Tukdana, Indramayu
Tukdana nama lain Carakan Aksara Jawa ꧋ꦡꦸꦑ꧀ꦝꦟ꧉ adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Indramayu yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bangodua, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Tukdana | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Indramayu | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | ASEP AFANDY DJANWARI, S.Sos., M.Si | ||||
Populasi | |||||
• Total | 55,170 jiwa (L: 27,543 P: 27,627) jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 32.12.30 | ||||
Kode BPS | 3212061 | ||||
Luas | 45.88 km² | ||||
Kepadatan | 1.186 jiwa/km² | ||||
|
Perbatasan
Utara | Kecamatan Bangodua |
Timur | Kecamatan Sukagumiwang |
Selatan | Kabupaten Majalengka |
Barat | Kecamatan Cikedung dan Kecamatan Lelea |
Data Umum
Jumlah penduduk: 55.170 jiwa (Laki-laki: 27.543, Perempuan: 27.627)
Jumlah Desa: 13
Jumlah RT: 159
Jumlah RW: 56
Jumlah KK: 21.208
Penggunaan Lahan
Permukiman: 972.055 ha
Sawah Irigasi: 617.024 ha
Sawah Tadah hujan: 219.049 ha
Ladang: 407,88 ha
Bahasa
- Suku jawa kuno (galuh jawa/kawi).
- Suku jawa kuno wetan (tengger & osing).
- Bahasa indonesia.
Bahasa tersebut adalah bahasa asli penduduk pribumi jawa kuno, diantaranya masih belum mengenal bahasa jawa tingkatan, anak tetapi bahasa tingkatan(krama) juga masih dilestarikan di sekolah (SMP,SMA & SMK) maupun masyarakat kabupaten indramayu. Mengingat massa lalu di mana indramayu diambil alih oleh kesultanan mataram islam pada abad 16. Hal ini menjadi bahasa jawa tingkatan (krama/jawa mataram) ikut mempengaruhi dan digunakan di indramayu, sangat wajib bagi penduduk jawa saat itu hingga saat ini.
Penggunaan bahasa sehari-hari :
Aksara Jawa ꧊ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧊ Artikel utama: Aksara Jawa Aksara jawa berbeda dengan huruf Latin yang kita gunakan sekarang ini untuk menulis. Aksara jawa terdiri dari:
Aksara Carakan / ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦕꦫꦏꦤ꧀ . Aksara inti yang terdiri dari 20 suku kata ato biasa disebut Dentawiyanjana, yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga ;
Aksara Pasangan / ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦥꦱꦔꦤ꧀ . Bentuk mati (huruf) dari aksara inti, yaitu: h, n, c, r, k, d, t, s, w, l, p, dh, j, y, ny, m, g, b, th, ng ; pasangan
Aksara Swara / ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦱ꧀ꦮꦫ . Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama orang yang dihormati yang diawali dengan huruf hidup, yaitu: A, I, U, E, O
Aksara Rekan / ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦉꦏꦤ꧀ . Untuk penulisan huruf-huruf yang berasal dari serapan bahasa asing, yaitu: kh, f, dz, gh, z
Aksara Murda / ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦩꦸꦂꦢ . Biasanya untuk huruf awal penulisan nama kota ato nama orang yang dihormati, yaitu: Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, Ba
Aksara Wilangan / ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦮꦶꦭꦔꦤ꧀ . Untuk penulisan bilangan dalam bahasa Jawa, yaitu angka 1 s/d 10 dalam aksara Jawa.
Tanda Baca (Sandangan / ꦱꦤ꧀ꦢꦔꦤ꧀ ). Merupakan tanda baca yang biasa digunakan, huruf hidup serta huruf mati yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari, yaitu tanda: koma, titik, awal kamimat, dll. huruf: i, o, u, e. huruf mati: _r, _ng, _ra, _re, dll
Tembung ꧊ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁ꧊ Tembung dalam bahasa Indonesia artinya kata. Artinya kumpulan wanda (sukukata) yang memiliki arti. Tembung yang memiliki satu suku kata (mung sakwanda) disebut Tembung wod. Tembung lingga (Kata dasar) adalah kalimat tembung yang belum berubah dari asalnya. Tembung andhahan (Kata jadian) adalah kalimat tembung yang sudah berubah dari asalnya, karena diberi Ater ater (Awalan),Seselan (Sisipan),Panambang (Akhiran).
Silah silahing tembung atau jenis kata (Gramar) dalam Bahasa Jawa ada 10 macam:
Tembung aran / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦲꦫꦤ꧀
(kata benda). contoh: meja, kursi.
Tembung Kriya / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦏꦿꦶꦪ꧊
(kata kerja) Contoh: turu, adus.
Tembung ganti / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦒꦤ꧀ꦠꦶ
(kata ganti). Contoh: aku, kowe, bapak.
