PSIM Yogyakarta

klub sepak bola di Indonesia
Revisi sejak 10 Agustus 2022 03.21 oleh 114.79.6.153 (bicara)

Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (Hanacaraka: ꦥꦼꦂꦱꦠꦸꦮꦤ꧀​ꦱꦼꦥꦏ꧀​ꦧꦺꦴꦭ​ꦆꦤ꧀ꦢꦺꦴꦤꦺꦱꦶꦪ​ꦩꦠꦫꦩ꧀​ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ) adalah sebuah klub sepak bola di Yogyakarta yang didirikan pada 5 September 1929 dengan nama awal Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM). Nama "Mataram" digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan kesultanan Mataram (keraton Ngayogyakarta Hadiningrat). Kemudian pada tanggal 27 Juli 1930 nama PSM diubah menjadi PSIM seperti yang dikenal sekarang.1

PSIM Yogyakarta
PSIM ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ
logo
Nama lengkapPerserikatan Sepakraga Indonesia Mataram
JulukanLaskar Mataram, Naga Jawa, Parang Biru Jogja
Berdiri5 September 1929
StadionStadion Mandala Krida Yogyakarta
(Kapasitas: 35.000)
KetuaBima Sinung Widagdo
PelatihIndonesiaImran Nahumarury
LigaLiga 2
Situs webSitus web resmi klub
Kelompok suporterBRAJAMUSTI & THE MAIDENT
Kostum kandang
Kostum tandang

Sejarah

Sejarah terbentuknya PSIM dimulai pada 5 September 1929 dengan lahirnya organisasi sepak bola yang diberi nama Perserikatan Sepak Raga Mataram atau disingkat PSM. Nama Mataram digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram. Kemudian pada tanggal 27 Juli 1930 nama PSM diubah menjadi Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram atau disingkat PSIM sebagai akibat tuntutan pergerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. PSIM sendiri saat itu sesungguhnya merupakan suatu badan perjuangan bangsa dan Negara Indonesia.

Pada 19 April 1930, PSIM bersama dengan VIJ Jakarta (sekarang Persija Jakarta), BIVB Bandung (Persib Bandung), MIVB (PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), SIVB (Persebaya Surabaya), VVB (Persis Solo) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. PSIM dalam pertemuan tersebut diwakili oleh HA Hamid, Daslam, dan Amir Noto. Setelah melalui perbagai pertemuan akhirnya disepakati berdirinya organisasi induk yang diberi nama PSSI (Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia) pada 1931 dan berkedudukan di Yogyakarta.

Sejak tahun itu pulalah kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. Dalam kompetisi perserikatan, PSIM pernah menjadi juara pada 1932 setelah dalam pertandingan final di Jakarta mengalahkan VIJ Jakarta. Selanjutnya PSIM berkali-kali hanya dapat menduduki peringkat kedua setelah kalah dalam pertandingan final kompetisi perserikatan pada 1931, 1939, 1940 dan 1943.

Pada tahun-tahun pertama PSIM berkiprah dipersepak bolaan Nasional, salah satu Bond Belanda V.B.D.O (Voetbal Bond Djokja en Omstreken) kagum,V.B.D.O bond Belanda yang ketika itu ada di Yogyakarta bermarkaskan stadion Kotabaru (Stadion Kridosono) yang memiliki lapangan yg mulus mulai lunak sikapnya melihat PSIM. V.B.D.O melihat kompetisi PSIM dapat dilangsungkan secara teratur tanpa adanya kendala. Para penonton/masyarakat pecinta sepak bola mulai menonton PSIM drpada V.B.D.O Kotabaru, di stadion Asri yg Letaknya tidak di tengah Kota, Pada tahun 1935 V.B.D.O Kotabaru mengajak pertandingan persahabatan dengan PSIM Yogyakarta, susunan pemain PSIM yang diturunkan yaitu:

  • Kiper: Ibnu Saipur (FVC)
  • Bek kiri: Wongso (alm HW)
  • Bek Kanan: Sambudi (alm HW)
  • Gelandang Kiri: Kantil (HW)
  • Gelandang Tengah: Lessi (alm HW)
  • Kanan Luar:Zaenal (HW)
  • Kanan Dalam: Dullailah (alm HW)
  • Striker: Djawad (Brow)
  • Kiri Dalam: Sudito (alm FVC )
  • Kiri Luar: Nurahman (SM)

Tim V.B.D.O dikalahkan dengan skor telak oleh PSIM Yogyakarta 1-7 dikandang mereka sendiri.

