Paman

saudara laki-laki yang merupakan saudara kandung dari orang tua

Paman adalah saudara (kakak atau adik) laki-laki dari orang tua seseorang. Panggilan paman juga dapat digunakan kepada laki-laki yang lebih tua dari kita (setingkat orang tua kita) di luar ikatan kekeluargaan sebagai bentuk penghormatan, misalnya kepada orang tua dari teman atau kepada tetangga.

Di Indonesia

Om adalah sebutan lain untuk paman, berasal dari bahasa Belanda "Oom". Pemanggilan paman dengan sebutan "om" sudah menjadi hal yang umum di masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar. Namun demikian, belakangan ini sebutan "om" sedikit bergeser di kalangan generasi milenial dan banyak digunakan untuk menyapa rekan sebaya, yang dalam hal ini "om" bisa disamakan artinya dengan "bro", "mas", atau panggilan serupa lainnya.

Sebutan paman pada banyak suku di Indonesia dibedakan antara paman yang merupakan kakak/lebih tua dari orang tua dengan paman yang merupakan adik/lebih muda dari orang tua.

Beberapa sebutan untuk paman antara lain:

  • Abuwa (Aceh)
  • Amang/Bapa Tua (kakak dari ayah, semarga dan lebih tua dari ayah, atau suami dari kakak perempuan ibu), Amang/Bapa Uda (adik dari ayah, semarga dan lebih muda dari ayah, atau suami dari adik perempuan ibu), Tulang (saudara laki-laki atau semarga dengan ibu) (Batak)
  • Encang (kakak dari ayah/ibu. Di sebagian daerah semua saudara laki-laki ayah/ibu baik kakak maupun adik), encing (adik dari ayah/ibu) (Betawi)
  • Mamak (Dayak Ngaju dan Minangkabau khusus untuk saudara laki-laki ibu)
  • Pakcik, cik tuan, ayah long (paman tertua), ayah ngah (paman anak tengah), ayah su (paman bungsu), ayah nggal (paman tunggal) (Kepulauan Riau)
  • Pakdhe / pakde (Bapak Gedhe, kakak dari ayah/ibu), paklik / paklek / lik (Bapak Cilik, adik dari ayah/ibu) (Jawa)
  • Pak Tuo, Pak Dang (paman tertua), pak ngah (paman anak tengah), Pakcik, Pak Etek (paman bungsu) (Minangkabau khusus untuk saudara laki-laki ayah)
  • Uwa (kakak ayah/ibu), mamang (adik ayah/ibu) (Sunda)