Aksara Baybayin

jenis aksara untuk menuliskan sebuah bahasa

Aksara Baybayin atau Aksara Tagalog adalah salah satu aksara daerah di Filipina. Aksara yang merupakan salah satu keturunan Aksara Brahmi ini digunakan setidaknya sejak abad XVI dan selama pemerintah kolonial Spanyol sampai abad XIX. Kata “baybay” dalam Bahasa Tagalog berarti “mengeja”. Sebagian orang menyebut Aksara Baybayin dengan nama Alibata, sebuah nama yang dibakukan oleh Paul Rodriguez Veroza mengikuti urutan Abjad Arab. Arsip Universitas Santo Thomas di Manila (salah satu gedung arsip terbesar di Filipina) merupakan koleksi yang paling banyak menyimpan manuskrip dengan Aksara Baybayin. Buku pertama yang dicetak menggunakan Aksara Baybayin adalah buku pertama yang dicetak di Filipina. Buku tersebut berjudul Doctrina Christiana yang merupakan karya Fra. Juan de Plasencia. Doctrina Christiana adalah sebuah buku diglot (Bahasa Spanyol menggunakan Alphabet Latin dan Bahasa Tagalog menggunakan Aksara Baybayin) yang dicetak di Manila pada tahun 1593.

Sejarah

Aksara Baybayin dicatat oleh Pedro Chirino (1604) dan Antonio de Morga (1609) sebagai aksara yang peling banyak digunakan untuk keperluan pribadi seperti menulis syair. Menurut Henry William Henry Scot, pada sekira tahun 1590 ada beberapa datu yang tidak bisa menandatangani surat keterangan dan pada sekira tahun 1620 ada saksi yang tidak bisa menandatangani wasiat tanah. Tidak ada data pasti sejak kapan Aksara Baybayin mulai populer digunakan. Ada beberapa teori mengenai asal usul Aksara Baybayin:

  1. Aksara Baybayin berasal dari Aksara Kawi (Holle, 1882; Kern, 1882).
  2. Aksara Baybayin berasal dari Aksara Lontara (Fox, 1962).
  3. Aksara Baybayin berasal dari Aksara Assam (Diringer, 1948).
  4. Aksara Baybayin berasal dari Aksara Nagari (Miller, 2011).

Sistem penulisan

Aksara Baybayin terdiri dari tiga huruf vokal dan empatbelas huruf konsonan yang ditulis dari kiri ke kanan. Aksara ini termasuk jenis abugida atau alpha-syllabe di mana setiap huruf konsonan terdiri dari fonem konsonan tertentu yang diikuti vokal a. Untuk mengubah bunyi vokal a tersebut menjadi i / e atau u / o maka ditambahkan sebuah tanda diakritik pada huruf konsonan. Tanda diakritik ini disebut dengan nama “kudlit”. Aksara Baybayin dituliskan tanpa spasi antar kata. Tanda baca yang digunakan hanya sebuah garis vertikal atau sepasang garis vertikal. Garis vertikal ini bisa berfungsi sebagai koma, jeda, atau batas anak kalimat. Aksara Baybayin tidak mengenal sistem penulisan angka.

Tidak ada huruf terpisah antara huruf da dan huruf ra. Hal ini terjadi karena d dan r merupakan alofon dalam kebanyakan bahasa di Filipina. Bunyi da muncul pada awal kata, akhir kata, sebelum konsonan, dan sesudah konsonan. Sedangkan bunyi ra muncul hanya di tengah vokal. Tata bahasa ini masih tersisa dalam Bahasa Filipino, misalnya pada kata dangál (hormat; fonem da karena terletak di awal kata) yang berubah menjadi marangál (terhormat; fonem ra karena terletak di antara dua vokal). Tidak ada huruf terpisah antara i dan e maupun antara u dan o. Hal ini terjadi karena Bahasa Tagalog Kuno tidak membedakan bunyi i dan e maupun bunyi u dan o. Bahkan sampai sekarang penukaran bunyi vokal ini masih digunakan seperti dalam kata lalaki / lalake (laki-laki) dan uód / oód (cacing).

Jenis penulisan

Penulisan tanpa Virama

Dalam cara penulisan asli Aksara Baybayin, sebuah konsonan yang berdiri sendiri (tanpa diikuti oleh vokal) tidak dapat dituliskan dengan pasti. Maka biasanya konsonan seperti itu tidak akan dituliskan dan pembaca akan mengisi konsonan yang hilang melalui konteks kata atau konteks kalimat. Sebagai contoh, fonem n dan k dalam kata "bundók" (gunung) akan dihilangkan sehingga kata itu akan ditulis "budo".

Penulisan dengan Virama

Cara menulis Aksara Baybayin dalam bentuk aslinya menyulitkan para imam misionaris Spanyol untuk menerjemahkan buku-buku agama ke dalam bahasa daerah. Maka pada tahun 1620 Francisco López memperkenalkan kudlit untuk tanda virama berupa tanda + di bawah konsonan yang hendak dibuang vokal a-nya. Orang Filipina tidak pernah menerima penggunaan kudlit virama ini karena dirasa tidak praktis dan lagipula mereka sudah terbiasa menulis dengan cara lama.

Referensi

  • Martin, Cipriano Marcilla y; 1895, Estudio de los Antiguos Alfabetos Filipinos, Tipo-Litografia del Asilo de Huerfanos, Malabon.

Lihat pula

Pranala luar