Uci Turtusi

Ulama
Revisi sejak 14 November 2022 05.51 oleh *sowf (bicara | kontrib)

Abuya Kyai Haji Uci Turtusi bin Dimyati, lebih dikenal sebagai Abuya Uci (meninggal 6 April 2021[2]), adalah seorang ulama dan pendakwah Muslim Indonesia yang berpengaruh dari Banten. Abuya Uci Turtusi adalah pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Al-Istiqlaliyah Cilongok yang menggantikan ayahnya, Abuya KH Dimyati bin KH Romli, yang meninggal pada awal 2001.[1] Pesantren ini didirikan pada tahun 1957 oleh Abuya Dimyati, seorang ulama berpengaruh di Kabupaten Tangerang.[3]


Uci Turtusi Dimyati
(Foto Abuya Uci pada 2017)
GelarAbuya
Nama lainAbuya Uci
Informasi pribadi
Lahir
Uci Turtusi

Meninggal6 April 2021
AgamaIslam
KebangsaanIndonesia Indonesia
Kota asalKabupaten Tangerang
PasanganHajjah Nyias Lala
Anak
Orang tua
  • Abuya Ahmad Dimyathi Cilongok (ayah)
  • Hj. Nihayah (ibu)
EtnisBanten
ZamanZaman modern
DenominasiSunni
MazhabSyafi'i
KredoAsy'ari
Minat utama
TarekatTarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
Dikenal sebagaiPemimpin Pondok Pesantren Al-Istiqlaliyah Cilongok (2001–wafat)
Pekerjaan
  • Ulama
  • penceramah
  • da'i
Pemimpin Muslim
Situs webhttps://abuyauci.com/

Abuya Uci Turtusi dikenal sebagai ulama yang dekat dengan mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur),[4] ia sering menyebut nama Gus Dur dalam setiap ceramah agamanya ketika membahas hakikat Islam dan kerap menceritakan beberapa keistimewaannya sebagai seorang Ulama Muslim yang menjadi presiden. Selain itu, Abuya Uci Turtusi juga dikenal dekat dengan ulama muslim Indonesia berpengaruh lainnya seperti Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.[5]

Abuya Uci Turtusi adalah guru spiritual untuk Gubernur Banten yang sedang menjabat, Wahidin Halim.[6] Ia termasuk salah satu tokoh yang mendukung Wahidin Halim dan Andika Hazrumy menjadi gubernur dan wakil gubernur Banten periode 2017-2022 pada Pemilihan umum Gubernur Banten 2017.

Biografi

Abuya KH Uci Turtusi dari Kp. Cilongok, beliau adalah Ulama Kharismatik dari Banten yang memegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits dan penerus dari ayahnya Alm Abuya Dimyathi Cilongok, bukan Abuya Dimyati Cidahu (ada dua nama kiyai besar bernama Abuya Dimyati) pengajar pengajian mingguan dengan mengajar Ilmu Fiqih, Tafsir Al-Qur'an dan Tassawuf, jamaah yang hadir setiap minggu selalu memadati Kp. Cilongok, Desa Sukamantri, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten tepatnya di Pesantren Al-Istiqlaliyyah Cilongok Pasar Kemis, parkir mobil dan motor para Jamaah sudah tidak tertampung disatu tempat, sehingga kendaraan banyak parkir ditempat yang lumayan jauh, di karena banyaknya jamaah yang tidak tertampung di masjid dan majelis beliau, bahkan jamaah rela mencari tempat duduk disepanjang jalan, dibawah pohon, dan dirumah penduduk sekitar, jamaah mencapai ribuan bahkan puluhan ribu. Namanya sudah terkenal hingga keluar pulau jawa, bahkan yang menghadiri pengajian mingguan sering didatangi ulama dari mancanegara, seperti ulama dari Mesir , Yaman ,Arab , India , Irak , Maroko dan negara lainnya pernah berkunjung mengikuti acara pengajian.

Selain acara pengajian mingguan, ada beberapa acara besar yang diselengarakan tahunan, yaitu acara: Maulid Nabi, Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani.Q.S.A, acara tersebut selalu diramaikan oleh ratusan ribu jamaah. Acara yang paling besar hingga para jamaah membludak membanjiri Kp. Cilongok menjadi lautan manusia, adalah Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani.Q.S.A, ratusan jamaah sudah berdatangan mulai malam acara, dan terus berdatangan hingga pagi hari, dan dihadiri para pejabat, Alm Gusdur (semasa hidup), Bupati, para ulama di luar pulau jawa, ulama dari mancanegara, para Habaib dan para tokoh besar lainnya.

Acara pengajian mingguan membawa berkah bagi para pedagang, dibahu sepanjang jalan dan lapangan kosong para pedagang ikut meramaikan pengajian. Setiap minggu para pedagang menjajakan berbagai aneka makanan, baju muslim, makanan tradisional lokal, akik, sarana ibadah, minyak wangi, dan masih sangat banyak para pedagang lainnya.

Sebelum Almarhum Gus Dur Meninggal beliau ditanya oleh Abuya Uci Thurtusi, "Gus apa yang paling diinginkan oleh Gus apa? Baik di kala jadi presiden atau setelah lengser jadi presiden," (petikan ceramah). Jawaban Gus Dur adalah ketika ia wafat adalah minta sering-sering dikirimkan Al Fatihah. "Saya inginkan adalah ketika saya wafat, istri, anak, teman-teman dan sekitarnya mengirimkan Al Fatihah buat saya," kata Abuya menirukan Gus Dur.

Catatan kaki

Referensi

Pranala luar