Suku Tumi

suku bangsa yang telah punah di Indonesia
Revisi sejak 26 Juli 2022 10.14 oleh 114.125.252.145 (bicara) (Tidak relevan)


Suku Tumi (bahasa Lampung: Jeghema Tumi) adalah suku yang diyakini merupakan nenek moyang sebagian dari orang Lampung saat ini. Orang Tumi kemungkinan berasal dari India Selatan yang datang ke Nusantara beberapa milenium sebelum masehi. Suku Tumi dahulu bermukim di wilayah sekitar lereng gunung Pesagi dan danau Ranau di Kabupaten Lampung Barat tepatnya di daerah Kenali, Belalau, Lampung Barat Sekarang[1].

Suku Tumi
Jeghema Tumi
Bahasa
Tumi (kemungkinan)
Sanskerta
Agama
Animisme, Dinamisme (hingga abad ke-3)
Hindu (abad ke-3 sampai abad ke-16)
Islam (setelah abad ke-16)
Kelompok etnik terkait
Tamil (diyakini sebagai asal-usul orang Tumi)
Lampung (diyakini sebagai keturunan orang Tumi)

Etimologi

Menurut Ahmad Safei, Saibatin Kepaksian Buay Belunguh, nama Tumi berasal dari kata Tamil yakni sebuah suku bangsa yang mendiami India bagian selatan dan diyakini orang Tumi merupakan bagian dari orang Tamil yang mendiami wilayah Lampung dahulu.[2]

Sejarah Kebudayaan

Budaya tidak bisa dipisahkan dari dua hal, yakni keberadaan Suku Tumi di Gunung Pesagi, dan kedatangan penyebar Islam di bawah perintah Ratu Ngegalang Paksi beserta keempat putranya, yaitu Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diwai, Umpu Pernong, dan Umpu Nyerupa.[3] Prasasti Hujung Langit dan Batu Brak ialah peninggalan zaman sejarah dan jaman sejarah pra-Islam. Suku Tumi yang beragama Animisme memiliki seperangkat adat dan budaya. Suku Tumi kemudian dikalahkan oleh para Umpu yang juga membawa adat serta budaya yang bersumber dari Islam.[4] Keempat umpu yang mengalahkan seorang laki-laki yang bernama Ratu Sekekhumong, pemimpin terakhir suku Tumi.[5] Ke empat umpu ini lalu membagi wilayah kebesaran, rakyat, senjata-senjata Umpu Belunguh bertahta di Lamban Gedung, Umpu Pernong bertahta di Gedung Dalom, Umpu nyerupa bertahta di Gedung Pakuoh, Umpu bejalan diway bertahta di Lamban Dalom[6]. Paksi Pak artinya 4 (empat) tertinggi, Sakala artinya titisan Brak artinya Dewa[6]. Paksi Pak Sakala Brak yang artinya empat pemegang tertinggi di Kepaksian Sakala Brak[6]. Kepaksian adalah Empat pemegang pucuk tertinggi di dalam adat[6]. Kepaksian Sakala Brak adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam[6]. Didalam perkembangan sejarah dan sebutan terminology sekarang struktur kepaksian, struktur yang di pegang oleh Sultan Saibatin raja adat di kepaksian[6]. Lambang dari Kepaksian Sakala Brak adalah Cambai Mak Bejunjungan, Pohon daun sirih berdiri tegak tampa sandaran[6]. Kepaksian sakala brak adalah nama asli dari pada Struktur Organisasi yang berdiri sejak rabu 24 Agustus 1289 masehi Abad ke-13 masehi[6]. Kerajaan Adat Paksi Pak Sakala Brak sebuah struktur organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bagian daripada pilar-pilar Penguat Kekokohan NKRI, yang terus dipertahankan oleh masyarakat disana, Adat dan Budaya-nya serta kebiasaan-kebiasan yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi masih berjalan hingga sekarang[6].

Kepercayaan

Sejarah Daerah Lampung, Depdikbud (1997) menyebut bahwa dahulu masyarakat Suku Tumi masih menganut kepercayaan Animisme atau Dinamisme sebelum kedatangan agama Hindu dari daratan India sejak abad ke-3 Masehi.

Peninggalan

 
Batu Kepampangan, tempat eksekusi mati peninggalan suku Tumi.

Keberadaan kerajaan Sekala Brak yang dihuni oleh Suku Tumi dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah peninggalan, seperti prasasti, batu-batu, tapak kaki, altar upacara, hingga tempat untuk eksekusi mati yang disebut batu kepampang.[7] Louis-Charles Damais (1995) dalam Epigrafi dan Sejarah Nusantara menyimpulkan, prasasti tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Sekala Brak pada era Suku Tumi.[8]

Referensi