F. X. Harsono
FX Harsono lahir 22 Maret 1949 di Blitar, Jawa timur adalah figur seminal yang merupakan perupa kontemporer asal Indonesia.[1] Setelah lebih dari 40 tahun Harsono memfokuskan pengkaryaannya dalam ranah komentari politik sosial Indonesia. Berdasarkan kisah hidup dan pengalamannya sejak kuliah Ia aktif mengkritisi situasi politik, masyarakat, dan budaya Indonesia melalui karya-karyanya. Beberapa tema yang menarik perhatiannya antara lain pembangunan minus pemerataan, marjinalisasi individu/golongan, pelanggaran hak asasi manusia, dan kerusakan lingkungan akibat industrialisasi. Setiap karya yang diciptakan mempunyai kecenderungan untuk membahas hal-hal yang bersifat esensial atau bahkan transendental. Karya-karyanya telah berhasil ditampilkan di lebih dari 100 pameran yang tersebar di seluruh dunia.[2]
Riwayat Hidup
Pada tahun 1969 FX Harsono menempuh pendidikan seni di ASRI yang sekarang menjadi Institut Seni Indonesia (ISI), kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Kesenian Jakarta pada tahun 1987 hingga 1991. Ia juga merupakan pendiri dari Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) dan gerakan Desember Hitam.
Sejak mahasiswa, FX Harsono aktif sebagai kritikus politik, masyarakat dan budaya Indonesia. Biografi Harsono dan sejarah keluarganya sering kali menjadi dasar karya seninya. Dalam hal ini, secara spesifik merujuk pada situasi yang dialami oleh kaum minoritas kurang mampu dengan latar belakang sejarah dan perkembangan politik Indonesia sendiri. Persimpangan antara pribadi dan politik ini terutama terlihat dalam karya-karya terbarunya.
Secara keseluruhan, karya Harsono sering kali merefleksikan isu-isu sosial yang dialami banyak orang, khususnya yang memiliki keturunan darah Cina. Utamanya pada isu diskriminasi dan juga persoalan nama [3].
Latar Belakang Pengkaryaan
Setelah lebih dari 30 tahun memfokuskan pengkaryaannya dalam ranah komentari politik sosial Indonesia, FX Harsono bergeser ke dalam isu pribadi. Berangkat dari perubahan situasi politik setelah terjadinya pemberontakan (riot) pada tahun 1998 di era presiden Soeharto, ia sebagai seniman merasa perlu mempertanyakan kembali identitas dirinya. Harsono sebagai warga negara Indonesia yang memiliki keturunan Tiongkok, sadar pengetahuannya akan kultur Indonesia seperti Jawa, maupun kultur Cina sangatlah minim. Pada titik itu Harsono mulai mengangkat persoalan akan identitasnya sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai darah keturunan Cina.
Dalam proses menanyakan identitas pribadi, Harsono merasa peran ia sebagai seniman yang sering mengangkat isu politik dan kultural sosial sangat penting untuk masyarakat. Harsono melihat dirinya sebagai bentuk hamparan tanah, dimana orang-orang bisa menanam berbagai macam bentuk tumbuhan dan tanaman di tanah tersebut. Bayangan itu pun divisualisasikan di karya Harsono yang berjudul “My Body as a Field”.
Pada tahun 1967, pemerintahan Indonesia membuat hukum dimana orang-orang yang memiliki darah Cina harus mengubah nama mereka menjadi nama Indonesia agar dapat diakui sebagai warga negara Indonesia. Harsono merasa hukum tersebut melanggar hak asasi manusia. Nama “Harsono” secara pribadi dipilih oleh dirinya, dan nama “FX” yang merupakan singkatan dari nama baptis diberikan oleh ibunya. Setelah melalui tahap riset, Harsono sadar bagaimana banyak orang Cina yang tinggal di Indonesia mengubah nama mereka hanya dikarenakan keperluan administrasi. Melalui hal inilah nama menjadi isu penting bagi Harsono dalam pencarian identitas serta merupakan titik dimana dia mulai memfokuskan karyanya akan isu-isu identitas dan diskriminasi [4].
