Stasiun Angke

stasiun kereta api di Indonesia

Stasiun Angke (AK) adalah stasiun kereta api kelas II yang terletak di antara perbatasan Kelurahan Jembatan Lima dan Angke, Tambora, Jakarta Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +3 m ini hanya melayani perjalanan KRL Commuter Line saja.

Stasiun Angke
KAI Commuter
C08

Stasiun Angke, 2019
Lokasi
Koordinat6°08′39″S 106°48′02″E / 6.1442937°S 106.8006706°E / -6.1442937; 106.8006706
Ketinggian+3 m
Operator
Letak
Jumlah peron2 (satu peron sisi dan satu peron pulau yang sama-sama tinggi)
Jumlah jalur3 (jalur 2 dan 3: sepur lurus)
LayananKRL Commuter Line
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiII[2]
Sejarah
Dibuka2 Januari 1899; 125 tahun lalu (1899-01-02)[3]
Nama sebelumnyaAngké
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Kampung Bandan
ke arah Cikarang
Commuter Line Cikarang
Full-racket
Cikarang—Kampung Bandan—Cikarang via Pasar Senen—Manggarai
Duri
ke arah Cikarang
Terminus Commuter Line Cikarang
Half-racket
Kampung Bandan
Terminus
Fasilitas dan teknis
Tipe persinyalanElektrik
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sebelum difungsikan sebagai stasiun yang hanya melayani perjalanan KRL Commuter Line, stasiun ini juga pernah melayani perjalanan kereta api lokal yang menuju ke Stasiun Rangkasbitung maupun ke Stasiun Merak, seperti contohnya KA Langsam, KA Banten Ekspres, & KA Patas Merak. Sedangkan, kala itu KRL tidak berhenti/melintas langsung di stasiun ini. Layanan-layanan kereta api lokal ini dihapus pada tanggal 1 April 2017, karena digantikan oleh KRL Commuter Line dengan rute Tanah Abang-Rangkasbitung, & layanan KRL di Stasiun Angke pun akhirnya dibuka.

Sejarah

 
Peta rute Stasiun Angke-Stasiun Batavia Zuid sebelum diputus.

Stasiun ini diresmikan oleh perusahaan Staatssporwegen (SS) pada tanggal 2 Januari 1899, bersamaan dengan pengoperasian jalur KA BataviaRangkasbitung, & hanya melayani angkutan penumpang dari daerah Anyer Kidul ke daerah Batavia saja.[4]

Saat era Hindia Belanda, jalur dari Stasiun Angke yang menuju ke Stasiun Batavia Zuid ini masih melalui Jalan Pasar Asemka. Saat dibuat jalur baru dari Stasiun Angke yang memutar melewati daerah Kota Intan & Kampung Bandan, jalur dari Stasiun Batavia Zuid hingga Jalan Pasar Asemka ini pun diputus (hanya diputus saja). Kemudian, sempat didirikan sebuah stasiun di Jalan Pasar Asemka ini yang diberi nama Stasiun Pasar Pagi, stasiun ini digunakan sebagai stasiun pemberangkatan awal dari kereta-kereta penumpang yang menuju ke Stasiun Tangerang. Stasiun beserta jalur ini dibongkar pada suatu waktu, lalu bekas lokasinya sudah menjadi Pasar Asemka & flyover Jalan Asemka Raya. Masih terdapat pula peninggalan dari jalur ini yang tersisa & masih dapat dilihat, yaitu 2 buah bekas pondasi jembatan rel yang menyebrangi kali Krukut, lokasinya berada di bawah flyover Jalan Asemka Raya.

 
Sisa pondasi jembatan bekas jalur & Stasiun Pasar Pagi (Asemka).
 
Sisa pondasi jembatan kedua bekas jalur & Stasiun Pasar Pagi (Asemka).

Pada awalnya, emplasemen Stasiun Angke diperkirakan memiliki banyak jalur serta memiliki rel cabang. Kala itu, jalur 2 & 3 merupakan sepur lurus yang digunakan untuk lalu-lalang kereta, sedangkan jalur 1 & 4 merupakan sepur belok. Diperkirakan pula terdapat 2 buah lokasi sepur simpan yang digunakan untuk tempat menyimpan/stabling rangkaian gerbong-gerbong barang.[5] Sepur simpan yang pertama posisinya berada di sebelah jalur 4, dengan 2 buah jalur buntu/sepur badug. Dan untuk sepur simpan yang kedua berada di pojok kiri emplasemen stasiun (dari arah Stasiun Duri), dengan 3 buah jalur buntu/sepur badug. Stasiun Angke juga diperkirakan memiliki 2 buah rel cabang, yaitu rel cabang yang mengarah ke sebuah gudang, & rel cabang yang kemungkinan mengarah ke sebuah pabrik sabun (dari arah Stasiun Kampung Bandan).[6] Masih belum bisa dipastikan kapan rel-rel cabang serta sepur simpan di emplasemen Stasiun Angke ini dibongkar, hingga sama sekali tidak ada bekas-bekasnya yang tersisa.

