Port Elizabeth, Afrika Selatan

kota di Afrika Selatan

Port Elizabeth (disingkat: PE; dalam bahasa Afrikaans dialek Eastern Cape juga disebut Die Baai, dalam bahasa Inggris sering dieja The Bay dan dalam bahasa Xhosa sebagai IBhayi) adalah sebuah kota di Afrika Selatan, di Provinsi Eastern Cape. Kota pelabuhan ini terletak di pesisir selatan Teluk Algoa di pertemuan Samudera Hindia dan Samudera Atlantik. Port Elizabeth memiliki julukan 'the windy city' (Afrikaans: die winderige stad).

Port Elizabeth didirikan pada tahun 1820 oleh Sir Rufane Shaw Donkin dan sekitar 4000 pemukim Britania. Tempat ini diberi nama demikian untuk memperingati isterinya Elizabeth (bukan Elizabeth I, seperti yang diduga banyak orang). Pada masa Perang Boer Kedua, di kota ini dibangun kamp konsentrasi untuk orang-orang Boer (penutur Afrikaans), yang sampai hari ini masih bisa dilihat. Kota ini juga memiliki lapangan terbang lokal, Bandara Port Elizabeth. Lapangan terbang itu hanya melayani penerbangan dalam negeri. Tiap tahun pengunjung masuk lewat bandara internasional seperti di Johannesburg, Cape Town dan Durban, baru naik penerbangan domestik ke sini.

Data demografi

  • Di kota ini tinggal sekitar 1 juta jiwa. Kota ini terletak di kotamadya Metropol Nelson Mandela dengan 1,5 juta penduduk, bersama dengan Uitenhage dan Despatch.
  • Penduduk kota ini terdiri atas 58,9% kulit putih, 23,48 % kulit berwarna; 16,51% kulit hitam, dan 1,12 % keturunan Asia.
  • Terdapat 26,2% penduduk di bawah 15 tahun; 20,2 % 15-24 tahun; 31,9 % 25-44 tahun, 16,5 % 45-64 % dan 5,3 % lebih dari 65 tahun.
  • Penduduk kota ini 89,4% Kristen; 6,1 % tak beragama; 1,5 % [Islam]]; 0,4 % Yahudi dan 0,3 % Hindu.
  • Bahasa-bahasa yang dituturkan penduduk kota ini adalah Xhosa (57,3%); 29,7% bertutur Afrikaans; 12,1 % bahasa Inggris; 0,3 bertutur Sesotho; 0,1 % bertutur Ndebele dan Zulu. 0,2 bahasa lain.