Pada tahun 70-an PSIM belum bisa bicara di level Kompetisi utama, tetapi PSIM pernah menorehkan prestasi yaitu sempat membuat gol satu satunya ke gawang kesebelasan semi profesional dari Australia yang sedang melakukan safari pertandingan di tanah air, gol PSIM dicetak oleh Sucipto, salah seorang pemain PSIM yang ikut masuk Diklat Salatiga bersama pemain PSIM lain yaitu Suripto, walaupun di akhir pertandingan PSIM kalah dengan skor 1 - 5 tetapi itulah satu satunya gol di gawang kesebelasan semi profesional dari Australia selama melakukan pertandingan di tanah air. Bahkan kesebelasan nasional PSSI pun tidak bisa membuat gol dan kalah waktu melawan kesebelasan semi profesional dari Australia ini. Prestasi lainnya adalah mengalahkan kesebelasan nasional PSSI yang diasuh oleh pelatih Marota Yanek dari Polandia dalam laga persahabatan di stadion Kridosono, hasil akhir pertandingan adalah 1 - 0 untuk PSIM.

Sejak Liga Indonesia bergulir pada tahun 1994, prestasi PSIM mengalami pasang surut yang ditandai dengan naik turunnya PSIM dari divisi utama ke divisiI Liga Indonesia. PSIM pernah mengalami degradasi pada Liga Indonesia 1994/1995 dan promosi dua tahun kemudian. Setelah bertanding selama tiga musim di divisi utama, PSIM kembali harus terdegradasi ke Divisi I pada musim kompetisi 1999/2000.

Tiga tahun kemudian pada Divisi I Liga Indonesia 2003 PSIM baru bangkit dan membidik target untuk promosi dengan persiapan tim yang matang. Di babak penyisihan PSIM bahkan dua kali mengkandaskan tim favorit Persebaya Surabaya dalam pertandingan tandang kandang dengan skor telak 3-1, dan 3-0, dan menjuarai Grup C. Sayangnya keperkasaan PSIM semakin lama semakin luntur sehingga gagal melanjutkan dominasinya pada babak 8 besar yang berlangsung dengan kompetisi penuh. PSIM yang sejak awal memimpin klasemen harus puas berada di peringkat ke-4, dan berkesempatan untuk mengikuti playoff. Di babak playoff yang dimainkan di Solo, PSIM kalah bersaing dengan Persela Lamongan hanya karena perbedaan jumlah gol.

Akhirnya, pada tahun 2005 PSIM berhasil lolos ke kasta tertinggi liga indonesia setelah keluar sebagai juara divisi I yang dalam pertandingan final mengalahkan Persiwa Wamena di stadion Si Jalak Harupat soreang Bandung dengan skor 2-1(azhari 10,M erwin pen 50- melky Pekey 34 ) .Mulai 2010 PSIM semakin eksis di kancah sepak bola nasional dengan prestasi yang semakin meningkat dan akhirnya mulai kompetisi 2011/2012 PSIM telah menjadi tim profesional yang tidak lagi mengandalkan dana dari APBD.

Stadion

Stadion yang digunakan sebagai laga kandang PSIM adalah Stadion Mandala Krida, yang memiliki kapasitas 25.000 orang penonton. Stadion ini cukup layak untuk menggelar pertandingan sore maupun malam hari dikarenakan stadion ini mengunakan penerangan lampu berstandar nasional. Stadion ini siap untuk menampung suporter lawan yang ditempatkan pada sisi barat laut stadion. Di semua sisi tribun stadion ditempati oleh Brajamusti.

