Lebih dari 50% menara telekomunikasi milik PT Komet Infra Nusantara terletak di luar Pulau Jawa.[4] Pada tanggal 14 Oktober 2019, Protelindo resmi membeli 1.000 unit menara telekomunikasi milik Indosat Ooredoo dengan harga Rp. 1,95 triliun. Indosat Ooredoo kemudian juga resmi menyewa seluruh menara telekomunikasi yang telah mereka jual tersebut untuk jangka waktu 10 tahun.[5] Pada tanggal 21 Desember 2019, Protelindo mengakuisisi 51% saham PT Istana Kohinoor. Pada tanggal 30 September 2020, Protelindo juga menyelesaikan akuisisi terhadap 1.646 unit menara telekomunikasi milik XL Axiata. Pada tanggal 1 Oktober 2021, Protelindo menyelesaikan akuisisi terhadap 94,03% saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk dengan harga Rp 16,7 triliun.[2][3]
Catatan laba
Pada tahun 2013, SMN mencatat laba bersih perusahaan berjumlah Rp 164,66 miliar turun dari 346,29 miliar pada tahun 2012.[6] Berarti jumlah prosentase peurunan sebesar 52,45%. Sebenarnya pendapatan perseroan pada tahun 2013 naik sebesar 41,14% yaitu menjadi Rp 3,19 triliun dibandingakan tahun 2012 sebesar Rp 2,27 triliun tetapi beban pokok yang ditanggung akibat beban penjualan dan pemasaran meningkat 41,59% menjadi Rp 338,59 miliar dari Rp 239,14 miliar.[6] Kerugian pada tahun 2013 pun ikut mempengaruhi dengan prosentase sebesar 192,46% menjadi Rp 948,28 miliar dari Rp 324,24 miliar.[6] Akibatnya, laba usaha perseroan merosot 21,07% menjadi Rp 775,32 miliar dari Rp 982,31 miliar.[6]
Pada tahun 2014 peningkatan laba bersih kembali meningkat hingga berjumlah Rp 840,66 miliar atau sebesar 398,87 persen dari laba sebelumnya sebesar Rp168,51 miliar di 2013.[7] Faktor kenaikan laba disebabkan kerugian yang turun drastis menjadi Rp275,42 miliar dari Rp 948,28 miliar di akhir 2013.[7]
Pemegang saham
Pemegang saham SMN hingga pada tahun 2013 di antaranya adalah Tricipta Mandhala Gumilang sebesar 16.68%, Caturguwiratna Sumapala sebesar 16,03%, Pershing Ltd Main Custody Account sebesar 6.32%, dan publik di bawah 5% sebesar 61,73%.[8]
Namun, pada tahun 2014 terdapat perubahan pemegang saham disebabkan restrukturisasi pemegang saham.[9] Dua pemegang saham utama SMN telah menjual sahamnya dengan total nilai mencapai Rp13,68 triliun.[9] Perusahaan itu adalah pertama PT Tricipta Mandhala Gumilang yang menjual 1,7 miliar lembar saham di harga Rp 4.100 per saham.[9] Berarti total yang dijual ke dalam rupiah adalah Rp 6,979 triliun.[9] Kedua adalah PT Caturguwiratna Sumapala yang menjual sebanyak 1,64 miliar lembar saham (16,03 persen) dengan harga sama.[9] Dengan demikian, total transaksi Caturguwiratna mencapai Rp6,7 triliun.[9] Baik Caturguwiratna maupun Tricipta adalah dua perusahaan milik Djarum Group.[9] Dan mulai pada tahun 2014, Djarum melakukan konsolidasi saham kepada PT Sapta Adhikari Investama.[9]
Referensi
- ^ a b "Komisaris & Direksi". PT Sarana Menara Nusantara Tbk. Diakses tanggal 24 Juli 2022.
- ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan 2021" (PDF). PT Sarana Menara Nusantara Tbk. Diakses tanggal 24 Juli 2022.
- ^ a b "Sekilas Perusahaan". PT Sarana Menara Nusantara Tbk. Diakses tanggal 24 Juli 2022.
- ^ "Sarana Menara Nusantara (TOWR) rampungkan akuisisi Komet Infra Nusantara". KKontanco.id. 4 Juni 2018. Diakses tanggal 16 Januari 2020.
- ^ "Grup Djarum Tuntaskan Akuisisi Menara Telekomunikasi Indosat". Investor Daily Indonesia. 1 Desember 2019. Diakses tanggal 16 Januari 2020.
- ^ a b c d "2013, Laba Bersih Sarana Menara Nusantara Anjlok". Bisnis. 04/03/2014.
- ^ a b "Laba Bersih Sarana Menara Nusantara Meroket 398 Persen". Metro TV. 26/03/2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-27. Diakses tanggal 2015-05-06.
- ^ "Transaksi Saham Sarana Menara Capai Rp 1 Triliun di Pasar Nego". Liputan 6.
- ^ a b c d e f g h "Dua Pemilik TOWR Jual Saham Rp 13,68 Triliun". Okezone. 12/09/2014.