Stasiun Gundih

stasiun kereta api di Indonesia
Revisi sejak 18 Oktober 2022 14.31 oleh FarhanSyafiqF (bicara | kontrib) (Nomor Stasiun)

Stasiun Gundih (GD) merupakan stasiun kereta api kelas I yang terletak di Geyer, Geyer, Grobogan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +54 m ini merupakan stasiun kereta api aktif yang letaknya paling selatan di Daerah Operasi IV Semarang. Stasiun ini merupakan stasiun percabangan antara jalur yang menuju Semarang, Gambringan, dan Solo. Kedua rel bertemu di sebelah selatan stasiun.

Stasiun Gundih
Kereta Api Indonesia
JS27

Tampak depan Stasiun Gundih, 2019
Lokasi
Koordinat7°13′0″S 110°53′44″E / 7.21667°S 110.89556°E / -7.21667; 110.89556
Ketinggian+54 m
Operator
Letak
Jumlah peron4 (satu peron sisi dan satu peron pulau yang sama-sama rendah di masing-masing sisi emplasemen)
Jumlah jalur7
  • Emplasemen timur: 3 (jalur 2: sepur lurus)
  • Emplasemen barat: 4 (jalur 2: sepur lurus, jalur 4: Nonaktif)
LayananBrantas, Sancaka Utara, dan Joglosemarkerto
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Gaya arsitekturIndische Empire NIS
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiI[2]
Sejarah
Dibuka10 Februari 1870
Perusahaan awalNederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Layanan aglomerasi Stasiun berikutnya
Telawa
Berlawanan jarum jam
Joglosemarkerto
Lingkar Jawa Tengah
Salem
Searah jarum jam
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Toilet Area merokok 
Tipe persinyalanElektrik tipe Sinyal Interlocking Len-02[3]
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejarah

 
Stasiun Gundih pada tahun 1910-an. Tampak serangkaian kereta api sedang melintas.

Stasiun ini dahulu dibuka sebagai bagian dari pembangunan segmen Kedungjati–Gundih sebagai kelanjutan dari jalur kereta api Samarang–Tangoeng (NIS) yang telah dahulu dibuka pada tanggal 10 Agustus 1867. Dalam kurun waktu dua tahun setelah suksesnya jalur tersebut, kebetulan konstruksi juga dilakukan di segmen Kedungjati–Gundih–Solo Balapan. Pada segmen Kedungjati–Gundih, jalurnya memiliki satu jembatan sepanjang 50 hasta di atas Sungai Tuntang dan melewati pedesaan, hutan jati, dan sawah di daerah Telawa. Hingga awal tahun 1869, biaya yang dikeluarkan untuk membangun lintas ini sebesar 296.785 gulden, sehingga pada awal tahun tersebut NIS juga akan membangun jalur baru menuju Bringin dan selanjutnya diperpanjang menuju Ambarawa. Bahkan dalam rencana yang dibuat oleh NIS, jalur kereta api Kedungjati–Gundih–Solo Balapan akan segera dilaksanakan berturut-turut 1 Mei dan 1 September 1869. Pada tanggal 10 Februari 1870, jalur kereta api segmen Kedungjati–Gundih–Solo Balapan sudah dapat beroperasi penuh,[4] dan pada tanggal 21 Mei 1873, jalur Samarang–Vorstenlanden dan Kedungjati–Ambarawa telah seluruhnya selesai dibangun.[5][6][7]

Pada awal dekade 1900-an, konstruksi jalur baru Gundih–Gambringan–Bojonegoro–Surabaya Pasarturi mulai dikerjakan. Untuk segmen Gundih–Gambringan–Kradenan dibuka pada tanggal 15 Oktober 1900, sedangkan pembukaan utuh jalur tersebut dilakukan pada tanggal 1 Februari 1903.[8] Pembukaan jalur baru ini mengharuskan sepur sempit 1.067 mm. Saat itu stasiun ini tergolong besar di wilayah Grobogan selatan karena memiliki depo lokomotif dan gudang.

Maka sejak saat itulah stasiun ini adalah stasiun terminus dimulainya jalur dengan lebar sepur ganda, yaitu lebar sepur 1.435 mm ditambah sebuah rel lagi di dalamnya sehingga kereta dengan lebar sepur 1.067 mm bisa melewati jalur itu. Hal ini harus dilakukan supaya perjalanan kereta dari dua arah tidak terhambat karena pada saat itu rel dari arah Gambringan hanya menggunakan lebar sepur 1.067 mm, sementara dari arah Brumbung 1.435 mm. Jalur tiga batang rel ini terbentang sampai ke Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta sebelum dibongkar oleh pekerja romusha Jepang pada tahun 1942.[9][10]

Dahulu, terdapat stasiun dan halte yang kini sudah tidak aktif setelah stasiun ini, yaitu Stasiun Ngemplak dan Stasiun Toroh (ke arah utara, sebelum Stasiun Gambringan); Halte Monggot (ke arah selatan, sebelum Stasiun Goprak); dan Halte Jambean (ke arah barat, sebelum Stasiun Karangsono).[11]

Bangunan dan tata letak

 
Depo lokomotif Gundih dan jembatan arah Gambringan di sebelah kanan

Stasiun ini memiliki total tujuh jalur kereta api dan terbagi menjadi dua emplasemen: timur dan barat. Emplasemen timur memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus dari dan ke arah Gambringan-Surabaya, sedangkan emplasemen barat empat jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus arah Semarang dan Solo.

