Kasturi kepala-hitam

spesies burung
Revisi sejak 11 Desember 2022 10.11 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (clean up)
Kasturi kepala-hitam
Di Taman Burung Jurong, Singapura
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Superfamili:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Spesies:
L. lory
Nama binomial
Lorius lory
(Linnaeus, 1758)

Kasturi kepala-hitam (Lorius lory) adalah burung Indonesia yang tersebar juga di Guinea Baru. Di Indonesia dan Papua Nugini sungguhlah populasi burung ini stabil. Selain itu, spesies ini juga dilindungi di Indonesia.

Deskripsi

 
Kepala kasturi kepala-hitam

Kasturi kepala hitam memiliki panjang tubuh 31 cm (12,1 inci) dan berat 200-240 g (7-9,1 oz).[2][3] Dikenal dengan burung yang memiliki banyak warna pada bulu. Kasturi kepala-hitam dikenal mempunyai ekor yang lebar. Dada bagian atas dan kepala berwarna merah. Bagian mahkota warnanya hitam. Sedangkan, kepala bagian bawah dan mantel warnanya ungu tua yang berlanjut sampai dada dan berbentuk kalung. Paha dan bagian bawah ekor berwarna biru turkis. Sayap bagian atas warnanya hijau dan bawahnya berwarna merah. Sayap panjangnya 6,4 inci, ekor 4,1 inci, dan tungkainya (tarsus) 8 inci. Ada ciri pembeda antara burung dewasa, remaja, maupun yang masih kecil. Warna biru pada bulu burung remaja tidak tersambung ke arah leher. Namun, pada burung yang masih kecil, tidak ada garis merah pada tengkuk. Ada kerah biru pada sekitaran leher, bagian atas dada berwarna merah, penutup sayap berwarna agak kuning dengan ujung hitam. Bagian tengah ekor berwarna kehijauan. Hanya kasturi kepala-hitam yang keseluruhan warna bulu ekor adalah merah.[2][4][5][6] Ciri pembeda spesies ini dengan kasturi perut-ungu (Lorius hypoinochrous) adalah cere yang berwarna putih. Kasturi perut-ungu memiliki tengkuk yang berwarna merah-ungu.[7]

Adapun, perbedaan antara jantan maupun betina tidak terlalu jelas. Pada kasturi kepala-hitam yang jantan, bulu dada berwarna biru tua mengilap dengan perilaku sering mengembangkan sayap serta menaik-turunkan kepala dan tubuhnya. Namun, pada burung betina bulu dadanya berwarna biru tua agak pucat dan kusam serta berperilaku kurang gesit.[8] Iris mata berwarna oranye pada burung jantan, dan kuning/oranye muda pada burung betina. Kasturi kepala-hitam sendiri baru dewasa kelamin pada usia antara 3-3,5 tahun.[8] Tengkorak juga menjadi pembeda, yakni tengkorak kasturi jantan lebih lebar ketimbang betina. Paruh biasanya lebih lebar, dan semakin besar bila bertambah usia.[9]

Suara

Kasturi kepala-hitam memiliki suara merdu yang bervariasi, ia memiliki suara pekikan/jeritan yang pendek dan kicauan yang jelas.[10] Suaranya menyerupai mino emas daripada suara nuri. Kadang mengeluarkan rangkaian nada identik yang monoton menyerupai suara elang alap.[11]

Taksonomi

Kasturi kepala-hitam terbagi atas 7 anak jenis, yakni L. l. lory, L. l. erythrothorax, L. l. somu, L. l. salvadorii, L. l. viridicrissalis, L. l. jobiensis, dan L. l. cyanauchen.[2][3] Beberapa subspesies kasturi kepala-hitam memiliki warna yang agak ungu pada leher dan perut.[10]

Berikut akan dijelaskan ciri-ciri subspesies:[2][3][4]