Tembung Wilangan / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦮꦶꦭꦔꦤ꧀
(kata bilangan). Contoh: enem, telu, papat.
Tembung Kahanan / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦏꦲꦤꦤ꧀
(kata sifat). Contoh: ayu, kuru, seneng.
Tembung Katrangan / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦏꦠꦿꦔꦤ꧀
(kata keterangan). Contoh: ngesor, lor, tengah.
Tembung Pangguwuh / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦥꦔ꧀ꦒꦸꦮꦸꦃ
(kata seru). Contoh: wah, aduh, ah, eh.
Tembung Sandhangan / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦱꦟ꧀ꦝꦔꦤ꧀
(kata sandang). Contoh: Sang, Hyang, Raden.
Tembung Panyambung / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦥꦚꦩ꧀ꦧꦸꦁ
(kata sambung). Contoh: lan, mulane, sarta.
Tembung Pangarep / ꦠꦼꦩ꧀ꦧꦸꦁꦥꦔꦉꦥ꧀
(kata depan). Contoh: saka, ing, sing.
- Ater ater Seselan Panambang ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂꦱꦼꦱꦼꦭꦤ꧀ꦥꦤꦩ꧀ꦧꦁ꧊
Ater ater (Awalan),Seselan (Sisipan),Panambang (Akhiran).
- Ater ater ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂ꧊
Ater ater Hanuswara ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂꦲꦤꦸꦱ꧀ꦮꦫ꧊ m [m+bathik=mbathik] n [n+tulis=nulis] ng [ng+kethok=ngethok] ny [ny+cuwil=nyuwil]
- Ater ater Tripurasa ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂꦠꦿꦶꦥꦸꦫꦰ꧊
dak [dak+pangan=dakpangak] ko [ko+jupuk=kojupuk] di [di+goreng=digoreng] Ater ater liya ꧊ꦲꦠꦼꦂꦲꦠꦼꦂꦭꦶꦪ꧊ a [a+lungguh=alungguh] ma [ma+lumpat=malumpat] ka [ka+gawa=kagawa] ke [ke+sandhung=kesandhung] sa [sa+gegem=sagegem] pa [pa+lilah=palilah] pi [pi+tutur=pitutur] pra [pra+tandha=pratandha] tar [tar+buka=tarbuka] kuma [kuma+wani=kumawani] kami [kami+tuwa=kamituwa] kapi [kapi+temen=kapitemen] Seselan ꧊ꦱꦼꦱꦼꦭꦤ꧀ um [..um..+guyu=gumuyu] in [..in..+carita=cinarita] el [..el..+siwer=seliwer] er [..er..+canthel=cranthel] Panambang ꧊ꦥꦤꦩ꧀ꦧꦁ꧊ i [kandh+i=kandhani] ake [jupuk+ake=jupukake] ne [teka+ne=tekane] e [omah+e=omahe] ane [jaluk+ane=jalukane] ke [kethok+ke=kethokke] a [dudut+a=duduta] na [gawa+na=gawakna] ana [weneh+ana=wenehana] ku [buku+ku=bukuku] mu [klambi+mu=klambimu] e [omah+e=omahe] Homonim Homonim yaiku tembung-tembung kata sama ucapannya sama penulisannya tetapi beda arti karena asal kata beda. Contoh:
Kula rade pandung panjenengan punika sinten? (pangling) Rehning punika kathah pandung, mila kedah ngantos-atos. (maling) Mengko yen ibu duka kepriye, mbak? (nesu/marah) Bocah ditakoni kok mung duka bae, sebel aku! (embuh/tidak tahu) Antonim Antonim / Tembung kosok balen yaiku tembung kata yang memiliki arti berkebalikan dengan yang lain. Kata kata antonim antara lain: padhang-peteng, bungah-susah, gedhe-cilik, beja-cilaka, kasar-alus, lan sapiturute. Contoh:
Bab sugih mlarat iku sejatine jatahe dhewe-dhewe. Kali ing Kalimantan kuwi tiga rendheng banyune ajeg gedhe. Sinonim Sinonim (nunggal misah) yaiku rong tembung dua kata atau lebih yang bentuk penulisannya beda, arti sama atau hampir sama, arti yang sama persis itu jarang. Contoh:
Bocah kuwi senenge randha kemul. Bocah kuwi senenge tempe goreng diwenehi glepung. Tawangmangu iku hawane pancen adhem banget. Tawangmangu iku hawane pancen atis banget. Homograf Homograf yaiku tembung-tembung kata yang penulisannya beda artinya beda. Contoh:
Tiyang punika asring ngagem busana cemeng. cemeng = ireng Aku yen sowan budhe arep nyuwun cemeng loro. cemeng = anak kucing Yen duwe meri kudu dikandhangake. meri = anak bebek Kowe ora perlu meri karo adhimu. meri = ewa, iri Fungsi Kalimat Di dalam bahasa Jawa, kalimat atau ukara bisa dibagi menjadi jejer, wasesa, lesan, geganep, dan panerang.