Pada tahun 1987, jalur lintas Manggarai-Kampung Bandan via Tanah Abang dielektrifikasi. Kala itu, jalur di Stasiun Angke yang dielektrifikasi pun hanya jalur 2 & 3 saja. Jalur 1 tidak dielektrifikasi karena alasan untuk melestarikan kanopi stasiun, sedangkan jalur 4 tidak dielektrifikasi karena kemungkinan jalur tersebut tidak digunakan untuk aktivitas naik & turun penumpang.

Hingga akhir era 1990-an, Stasiun Angke menggunakan sebuah kanopi, yang dimana kanopi ini hanya menampung jalur 1 saja. Kanopi ini pun kemudian dicopot & dipindahkan ke Stasiun Parung Panjang.

Saat ini Stasiun Angke hanya memiliki 3 jalur saja, dengan jalur 2 & 3 sebagai sepur lurus, serta jalur 1 sebagai sepur belok. Bangunan stasiun ini juga berukuran besar, karena lantai atas dari bangunan stasiun ini digunakan sebagai pasar & pertokoan.

Bangunan dan tata letak

Pada awalnya, emplasemen Stasiun Angke diperkirakan memiliki banyak jalur serta memiliki rel cabang. Kala itu, jalur 2 & 3 merupakan sepur lurus yang digunakan untuk lalu-lalang kereta, sedangkan jalur 1 & 4 merupakan sepur belok. Diperkirakan pula terdapat 2 buah lokasi sepur simpan yang digunakan untuk tempat menyimpan/stabling rangkaian gerbong-gerbong barang.[5] Sepur simpan yang pertama posisinya berada di sebelah jalur 4, dengan 2 buah jalur buntu/sepur badug. Dan untuk sepur simpan yang kedua berada di pojok kiri emplasemen stasiun (dari arah Stasiun Duri), dengan 3 buah jalur buntu/sepur badug. Masih belum bisa dipastikan kapan rel-rel cabang serta sepur simpan di emplasemen Stasiun Angke ini dibongkar, hingga sama sekali tidak ada bekas-bekasnya yang tersisa.

Hingga akhir era 1990-an, Stasiun Angke menggunakan sebuah kanopi, yang dimana kanopi ini hanya menampung jalur 1 saja. Kanopi ini pun kemudian dicopot & dipindahkan ke Stasiun Parung Panjang.

Saat ini Stasiun Angke hanya memiliki 3 jalur saja, dengan jalur 2 & 3 sebagai sepur lurus, serta jalur 1 sebagai sepur belok. Bangunan stasiun ini juga berukuran besar, karena lantai atas dari bangunan stasiun ini digunakan sebagai pasar & pertokoan.

 

   

P
Lantai peron
Jalur 3 ← (Duri)      Commuter Line Cikarang menuju Cikarang (via Manggarai)
Peron pulau, pintu terbuka di sebelah kiri
Jalur 2      Commuter Line Cikarang menuju Cikarang (via Kramat) (Kampung Bandan) →
Jalur 1 ← (Duri)      Commuter Line Cikarang tujuan Angke/Kampung Bandan dan tujuan Cikarang (Kampung Bandan) →
Peron sisi, pintu terbuka di sebelah kanan
G Bangunan utama stasiun

Layanan kereta api

Komuter

Antarmoda pendukung

Jenis angkutan umum Trayek Tujuan
Mikrolet[7] M43 Terminal Grogol – Stasiun Angke
KWK[7] B02 Cengkareng TimurStasiun Jakarta Kota

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  4. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  5. ^ a b Muhammad Raihan Hadianto, antusias sejarah KA.
  6. ^ Ikhtisar Lintas Jawa. 
  7. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Kampung Bandan
Sisi bawah
Terminus
Lintas Jakarta
Kampung Bandan–Tanah Abang
Duri
ke arah Tanah Abang