  • L. l. lory memiliki ciri yang nyata, dimana warna biru pada daerah tengkuk melebar ke punggung sampai ke dada, perut, hingga tungging. Sayap bagian bawah mulai dari pangkalnya hingga ujung berwarna merah, kuning, dan hitam. Tersebar di kepala burung Papua dan Papua Barat. Pada burung yang belum dewasa mantel ungu di tengkuk belum menyatu dengan perut serta mata dan paruh berwarna coklat. Selain itu, biru muda menutupi bagian bawah sayap. Cere (bagian di atas paruh di sekitar lubang hidung) dan lingkaran sekitar mata berwarna abu-abu pucat.[2][3]
  • L. l. erythrothorax memiliki ciri bahwa mantel yang berwarna ungu melingkar tidak penuh pada bagian leher. Warna biru yang terpisah satu sama lain terdapat pada punggung, dada, dan tungging. Sayap bagian bawah mirip subspesies lory.
  • L. l. somu memiliki perbedaan berupa tidak adanya mantel ungu di tengkuk. Tersebar di Papua bagian selatan ke arah Papua Nugini.
  • L l. salvadorii mirip dengan subspesies erythrothorax, tetapi warna ungu lebih dominan ketimbang hitam pada daerah bawah sayap. Terdapat di Papua Tengah dan selatan Papua Nugini.
  • L l. viridicrissalis mirip dengan subspesies salvadorii namun warna dada dominan hitam serta meluas sampai bawah sayap. Terdapat di Papua utara, dari Aitape, sampai teluk Astrolabe.
  • L. l. jobiensis mirip dengan nuri salvadori tapi merah di dada dan ungu di bagian mantel lebih pucat. Warna biru pada tengkuk menyebar pada sisi leher dengan sayap yang berwarna biru. Terdapat di Pulau Yapen hingga teluk Geelvink.
  • L. l. cyanauchen memiliki ciri warna biru pada tengkuk menyatu dengan warna hitam di bagian mahkota. Terdapat di Pulau Biak, Teluk Geelvink.[2] Mantel ungu tidak melingkar penuh, pada bagian punggung warna biru melebar ke dada dan tungging. Sayap bagian bawah berwarna biru, kuning, dan hitam yang tersusun sampai ke pangkal sayap.

Persebaran & habitat

 
Kasturi kepala-hitam tengah bergantung

Kasturi kepala-hitam tersebar meliputi dari daerah kepala burung Papua dan sekitarnya, seperti Pulau Batanta, Kepulauan Misool, dan Salawati juga wilayah dataran rendah di sekitarnya.[2] Kasturi ini juga terdapat di beberapa pulau di Teluk Cendrawasih: Yapen, Meos Num, dan Biak. Terdapat pula di Papua Nugini. Spesies ini ditemukan hingga ketinggian 1200 mdpl (jarang-jarang bisa ditemukan hingga 1750 mdpl).[7][11] Spesies ini menghuni hutan hujan primer, tepian hutan, wilayah berawa, dan hutan kering. Sering didapati di tepi pantai. Spesies ini bisa juga ditemukan pada ketinggian 1000 mdpl, dan jarang hingga 1650 mdpl.[10]

 
Kasturi kepala-hitam (Lorius lory) menghadap ke arah kiri

Di Indonesia, kasturi kepala-hitam ini berkembang-biak di Irian Jaya, terutama di Papua Barat, dan pulau-pulau di Teluk Geelvink. Di luar Indonesia, spesies ini berbiak di Papua Nugini.[12]

Kebiasaan & perilaku

Kasturi kepala-hitam biasanya berpasangan atau dalam kelompok kecil, 10 atau lebih. Individu mencari makan di lapisan tajuk bagian tengah pohon yang berbunga. Burung yang pendiam dan tidak mencolok ketika bertengger. Spesies ini memakan nektar, bunga, buah, dan serangga.[11] Berbeda dengan perilaku betet/kakatua, kasturi/nuri memiliki permukaan lidah seperti sikat yang digunakan untuk menjilat pakannya. Oleh sebab itulah, dapat dimaklumi bahwasanya jenis ini memakan pakan yang lunak dan berair.[13] Kasturi kepala-hitam termasuk burung yang menetap/sedenter dan berpasangan. Spesies ini terbang di bawah kanopi, ke dan dari sarangnya.[10]

Jumlah telur kasturi kepala-hitam adalah 2 butir. Telurnya dierami selama 26-27 hari. Masa awal terbang (fledging) kasturi kepala-hitam adalah 8-9 minggu.[14] Rentang hidup kasturi kepala-hitam adalah 20-25 tahun,[15] dan sebuah referensi menyebut rentang hidupnya mencapai 30,83 tahun.[16]