Linimasa Karir
Pada 1974 bersama 13 seniman lainnya, ia menandatangani manifesto yang dikenal sebagai “Desember Hitam” sebagai wujud protes terhadap penilaian akhir Pameran Besar Seni Lukis Indonesia (PBLSI). Konflik tersebut menjadi momentum bagi lahirnya Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) pada Agustus 1975 yang diprakarsai oleh 12 seniman muda termasuk Harsono. Tujuan gerakan ini untuk mendobrak paradigma seni rupa Indonesia yang dianggap terlalu terkungkung berbagai pakem yang justru menghambat kreativitas seniman Indonesia. GSRB sukses menggelar pameran perdananya pada Agustus 1975.
Lebih lanjut lagi, memasuki 1990-an, karya Harsono mulai menarik perhatian dunia internasional, karena secara gamblang mengkritik rezim otoriter Orde Baru. Harsono mendapat kesempatan menjalani residensi di Adelaide pada 1992 dan mengikuti “Asia Pacific Triennale” di Brisbane setahun berselang. Setelahnya, Harsono kerap mengikuti berbagai pameran tunggal maupun kolektif di berbagai museum, Galeri Nasional dan privat di berbagai kota di dunia. Di antaranya New York, San Francisco, Amsterdam, dan beberapa kota di Belanda, Berlin, London, Paris, Tokyo, Fukuoka, National Gallery Australia di Canberra, Sydney, Melbourne dan beberapa kota di Australia, Singapore Art Museum serta beberapa negara di Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan Cina.
Sejak 2009, dengan berbasis riset karya-karya Harsono bertema tentang permasalahan identitas, kebudayaan, dan sejarah orang Tionghoa di Indonesia. Karya-karyanya menjadi koleksi dari beberapa museum, diantaranya National Gallery Australia, Gallery of Modern Art Queensland – Australia, Albright-Knox Art Gallery, Art Museum Buffalo, New York, Singapore Art Museum, National Gallery Singapore, Asian Art Museum San Francisco, Taoyuan Museum of Fine Arts, Taipe, Museum Macan, Tumurun Private Museum, Indonesia, dan beberapa kolektor Indonesia maupun mancanegara.
Pameran tunggal FX Harsono pertama kali di Amerika pada 2012 memamerkan “Writing in the rain” (2011) tentang meditasi yang kuat tentang trauma, kehilangan, ingatan dan ketahanan antar generasi identitas pribadi dan budaya. Writing in the rain dipamerkan di Tyler Rollins Fine Arts New York pada 2012 .
Pencapaian
FX Harsono mendapatkan beberapa penghargaan diantaranya adalah Prince Claus Award pada tahun 2014, Joseph Balestier Award for the Freedom of Art tahun 2015 untuk Kebebasan Seni (2015) diberikan oleh kedutaan AS di Singapura. Penghargaan Pangeran Klaus Award untuk menghormati “peran penting beliau dalam ranah seni rupa kontemporer Indonesia selama empat puluh tahun” (2014). Persembahan solo pertamanya di AS, "Writing in the Rain" (2011) dipamerkan di Tyler Rollins Fine Art pada tahun 2012. Video utama dari pameran tersebut ditampilkan di Times Square New York City selama sebulan (2018). Pada tahun 2017 karyanya dimasukkan dalam dua pameran survei besar: SUNSHOWER: Seni Kontemporer dari Asia Tenggara 1980-an hingga Sekarang di Museum Seni Mori di Tokyo; dan After Darkness: Seni Asia Tenggara dalam Kebangkitan Sejarah di Asia Society di New York. Terakhir tetapi tidak kalah pentingnya, Anugerah Adhikarya Rupa dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Di samping itu, FX Harsono adalah salah satu pendiri Koalisi Seni.[5]
Daftar Pameran
Pameran tunggal:[6]
- "What we have here perceived as truth/we shall some day encounter as beauty" di Jogja National Museum, Yogyakarta (2013).
- "Writing In The Rain" di Tyler Rollins, New York, Amerika Serikat (2012).
- "Testimonies" di Singapore Art Museum, Singapura (2010).
- "The Erased Time" di Galeri Nasional, Jakarta (2009).
- "Suara (Voice)", Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia (1994).
- "Suara (Voice)", Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (1996).
- "Victim", Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (1998).
- "Displaced", Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia (2003).
- "Displaced", Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (2003).
- "Mediamor(e)phosa", Galeri Puri, Malang, Indonesia (2004).
