Keempat Penginjil

Revisi sejak 10 September 2022 10.20 oleh Kuduskanlah (bicara | kontrib)

Dalam tradisi Kristen Keempat Penginjil merupakan Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, para pengarang yang diatributkan dengan pembuatan empat catatan Injil dalam Perjanjian Baru yang diberi dengan gelar-gelar berikut ini: Injil menurut Matius; Injil menurut Markus; Injil menurut Lukas dan Injil menurut Yohanes.

Jacob Jordaens, Keempat Penginjil, 1625–1630

Injil

Injil Matius, Markus, dan Lukas dikenal sebagai Injil-injil sinoptik, karena injil-injil tersebut meliputi beberapa cerita yang sama, yang sering kali dalam sekuensi yang sama. Konvensi secara tradisional menyatakan bahwa para pengarangnya adalah dua dari Keduabelas Rasul dari Yesus, Yohanes dan Matius, serta dua "pria apostolik,"[1] Markus dan Lukas:

Mereka disebut penginjil, sebuah kata yang artinya "orang yang mengabarkan kabar baik," karena kitab-kitab mereka menyatakan "kabar baik" ("injil") dari Yesus.[2]

Cukup bertentangan dengan pendapat umum, ada beberapa pendapat dari Faustus dari Milevum dan Agustinus dari Hippo yang menyatakan bawah Injil-injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes bukanlah ditulis oleh mereka. Tidak ada bukti-bukti di dalam Injil-injil berkenaan dengan pengarangnya, kecuali dalam Injil Yohanes. Injil terakhir yang penuh dengan paham-paham Theologis yang berbeda dengan ajaran-ajaran Etika yang terdapat dalam ketiga Injil lainnya. Ini merupakan Injil yang diduga oleh para ahli sebagai hasil karya seorang Theolog yang lebih belakangan.

Faustus dari Milevum seorang Manichean abad ketiga menyatakan : Tiap orang mengetahui bahwa Injil-injil bukanlah ditulis oleh Yesus Kristus ataupun oleh murid-muridnya sendiri, melainkan lama setelah mereka dan dipengaruhi oleh tradisi-tradisi ditulis oleh orang-orang yang mengetahui serta menduga bahwa tulisan-tulisan mereka tidaklah akan diterima oleh karena bukanlah datang dari observasi mereka sendiri. Oleh karena itu mereka menempatkan sebagai tradisi nama rasul-rasul pada masa itu.

Bahkan Agustinus dari Hippo kepala gereja pada masa awal meyatakan, “Hal-hal yang sekarang dikenal sebagai agama Kristen muncul diantara agama-agama… maupun yang sudah ada sebelum agama Kristen muncul”. Hal ini menerangkan bagaimana ajaran-ajaran dan kepercayaan-kepercayaan dari agama-agama sebelum Kristen berkorporasi menjadi agama Kristen.

Keempat Injil ditulis pada masa pertengahan kedua abad kedua Masehi. Pada waktu itu semua murid Yesus telah meninggal. Karena Yesus menjanjikan kedatangannya yang kedua dan datangnya akhir zaman dalam waktu dekat, yaitu dalam masa hidup murid-muridnya, maka tidaklah dipikirkan untuk mencatat Injil atau yang diajarkan Yesus. Tetapi setelah murid Yesus yang terakhir bertahan Yohanes meninggal pada usia 120 tahun, ternyata ramalan Yesus tidak tergenapkan. Mereka kemudian menduga bahwa kedatangannya yang kedua baru akan terjadi nanti pada suatu waktu yang jauh.

Setelah gereja tumbuh dan berpengaruh dengan diangkatnya menjadi agama negara dari Kekaisaran Romawi, maka menjadi perlu untuk menulis Injil-injil dan kitab-kitab suci agama Kristen lainnya. Sampai waktu itu Perjanjian Lama, kitab suci bangsa Yahudi melayani kebutuhan agama Kristen. Sejak waktu itulah muncul sejumlah besar tulisan-tulisan suci sebagai Injil-injil dan surat-surat.

Lukas pada permulaan Injilnya, menyebutkan adanya banyak Injil. Ini merupakan sindiran terhadap 49 Injil yang semuanya mengaku otentik yang ada pada waktu itu. Bahkan surat Petrus yang kedua dalam Perjanjian Baru sekarang ini dikenal sebagai hasil karya seorang penulis yang memakai nama murid Yesus yang dihormati itu. Pengikut-pengikut Marcion menyatakan bahwa Injil Lukas merupakan saduran dari Injil yang ditulis oleh Marcion dengan hiasan-hiasan dan tambahan-tambahan.[3]

Referensi

  1. ^ Tertullian, Adv. Marc. V.2.
  2. ^ "The good news of Jesus Christ, the Son of God." Mark 1:1
  3. ^ "Pengaruh Agama Buddha Terhadap Agama Kristen". Samaggi Phala (dalam bahasa Inggris). 2009-12-24. Diakses tanggal 2022-09-10. 

Pranala luar

Templat:Santo/santa Katolik