Dalam bahasa indonesia kita mengenal adanya struktur atau susunan kalimat, seperti subjek, predikat dan objek. Dalam bahasa Jawa pun juga memiliki hal yang sama akan tetapi bernama lain,
Jejer ꧊ꦗꦺꦗꦺꦂ꧊
= subjek
Wasesa ꧊ꦮꦱꦺꦰ꧊
= predikat
Lesan ꦭꦺꦱꦤ꧀
= objek
Geganep ꦒꦼꦒꦤꦼꦥ꧀
= pelengkap
Seperti halnya dalam Bahasa Indonesia, jejer dikenai pekerjaan dengan pola sama seperti bahasa Indonesia tidak seperti Bahasa Inggris yang dibolak balik.
Contoh kalimatnya: - Aku mangan. (Aku makan.) aku = jejer mangan = wasesa
- Aku mangan sega. (Aku makan nasi.) aku = jejer mangan = wasesa sega = objek
- Adhikku diwenehi sega pecel. (Adikku diberi nasi pecel.) adhikku = jejer diwenehi = wasesa sega pecel = geganep
Untuk bagian kalimat seperti keterangan (katrangan) sama saja seperti bahasa Indonesia.
Ukara ꧊ꦲꦸꦏꦫ꧊ Silah silahing ukara (Jenis-jenis Kalimat dlm Bhs. Jawa).
Sejarah
Kecamatan Tukdana adalah kecamatan pemekaran dari Kecamatan Bangodua, namun dahulunya Kecamatan Tukdana ini adalah bagian dari Kadipaten Jatibarang yang baru dibentuk di era Karesidenan Indramayu tahun 1812 masehi.
Sebelum dibentuknya Kadipaten Jatibarang, semua wilayah di Indramayu adalah wilaya kekuasaan wamsa Kasulthonul Nagarigung Dermayu dari 1478 masehi wamsa dinasti Sapu Angin (Sulthonul Khalifatullah Aria Wirasamudra atau Wiralodra I) hingga wamsa Dinasti Indrawijaya (Sulhonul Kartawijaya) dan wamsa Dinasti Purbadinegara III (Sulthonul Sostro Warjoyo) tahun 1948.
Tokoh pendiri pertama di Tukdana adalah Syeikh Wongso Yudo murid dari Sunan Kalihjaga tahun 1489 masehi, Syeikh Wongso Yudo berasal dari Semarang, yang mana saat itu Semarang berada dalam kekuasaan Kesultanan Demak. Syeikh Wongso Yudo dikenal oleh penduduk Tukdana sebagai Syeikh Semarang dan beliau dikebumikan di Desa Jawad (Rancajawad, Tukdana, Indramayu).
Sebelum Kesulthonul Nagarigung Dermayu berdiri wilayah ini berada dalam kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit (Kerajaan Manukan), Kerajaan Kembang Jenar dan baru berdirinya Kasulthonul Nagarigung Darmayu tahun 1478 masehi. Termasuk ketika Kesultanan Dermayu menjadi kerajaan pasal atau bawahan Kasulthonul Mataram Islam sekitar tahun 1628 masehi.
Agama
- Sarana Ibadah
- Masjid: 20
- Musholah: 179
- Pemeluk Agama
- Islam: 47.268
- Protestan: 6
- Katolik: 2
Kesehatan
- Sarana Kesehatan
- Jumlah Puskesmas: 2
- Jumlah Puskesmas Pembantu: 2
- Jumlah Polindes: 8
- Jumlah Posyandu: 75
- Petugas Medis
- Dokter: 6
- Perawat: 2
- Bidan: 25
- Non Perawat: 18
Desa dan Kelurahan
Kecamatan Tukdana memiliki 13 Desa, berikut adalah daftar nama desa, luas wilayah dan nama kepala desa masing-masing.
N0. | NAMA DESA | LUAS WILAYAH (km²) | NAMA KEPALA DESA |
---|---|---|---|
1 | Bodas | - | Narwan |
2 | Gadel | - | Tasma |
3 | Rancajawat | - | Mamet T Haryanto, Sos |
4 | Cangko | - | Patkurohman |
5 | Kerticala | - | Satori |
6 | Sukamulya | - | Husni Tambrin, SH |
7 | Sukadana | - | H. Ino Norita |
8 | Sukaperna | - | Khasanudin |
9 | Mekarsari | - | Kaslam |
10 | Pagedangan | - | Kadinah |
11 | Karangkerta | - | Kartana |
12 | Lajer | - | Sujono |
13 | Tukdana | - | Hj. Neny Hastuti |