- "Titik Nyeri (Point of Pain)", Galeri Ikon Langgeng, Jakarta, Indonesia (2007).
- "Aftertaste", Galeri Koong, Jakarta, Indonesia (2008).
- "The Erased Time", Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia 2009).
- "Surviving Memories", Vanessa Art Link, Beijing, Cina (2009).
- "Testimonies", Museum Seni Singapore, Singapore (2010).
- "Re:petisi/posisi", Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, Indonesia (2010).
- "Writing in The Rain", Tyler Rollins, New York, United State of America (2012).
- "What We Wave Here Perceived As Truth/We Shall Someday Encounter As Beauty," Museum Nasional, Yogyakarta, Indonesia (2013).
- "Things Happen When We Remember (Kita Ingat Maka Terjadilah)", Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Indonesia (2014).
- "Beyond Identity", Nexus Arts Gallery, Adelaide, Australia (2015).
- "Kata-kata", Eramus Huis, Jakarta, Indonesia (2015).
- "The Life and The Chaos Object, Images and words (Kehidupan dan Khaos; Benda, Citra dan Kata-Kata)", Eramus Huis, Jakarta, Indonesia (2015).
- "Gazing in Identity (Menerawang Identitas)", ARNDT Fine Art, Gilman Barracks, Singapore (2016).
- "The Chronicles Of Resilience", Tyler Rollins, New York, United State of America (2016).
- "Night Moment", Video ‘Writing in the Rain’ ditampilkan di 14 layar lebar di Times Square,
- "Midnight Moment", Times Square Arts, New York, United States of America.
- "Reminiscence", Sullivan & Strumpf, Gillman Barrack, Singapore (2018).
- "NAMA", Tyler Rollins, New York, United States of America (2019).
Pameran kelompok:
- "Meet 3:3" (3 Seniman Indonesian, 3 Seniman German), Purna Budaya, Yogyakarta, Indonesia (1998).
- "Art Document 1999", Museum Kanazu Forest, Kanazu, Jepang (1999).
- "Volume & Form", Singapore (1999).
- "Reformasi Indonesia, Protest in Beeld", Museum Nusantara, Delft, Netherland (2000).
- "Gwangju Biennial ke-3", Gwangju, Korea (2000).
- "Setengah Abad Seni Grafis Indonesia", Bentara Budaya, Jakarta, Indonesia (2000).
- "Membaca Frida Kahlo", Galeri Nadi, Jakarta, Indonesia (2001).
- "International Print Triennial", Kanagawa, Yokohama, Jepang (2001).
- "Print in The Future", Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (2001).
- "Exploring Vacuum 2",Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia ((2003).
- "CP Open Biennale", Jakarta, Indonesia (2003).
- "Quota 2005", Langgeng Icon Gallery, Jakarta, Indonesia (2005).
- "Taboo and Transgression in Contemporary Indonesian Art", Herbert F.Johnson of Art Museum, Cornell University, United States of America (2005).
- "Text Me", Sherman Gallery, Sydney, Australia (2005).
- "Eksodus Barang", Galeri Nadi, Jakarta, Indonesia (2005).
- "Reformasi", Sculpture Square, Singapore (2005).
- "Out Now", Singapore Art Museum, Singapore (2006).
- "The Past Forgotten Time", Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (2006).
- "Anti Aging", Gaya Fusion Contemporary Art Space, Ubud Bali, Indonesia (2006).
- "ALLEGORICAL BODIES", A-Art Contemporary space, Tai Pei City, Taiwan (2006).
- "Quota 2007", Langgeng – Icon Gallery, Jakarta, Indonesia (2007).
- "Archipelago Alert", Tonyraka Contemporary Art Gallery, Ubud Bali, Indonesia (2007).
- "Imagine Affandi", National Archive Centre, di organisasi oleh Galeri Semarang, Jakarta, Indonesia (2007).
- "Highlight", ISI Museum Nasional Jogja, Yogyakarta, Indonesia (2008).
- "Art With Accent", Group Exhibition four-country Cina, Jepang, Korea, and Indonesia, Guang Zhou,Cina (2008).
- "Res Publicum", Can's Gallery, Jakarta, Indonesia (2008).
- "Nanjing Triennalle ke-3", Nanjing, Cina (2008).
