Prasasti Kebon Kopi I
6°31′40″S 106°40′20″E / 6.5278048°S 106.6721078°E
Prasasti Kebon kopi I (prasasti tapak gajah) | |
---|---|
Nama sebagaimana tercantum dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya | |
Cagar budaya Indonesia | |
Peringkat | Nasional |
Kategori | Benda |
No. Regnas | CB.42 |
Lokasi keberadaan | Kota Bogor, Jawa Barat |
No. SK | 185/M/2015 |
Tanggal SK | 9 Oktober 2015 |
Tingkat SK | Menteri |
Pemilik | Indonesia |
Pengelola | Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang |
Koordinat | 6°32′18″S 106°39′27″E / 6.5381996°S 106.6574854°E{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman |
Prasasti Kebon Kopi I (dinamakan demikian untuk dibedakan dari Prasasti Kebon Kopi II) atau Prasasti Tapak Gajah (karena terdapat pahatan tapak kaki gajah),[1] merupakan salah satu peninggalan kerajaan Tarumanagara.[2] Prasasti ini menampilkan ukiran tapak kaki gajah, yang mungkin merupakan tunggangan raja Purnawarman, yang disamakan dengan gajah Airawata, wahana Dewa Indra.[3]
Lokasi dan deskripsi
Prasasti Kebon Kopi I terletak di Kampung Muara, termasuk wilayah Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti ini ditemukan pada abad ke-19, ketika dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi. Oleh karena itu prasasti ini disebut Prasasti Kebon Kopi I. Hingga kini prasasti tersebut masih berada di tempatnya ditemukan (in situ). Prasasti ini berada pada koordinat 106°41'25,2" Bujur Timur dan 06°31'39,9" Lintang Selatan dengan ketinggian 320 m di atas permukaan laut. