Sutan Pangurabaan Pane
Sutan Pangurubaan Pane adalah seorang guru, penulis, wartawan, dan seniman Batak. Atas kemampuannya dalam bahasa Batak, Melayu, Arab, dan Belanda, Sutan Pangurubaan pernah menjadi juru tulis Belanda. Ia menjembatani komunikasi antara Belanda dengan Si Singamangaraja XII selama Perang Toba II.[1] Ia juga merupakan salah satu pendiri dan tokoh Muhammadiyah di Sipirok, Angkola.[2]
Sutan Pangurubaan Pane | |
---|---|
Lahir | Sipirok, Angkola, Keresidenan Tapanuli, Hindia Belanda | Parameter harus diisi 1 — 12 1885
Meninggal | Parameter harus diisi 1 — 12 | (umur 0)Kesalahan ekspresi: Operator > tak terduga
Nama pena | Sutan P. |
Pekerjaan | |
Pendidikan | Kwekschool voor Inlandsche Onderwijzers Padang Sidempuan |
Pasangan | boru Siregar |
Anak | 6 (termasuk Sanusi Pane, Armijn Pane, dan Lafran Pane) |
Orang tua |
|
Kehidupan awal
Sutan Pangurubaan Pane merupakan lulusan kweekschool (sekolah guru) di Padang Sidempuan. Sekolah itu awalnya bernama Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers Tano Bato, yang dirintis oleh Willem Iskander Nasution. Di sekolah itu, Sutan Pangurubaan dididik oleh Charles Adrian van Ophuijsen.
Setelah lulus dari sekolah guru, Sutan Pangurubaan ditempatkan di Muara Sipongi. Ia ditugaskan untuk mengelola sekolah formal yang baru didirikan Belanda di tempat itu. Karena tidak setuju dengan penjajahan Belanda di Muara Sipongi, Sutan Pangurubaan memutuskan meninggalkan profesinya sebagai guru di sekolah Belanda. Ia memilih pindah ke Sibolga dan menjadi wartawan.
Karya
- Toelbok Haleon (terbit pada tahun 1916 di Padang Sidempuan)
Referensi
- ^ gapuranews (2019-05-31). "Sutan Pangurabaan Pane Satrawan dan Intelektual Serbabisa dari Sipirok". Gapura News. Diakses tanggal 2022-10-17.
- ^ Utara, ANTARA News Sumatera. "Buku Sutan Pangurabaan Pane, ayah pendiri HMI Lafran Pane diseminarkan". ANTARA News Sumatera Utara. Diakses tanggal 2022-10-17.