- "Manifesto", Galeri Nasional, Jakarta, Indonesia (2008).
- "Space/Spacing", Galeri Semarang, Semarang, Indonesia (2008).
- "Beyond The Dutch", Central Museum, Utrecht, Netherland (2009).
- "Face Value", Pameran oleh 4 seniman,, Agus Suwage, Budi Kustarto, Atari rasyid and FX Harsono at SIGIarts, Jakarta, Indonesia (2009).
- "TechnoSign", Surabaya Art Link, Surabaya, Indonesia (2009).
- "Milestone", Vanessa Art Link, Jakarta, Indonesia (2009).
- "Recent Art From Indonesia: Contemporary Art-Turn", SBinArtPlus, Singapore (2010).
- "Pleasures of Chaos, Inside New Indonesian Art", Primo Marella Gallery, Milano, Italia (2010).
- "Digi(all): Indonesian Contemporary New Media Practices", Umahseni, Jakarta, Indonesia (2010).
- "Homo Ludens", Emmitan CA Gallery, Surabaya, Indonesia (2010).
- "Edge of Elsewhere", Pameran kelompok oleh seniman dari Australia, Asia, and the Pacific di 4A, Sydney, Australia (2011).
- "Closing The Gap", Melbourne Institute Of Fine Art (MIFA), Melbourne, Australia (2011).
- "Negotiating Home", History and Nation: Two Decades of Contemporary Art in Southeast Asia 1991-2011, Singapore Art Museum, Singapore (2011).
- "Beyond The Self", National Portrait Gallery, Canberra, Australia (2011).
- "Asia: Looking South", ARNDT Gallery, Berlin, German (2011).
- "NOW INK: A Call For New Perceptions – a special project at 5th SH Contemporary", Shanghai Exhibition Center, Shanghai, Cina (2011).
- "Moscow Biennale ke-4", Moscow, Russia (2011).
- "Beyond The East", Macro, Rome, Itali (2011).
- "Beyond Geography", oleh South Asian Visual Art Center (SAVAC), Art Toronto, Canada (2012).
- "What is it to be Chinese?", Grimm Museum, Berlin, German (2012).
- "Encounter, Royal Academy In Asia", Institute Of Contemporary Art, Lasalle, Singapore (2012).
- "Edge of Elsewhere", Pameran Kelompok oleh seniman dari Australia, Asia, and the Pacific 4A, Sydney, Australia (2012).
- "Archive-Reclaim doc", National Gallery of Indonesia, Jakarta,Indonesia (2012).
- "Migration", ARNDT, Sydney, Australia (2012).
- "Contemporary Indonesia", Ben Brown Fine Arts London, London, United Kingdom (2012).
- "Concept Context Contestation, Art and the collective in Southeast Asia", Bangkok Art And Cultural Center, Bangkok, Thailand (2013).
- "Seeing Painting: Conversations Before The End of History", Sangkring Art Space,Yogyakarta, Indonesia (2013).
- "Jogja Biennale XII", Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia (2013).
- "Collection: Photography | screenings “Writing in the Rain”, National Gallery of Australia, Canberra,Australia (2013).
- "Sip! Indonesian Art Today", ARNDT Gallery, Gillman Barracks, Singapore (2013).
- "Quota 2013", Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, Indonesia (2013).
- "Outspoken", Biasa Artspace, Bali, Indonesia (2013).
- "One Step Forward, Two Steps Back – Us and Institution", Times Museum, Guangzhou, Cina (2013).
- "Sip! Indonesian Art Today", Group show at ARNDT Gallery, Berlin, German (2013).
- "Indonesian Painting I", Equator Art Project, Singapore (2013).
- "The Roving Eye", Contemporary Art From Southeast Asia, Arter Space for Art, Istanbul,Turkey (2014).
- "Traditions / New Voices in Asian Art", Hofstra University Museum, New York, The United States of America (2014).
- "Market Forces 2014, From Conceptualism to Abstraction", Osage Art Foundation & The City University of Hongkong, Hongkong (2014).
- "Videos from South-East Asia", Dikurasi oleh Lola Lenzi, framework of Art Paris Art Fair Grand Palais and at the Silencio Clun, Paris, Perancis (2015).