Akhir 2012, DED (Detail Engineering Design) Stadion Mandala Krida selesai dan selanjutnya dilakukan renovasi total serta penataan fisik bangunan. Penataannya akan dilaksanakan 2013. Pematangan desain terus dilakukan BPO dan rekanan yang telah ditunjuk. Selama dua minggu dilakukan pertemuan untuk membahas DED. Pada tahap awal akan disiapkan Rp 6 miliar. Ini dilakukan agar untuk mengantisipasi agar penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan, terkontrol, dan transparan. Desakan untuk merenovasi stadion kebanggaan warga Jogja ini datang dari berbagai kalangan. Terutama masyarakat yang kerap menggunakannya untuk berbagai kepentingan. Sejumlah fasilitas akan ditambahkan di kompleks stadion tertua di Yogyakarta ini. Antara lain untuk olahraga panjat tebing, bola voli pasir, sepatu roda, tenis lapangan, balap motor, dan panahan. Sisanya GOR Amongrogo yang hanya berjarak + 50 meter akan dioptimalkan untuk cabor lain.

Rekor musim ke musim

Musim Liga Piala IIC Asia Topskor tim
Komp. Main M S K GM GK Poin Pos Nama Gol
2016 ISC B (4) Ikut[butuh rujukan] Tidak ikut Tidak ikut
Juara Peringkat kedua Promosi Degradasi

Staf Pelatih

Position Staff
Pelatih Kepala   Imran Nahumarury
Asisten Pelatih   Dwi Priyo Utomo
Pelatih Kiper   Didik Wisnu
Pelatih Fisik   Sansan Susanpur
Analis   Ivan Wirajaya

Skuat Pemain

Pemain saat ini

Berikut skuat yang diturunkan untuk ajang Liga 2

Per 12 Maret 2020.

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
2 DF   IDN Hendra Wijaya
3 DF   IDN Al Rizqy Prananda
5 DF   IDN Sunni Hizbullah
6 MF   IDN Ahmad Baasith
9 FW   IDN Martinus Novianto
15 DF   IDN Kurniadi Tri Sakti
17 FW   IDN Nanda Nurrandi
18 MF   IDN Raymond Ivonitus Tauntu
19 MF   IDN Yoga Pratama
20 GK   IDN Ivan Febrianto
22 MF   IDN Tegar Pangestu
23 MF   IDN Ichsan Pratama
No. Pos. Negara Pemain
26 DF   IDN Beny Wahyudi
27 FW   IDN Ken Noveryan
28 MF   IDN Yudha Alkanza
29 FW   IDN Talaohu Musafri
32 DF   IDN Risman Maidullah
41 MF   IDN Slamet Budiyono
78 GK   IDN Jordyno Putra Dewa
84 DF   IDN Purwaka Yudhi (Kaptain)
86 GK   IDN Sandy Firmansyah
87 MF   IDN Supriyadi Eeng
96 FW   IDN Dwi Rafi Angga
99 DF   IDN Crah Angger

Pemain Legenda

  • Djawad
  • Haryanto
  • Hengky Yansen
  • Jaime Sandoval
  • Joe Nagbe
  • Mardjono
  • Mellius Mau
  • Michel Adolfo Souza
  • Nova Zaenal
  • Oni Kurniawan
  • R. Maladi
  • Roberto Kwateh
  • Samdee Garmojay
  • Seto Nurdiantoro
  • Siswadi Gancis
  • Sucipto
  • Sudarto
  • Suripto
  • Topas Pamungkas

Maskot

PSIM Yogyakarta memiliki julukan Laskar Mataram dan Naga Jawa yang berasal dari rumusan Candrasengkala atau Sengkalan. Berasal dari tahun lahir PSIM yaitu pada 1860 penanggalan Jawa atau 1929 di tahun Masehi. Tahun tersebut identik dengan Tahun Naga. Simbol Naga Jawa juga banyak ditemui di gapura dan pintu masuk bangunan Keraton. Seperti di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Tamansari. Termasuk "logo PSIM saat ini" juga mengambil filosofi dari Sengkalan.[1]

Keunggulan dibandingkan maskot tim lainnya, Naga Jawa / Parang Biru Jogja menurutnya berasal dari hewan mitologi yang mengandung filosofi. Sehingga tidak seperti maskot mainstream umumnya. Meskipun fisik naga namun ia berusaha memasukan watak ksatria di dalamnya. Maskot tersebut diberinya nama "Raynor". Berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya prajurit yang tangguh. Mengambil dari unsur prajurit Keraton Jogja yang mempunyai watak kstaria.[2]

Pendukung

Pendukung setia PSIM Jogjakarta terdiri dari berbagai laskar yang ada di bawah naungan Brajamusti dan The Maident

Brajamusti

Dari sekian banyak pertemuan-pertemuan melibatkan laskar-laskar PSIM waktu itu maka pada tanggal 15 Februari 2003 di Yogyakarta tepatnya di Balai RK Mangkukusuman Markas Laskar PSIM yaitu Hooligans. H.Guntur Artamaji sebagai penggagas dikumpulnya sekelompok laskar PSIM sebelum adanya Brajamusti ( Hooligans, Mgr, Cobra Mataram, Dahkota, Baju Barat, Pathuk squad & Cidelaras). Menetapkan pemilihan nama Suporter PSIM melalui Sayembara surat kabar dan akhirnya terpilih dari sekian banyak nama-nama akhirnya dipilih nama Brajamusti kepanjangan dari 'Brayat Jogja Mataram Utama Sejati'.

Arti sesungguh nya dari kata Brajamusti adalah Aji-ajian sakti dari Gatutkaca. Bima adalah salah satu dari pandawa lima, mempunyai anak Gatutkaca. Dia adalah raksasa di Mahabharata dan hanya muncul pada saat perang Baratayuda, dijadikan idola pahlawan yang gagah perkasa dalam pewayangan dengan berbagai cerita dan kesaktiannya dengan aji-ajian Brajamusti yang sampai saat ini masih bisa dipelajari dikalangan masyarat Jawa.

Maksud dari pengambilan nama Brajamusti untuk wadah suporter PSIM adalah supaya Brajamusti menjadi senjata atau aji-ajian yang ampuh untuk PSIM untuk menghadapi lawan-lawannya dipentas sepak bola Nasional. Jadi Brajamusti selalu ada disamping PSIM dimanapun berlaga.

The Maident

Perkembangan arah pemikiran mengehendaki pula perubahan di dalam dunia suporter PSIM Jogjakarta. Teriakan-teriakan revolusi PSSI dimana sepak bola sudah terlalu dipandang bermuatan politik praktis baik kedaerahan dan nasional semakin sering terdengar. Hal tersebut membuat sekitar 70 laskar sejak tahun 2008 bersepakat memikirkan sebuah konsep baru. Bisa dikatakan membentuk oposisi mengusung organisasi baru. Sistem yang diharapkan mengubah kebiasaan-kebiasaan lama. Puncaknya pada tanggal 1 Oktober 2010 atas dasar kebersamaan yang mengutamakan prinsip atraktif, menekan total aksi anarkis di sepak bola, dan meminimalisir unsur politik maka terbentuklah The Maident - MATARAM INDEPENDENT.

The Maident murni usulan konsep Bapak Wasito dari laskar MGR. Bapak Wasito bersama forum di Balai RW Gandekan merumuskan bahwa sudah waktunya suporter lebih berdikari. Jer basuki mawa bea, untuk mencapai sebuah cita-cita harus mau berkorban. Tidak gampang untuk menjadi independen bekalnya harus banyak. Semangat utamanya adalah “tan gumantung ing liyan” dalam berbagai hal. Maka sampai hari ini rewo-rewo menjadi salam kebersamaan yang selalu disuarakan melalui tribun utara. Semangat berdikari, berdiri di atas kaki sendiri demi PSIM Jogjakarta kembali kepada kejayaannya. Sejarah jelas mengatakan PSIM sebagai salah satu inisiator berkembangnya sepak bola di Indonesia. Persatuan Sepakraga Mataram (PSM) sebagai cikal bakal PSIM menunjukkan unsur identitas yang berbeda dibanding kelompok sepak bola di masa itu. Jadi, independensi sebenarnya sudah ada sejak embrio PSIM tersebut mulai ada.

The Maident selalu memberikan totalitas dukungannya di dalam dan di luar lapangan untuk PSIM Jogja yang istimewa. Tansah nyawiji, greget, sengguh, ora mingkuh...

Kiprah di Liga

Prestasi

Perserikatan

  • Juara Liga Perserikatan 1932.
  • Juara Divisi 1 PSSI 2005.

Lihat pula

Rujukan