Siagian

salah satu marga Batak Toba
Revisi sejak 7 Agustus 2022 18.29 oleh Kris Simbolon (bicara | kontrib) (Bijaknya tokoh bermarga Pardosi, disertakan di halaman marga Pardosi.)

Siagian (surat Batak: ᯘᯪᯀᯎᯪᯀᯉ᯲) adalah salah satu marga Batak Toba. Siagian adalah marga yang dipakai oleh sebagian keturunan Raja Siagian hingga saat ini. Marga Siagian berasal dari daerah Balige, Kabupaten Toba.

Siagian
Aksara Batakᯘᯪᯀᯎᯪᯀᯉ᯲
Nama margaSiagian
Nama/
penulisan
alternatif
SGN
Artisi + anggian
(si) anak bungsu
Silsilah
Jarak
generasi
dengan
Siraja Batak
1Siraja Batak
2Raja Isumbaon
3Tuan Sorimangaraja
4Tuan Sorbadibanua
(Nai Suanon)
5Sibagot ni Pohan
6Tuan Dibangarna
7Raja Siagian
Nama lengkap
tokoh
Raja Siagian
Nama istribr. Sibarani
Nama anak1. Raja Partano
Nama boru1. Pinta Omas (menikah dengan Raja Hutahaean)
Kekerabatan
Induk margaTuan Dibangarna
Persatuan
marga
Tuan Dibangarna
Kerabat
marga
Panjaitan (Abang)
Silitonga (Abang)
Sianipar (Adik)
TurunanPapaga Lote
Pandean Duri
Matani ari
binsar
Sibarani
PadanMarpaung (Khusus Siagian Pandean Duri keturunan Raja Situtu/Siagian Huta Gurgur)
Asal
SukuToba
Daerah asalKec. Balige
Kawasan
dengan
populasi
signifikan
Kec. Balige
Kec. Habinsaran
Kec. Nassau
Kec. Pintu Pohan Meranti
Kec. Silaen

Etimologi

Nama Siagian dalam Bahasa Batak Toba secara harfiah merujuk kepada kata si dan anggian yang memiliki arti sebagai seorang anak bungsu Hal tersebut mengacu kepada:

  • Kata si dalam Bahasa Batak Toba merupakan prefiks yang dipakai sebagai penunjuk nama,
  • Kata anggian dalam Bahasa Batak Toba memiliki arti sebagai lebih muda di antara yang bersaudara atau anak bungsu.

Namun dalam kenyataannya Raja Siagian bukanlah anak bungsu dari Tuan Dibangarna. Menurut kisah yang diceritakan turun-temurun dari keturunan Tuan Dibangarna, Raja Siagian sebenarnya adalah anak bungsu Tuan Dibangarna dari istri pertama. Kemudian Tuan Dibangarna menikah lagi dengan seorang wanita boru Pasaribu, yang kediamannya harus dicapai dengan menyeberangi sungai (manaripari sunge, taripar), dan melahirkan anak yang kemudian diberi nama Sianipar. Raja Sianipar lahir setelah ketiga abangnya, Raja Panjaitan, Raja Silitonga, dan Raja Siagian telah dewasa.

Tarombo

Berikut merupakan tarombo (silsilah) keturunan Raja Siagian (Catatan: terdapat banyak versi tarombo. Salah satu yang paling otentik adalah Tarombo Siagian yang disusun 7 Panungganei dan disahkan Kepala Negeri Huta Gurgur pada tahun 1956, lebih pas dibandingkan dengan tarombo yang digambarkan di bawah ini) :

Tuan Dibangarna
Raja PanjaitanRaja SilitongaRaja SiagianRaja Sianipar
Raja Partano
Raja Guringguring Bosi
Raja Ujung
Papaga LotePandean Duri
Batara Guru Somasangkut
Raja SitutuToga SianjurRaja PantunRaja Ega
Raja GinjangRaja SijauRaja NabuntuRaja Pangarobean
(Datu Pamaling)
Raja PaledangRaja Ujung
Raja ManganjuRaja PatualasRaja Mardongan
(Pardosi)
Raja BualbualRaja Dialaman


Menurut silsilah garis keturunan Suku Batak (tarombo), Raja Siagian adalah generasi ketujuh dari Siraja Batak dan anak ketiga dari Tuan Dibangarna.

Dalam perkembangannya, Keturunan Raja Siagian mengklasifikasikan diri ke dalam dua kelompok dan satu sub-marga:

Menurut kisah yang diceritakan turun-temurun dari keturunan Raja Siagian, cicit Pandean Duri yang bernama Raja Mardongan mengalami konflik dengan saudara-saudaranya yang menyebabkan Raja Mardongan pergi meninggalkan kampung Halamannya di Balige dan menetap di wilayah Habinsaran, akibat kekesalan terhadap saudaranya, keturunan Raja Mardongan tidak menggunakan marga Siagian, melainkan marga Pardosi.

Kekerabatan

Keturunan Raja Siagian memiliki hubungan erat dengan marga-marga keturunan Tuan Dibangarna lainnya; keempat marga tersebut (Panjaitan, Silitonga, Siagian, dan Sianipar) memegang teguh ikatan persaudaraan untuk tidak menikah antar satu dengan yang lain. Dikarenakan Raja Siagian merupakan anak ketiga dari Tuan Dibangarna, maka seluruh marga Siagian dianggap lebih muda oleh marga Panjaitan dan Silitonga, dan juga dituakan oleh marga Sianipar. Oleh sebab itu setiap keturunan dari marga Siagian harus memanggil abang/kakak ketika bertemu dengan marga Panjaitan dan Silitonga dan memanggil adik ketika bertemu dengan marga Sianipar tanpa memperhatikan usia.

Raja Siagian menikah dengan br. Sibarani, oleh sebab itu Hulahula (mataniari binsar) dari seluruh marga Siagian adalah marga Sibarani.

Padan

Keturunan Raja Siagian yang terkhusus berasal dari kelompok Pandean Duri keturunan Raja Situtu (Siagian Huta Gurgur) memiliki ikatan Padan (ikrar janji) dengan marga Marpaung. Bagi keturunan Siagian Huta Gurgur memegang teguh padan dengan tidak menikah dengan marga Marpaung. Padan diantara Keturunan Raja Marpaung dikarenakan peperangan dijaman dahulu antara sesama marga yang mengakibatkan Keturunan Raja Marpaung mendapatkan pertolongan dari Keturunan Raja Siagian dari kelompok Pandean Duri keturunan Raja Situtu (Siagian Huta Gurgur).

Tokoh Marga Siagian

Beberapa tokoh bermarga Siagia

Sumber

  • Hutagalung, W.M. (1991), Pustaha Batak Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak, hlm. 229–230 
  • Siahaan, Amanihut N.; Pardede, H. (1957), Sejarah perkembangan Marga - Marga Batak 

Pranala luar