- "Tell me My truth", Pameran Kelompok oleh Seniman dari Australia, Asia, and the Pacific, 4A, Sydney, Australia (2015).
- "Biennale Of Sydney ke-20", Sydney, Australia (2016).
- "Art-Jog 2016", Jogja National Museum, Yogyakarta, Indonesia (2016).
- BACC International Exhibition: Concept Context Contestation: “art and the collective in Southeast Asia”, Galeri Cemeti, Yogyakarta (2016).
- "Rethinking Home", Nieuw Dakota Art Space, Amsterdam (2016).
- "Rosa’s Wound", Museum of Contemporary Art Taipei, Taiwan (2017).
- "Sunshower Art from Southeast Asia 1980s Now", National Art Center Tokyo and Mori Museum, Tokyo, Jepang (2017).
- "After Darkness: Southeast Asian Art in the Wake of History", Asia Society, New York, The United States of America (2017).
- "Power & Other Things", Indonesia & Art 1835 – Now, Bozar, Brussels, Belgium (2017).
- "Nomadic Traveler" menampilkan 8 Seniman Kontemporer Korea dan Indonesia, The Annual Korea Festival, Edwin Gallery, Jakarta, Indonesia (2017).
- "In Suspense", Roh Project, Jakarta, Indonesia (2017).
- "2 Sunshower Art from Southeast Asia 1980s Now", Fukuoka Asian Art Museum, Fukuoka, Jepang (2018).
- "Moving pledges: Art and action in Southeast Asia", Institute of Contemporary Arts Singapore, Singapore (2018).
- "Awakening: Art in Society in Asia, the 1960s to 1990s". Museum of Modern Modern Art Tokyo, Jepang (2019).
- "Museum of Modern and Contemporary Art Seoul, Korea". National Gallery of Singapore, Singapore (2019).
- "Concept Context Contestation, Art and the collective, Southeast Asia, Goethe Institute, Yangoon, Myanmar (2019).
- "Sunshower Art from Southeast Asia 1980s Now", Kaoshiung Museum of Fine Art, Diorganisasi oleh Museum Mori, Kaohsiung, Taiwan (2019).
- "Dunia Dalam Berita/ World in News", Museum Macan, Jakarta, Indonesia (2019).
- "Contemporary Worlds: Indonesia", National Gallery of Australia, Canberra, Australia (2019).
- “RAIL”, Jeju 4,3 Peace Memorial Hall, Korea (2020).
- "Corporeal/Material: On Performance Art and Photography", ISA Art & Design, Jakarta, Indonesia (2020).
- "Turn Your Lights On", Suwon Museum of Art, Korea (2020).
Residensi
Koleksi Publik
- Fukuoka Asian Art Museum, Hakata, Jepang.
- Ullen Foundation Collection, Beijing, People’s Republic of China.
- Singapore Art Museum, Singapore.
- National Gallery of Singapore, Singapore.
- Sherman Foundation, Sydney, Australia.
- National Gallery of Victoria, Melbourne, Australia.
- National Gallery of Australia, Canberra, Australia.
- Gallery of Modern Art, Queensland, Australia.
- Museum OHD, Magelang, Indonesia.
- Arthub Asia, Far East Far West collection, Shanghai, People’s Republic of China.
- Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Penghargaan
- Anugrah Adhikarya Rupa 2014 Award, Dari Kementerian Pariwisata dan Kreatif Ekonomi, Indonesia (2014).
- Penghargaan Prince Clause Fund Laureate (2014).
- Penghargaan Joseph Balestier Untuk Kebebasan Seni, dari Kedutaan Besar AS, Singapura (2015).
Rujukan
- ^ ISA Art and Design. "FX Harsono". ISA Art and Design.
- ^ Harsono, FX. "Official Website FX Harsono". FX Harsono.
- ^ "Sullivan+Strumpf » Artists » FX Harsono » CV/Bio". www.sullivanstrumpf.com. Diakses tanggal 2022-04-05.
- ^ Beyond the Self: FX Harsono, diakses tanggal 2022-04-05
- ^ "FX Harsono and the Complexity of NAMA". COBO Social (dalam bahasa Inggris). 2019-05-30. Diakses tanggal 2022-04-05.
- ^ "FX HARSONO". Arndt and Fine Art. Maret 2017. Diakses tanggal 4 Maret 2018.