Dalam kebudayaan

 
Dua ekor kasturi kepala-hitam sedang hinggap di cabang ranting pohon

Di Indonesia timur, kasturi kepala-hitam dijadikan burung peliharaan.[10] Adapun, salah satu hal yang menjadi daya tarik bagi kasturi ini adalah kemampuan berbicaranya yang baik[15] dan berwarna indah sehingga banyak dicari orang.[2] Spesies ini diperdagangkan sebagai hewan peliharaan.[7] Bahkan selama survei 4 tahun dari 1997-2001 di Medan, diketahui sebanyak 378 ekor burung telah terjual di pasar.[17] Setelah diadakan investigasi tentang burung yang paling diperdagangkan, jenis burung paruh bengkok yang paling diperdagangkan di Jawa adalah kasturi kepala-hitam.[18]

Status

Kasturi kepala-hitam termasuk spesies dengan jumlah populasi yang stabil.[19] Populasinya diperkirakan lebih dari 100.000 ekor,[2] dan memilki persebaran sekitar 20.000 km2; itulah alasan yang menyebabkan kasturi kepala-hitam diyakini digolongkan dalam Risiko Rendah/LC oleh IUCN.[11] Diduga, sebab lain populasi kasturi kepala-hitam yang stabil adalah tidak adanya bukti untuk setiap penurunan atau ancaman substansial.[19] Di Indonesia, kasturi kepala-hitam dilindungi sejak tahun 1970 melalui Keputusan Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/1970.[2] Untuk menegaskan perlindungan spesies ini, dia dilindungi pula dalam PP No.7/1999. Namun, dalam Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999 ini, kasturi kepala-hitam sendiri masih dianggap sebagai spesies yang dilindungi di Indonesia padahal jenis ini sudah tidak tercantum dalam daftar spesies yang tidak dilindungi.[20] Dalam CITES (Conference International for Endangered Species of Flora and Fauna [arti:Konvensi Internasional untuk Perdagangan Satwa dan Tanaman Liar]) yang dikeluarkan IUCN menggolongkan kasturi kepala-hitam dalam Apendiks II.[20]

Referensi

  1. ^ Butchart, S. & Symes, A. (2013). "Lorius lory". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.1. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 7 July 2013. 
  2. ^ a b c d e f g h i j Prahara (2003) hal.24 – 26.
  3. ^ a b c d "Black-capped Lory". World Parrot Trust. Diakses tanggal 5 Juli 2013. 
  4. ^ a b Salvadori (1891) hal.32 – 37.
  5. ^ Mivart (1896) hal.49
  6. ^ Forshaw (2010) hal.58
  7. ^ a b c ASEAN-WEN; TRAFFIC (2012) hal.43
  8. ^ a b Prahara (2003) hal.43 – 44.
  9. ^ Butler (1907) hal.107
  10. ^ a b c d e Strange (2001) hal.142
  11. ^ a b c d "Kasturi Kepala-hitam". Kutilang Indonesia. 26 September 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-14. Diakses tanggal 6 Juli 2013. 
  12. ^ WCMC (1995) hal.89
  13. ^ Prahara (2003) hal.74 – 75
  14. ^ Prahara (2003) hal.50 & 66
  15. ^ a b "Blue-capped Lories". Avianweb. Diakses tanggal 7 Juli 2013. 
  16. ^ Young, Anna M.; Hobson, Elizabeth A.; Lackey, Laurie Bingaman; Wright, Timothy F. (2012). "Survival on the ark: life history trends in captive parrots". Anim. Conserv. 15 (1): 28–53. doi:10.1111/j.1469-1795.2011.00477.x. PMC 3289156 . 
  17. ^ Shepherd, Chris R. (2006). "The bird trade in Medan, north Sumatra:an overview" (PDF). Birding Asia. 5: 16–24. 
  18. ^ "Terbang Tanpa Sayap:Investigasi Mendalam ProFauna Indonesia tentang Perdagangan Burung Paruh Bengkok di Indonesia". ProFauna. Diakses tanggal 8 July 2013. 
  19. ^ a b "Black-capped Lory Lorius lory". Species factsheet. BirdLife International. Diakses tanggal 7 Juli 2013. 
  20. ^ a b Prahara (2003) hal.4, 7, & 95.

Daftar pustaka