Dahulu, emplasemen timur ditujukan untuk mengakomodasi rel 1.067 mm untuk jurusan Surabaya, sedangkan emplasemen barat untuk rel 1.435 mm jurusan Surakarta. Sejak 1942 rel 1.435 mm dicabut Jepang dan digantikan dengan rel 1.067 mm.[12]

Stasiun ini berarsitektur Indische Empire. Secara keseluruhan kondisinya terawat baik, terutama di bagian muka. Ruangan inti stasiun masih asli, bahkan jam besar yang dipasang bersamaan dengan pembangunan stasiun berfungsi sempurna, demikian pula perangkat persinyalan mekanik jenis Alkmaar peninggalan kolonial juga masih tersimpan dan terawat hingga saat ini. Sejak sekitar tahun 2009-2010, stasiun ini telah menggunakan sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri, menggantikan sistem persinyalan mekanik tersebut.[13]

Sebelumnya jalur-jalur di emplasemen timur yang menuju Gambringan jarang sekali dilalui kereta api sejak dinonaktifkannya kereta api ketel Rewulu–Cepu pada awal tahun 2010 dan berstatus sebagai "jalur darurat".[14][15] Jalur ini hanya digunakan jika jalur lintas Gundih–Brumbung ataupun Gambringan–Brumbung mengalami gangguan yang menyebabkan kereta api tidak bisa melintas. Namun, sehubungan dengan pengoperasian KA Sancaka Utara mulai berlakunya Gapeka 2019, PT KAI dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah memperbaiki "jalur darurat" tersebut.[16][17]

Layanan kereta api

Antarkota

Jalur Nama kereta api Kelas Tujuan akhir Keterangan
Lintas tengah Jawa Sancaka Utara Eksekutif dan bisnis Surabaya Pasarturi Via Gundih



Yogyakarta
Brantas Eksekutif dan ekonomi Blitar Via MadiunSemarang Tawang
Jakarta Pasar Senen

Aglomerasi

Nama kereta api Kelas Tujuan akhir Keterangan
Joglosemarkerto (Solo Balapan–Yogyakarta–Purwokerto–Tegal–Semarang Tawang–Solo Balapan) Eksekutif dan ekonomi Solo Balapan Perjalanan pagi-sore searah jarum jam
Joglosemarkerto (Solo Balapan–Semarang Tawang–Tegal–Purwokerto–Yogyakarta–Solo Balapan–Semarang Tawang) Semarang Tawang Perjalanan pagi-malam berlawanan arah jarum jam

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  4. ^ BOW (1898). Statistiek van het vervoer op de spoorwegen en tramwegen met machinale beweegkracht in Nederlandsch-Indië. Batavia: Landsdrukkerij. 
  5. ^ Schetskaart van de spoorweg Samarang-Vorstenlanden door de Raad van Beheer der Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij aan de Heeren leden van de Staten-Generaal aangeboden. 1869. 
  6. ^ Banck, J.E. (1869). Geschiedenis van het Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. M.J. Fisser. 
  7. ^ Perquin, B.L.M.C. (1921). Nederlandsch Indische staatsspooren tramwegen. Bureau Industria. 
  8. ^ Archiv Für Eisenbahnwesen. 58. 1935. 
  9. ^ Bruin, Jan de (2003). Het Indische Spoor in Oorlogstijd. Uquilair B.V. 
  10. ^ Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980. 
  11. ^ Officieele Reisgids der Spoor en Tramwegen en Aansluitende Automobieldiensten op Java en Madoera. Staatsspoor en Tramwegen Particuliere Spoor en Tramweg-Maatschappijen. 1931. hlm. 142–144, 164–166. 
  12. ^ Balai Pelestarian Cagar Budaya. Stasiun Kereta Api Tapak Bisnis & Militer Belanda. Balai Pelestarian Cagar Budaya. hlm. 24-25. 
  13. ^ PT Len Industri (Persero) (2009). "Sistem Persinyalan Len". 
  14. ^ "Pertamina Kurangi Pengiriman, PT Kereta Nelangsa". Tempo. 2010-02-02. Diakses tanggal 2018-07-18. 
  15. ^ Mediatama, Grahanusa (2010-07-11). "PTKA Tetap Negosiasi Pengiriman BBM Via Kereta Api Ketel". kontan.co.id. Diakses tanggal 2018-07-18. 
  16. ^ Hazami, Akrom. "Jalur Gambringan-Gundih Dilalui Kereta Api Lagi Awal Desember". detikfinance. Diakses tanggal 2019-10-31. 
  17. ^ "Reaktivasi Jalur Kereta Api, Gambringan-Gundih Aktif Kembali 1 Desember 2019 | Semarang Bisnis.com". Bisnis.com. Diakses tanggal 2019-10-31. 

Pranala luar

(Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api

Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Jambean
menuju Brumbung
Segitiga Brumbung–Gundih–Gambringan
Brumbung–Gambringan
  BBG–GD  · GD-GBN  
Ngemplak
menuju Gambringan
Terminus Gundih–Solo Balapan Monggot
Ngemplak
menuju Purwodadi
Purwodadi–Gundih
Lintas cabang PGSM/SJS
Terminus

7°13′08″S 110°54′00″E / 7.218755°S 110.899937°E / -7.218755; 110.899937{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman