Koprofagia

makan kotoran
Revisi sejak 15 November 2022 19.46 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Koprofagia adalah konsumsi tinja, dari bahasa Yunani copros (tinja) dan phagein (makan). Banyak spesies binatang melakukan koprofagia, tetapi jarang dilakukan manusia.

Kupu-kupu sedang makan tinja

Serangga koprofagia memakan dan mencerna tinja binatang yang lebih besar; tinja ini mengandung makanan yang setengah dicerna. Sistem pencernaan herbivora tidak terlalu efisien, jadi makanan yang sudah setengah dicerna ini lebih mudah dimakan oleh mereka.

Coprophagia tidak lazim dalam manusia, dan dianggap sebagai akibat dari koprofilia. Mengkonsumsi tinja orang lain memiliki risiko tertular penyakit seperti hepatitis. Mengkonsumsi tinja sendiri juga mengandung risiko, karena bakteri perut dan telur cacing tidak aman dimakan. Risiko yang sama juga dihadapi oleh pelaku anilingus atau ass to mouth. Praktik coprophagia juga telah digambarkan dalam beberapa film.

Sejarah

sunting

Lewin (2001) menulis bahwa "... mengonsumsi tinja onta yang masih baru dan hangat disarankan oleh Bedouin sebagai obat disentri; hal ini (mungkin karena kandungan subtilisin yang bersifat antibiotik dari Bacillus subtilis) telah dikonfirmasi oleh tentara Jerman di Afrika dalam perang dunia II."

Koprofagia dalam film

sunting

Koprofagia dalam literatur

sunting

Lihat pula

sunting

Rujukan

sunting
  • Lewin, Ralph A. (2001). ""More on Merde"". Perspectives in Biology and Medicine. 44 (4): 594–607. 
  • Hofmeister, Erik, Melinda Cumming, and Cheryl Dhein (2001). "Owner Documentation of Coprophagia in the Canine". Diarsipkan 2007-01-06 di Wayback Machine.. Accessed November 17, 2005.
  • Wise, T.N., and R.L. Goldberg (1995). ""Escalation of a fetish: coprophagia in a nonpsychotic adult of normal intelligence"". J. Sex Marital Ther. 21 (4): 272–5. 

Pranala luar

sunting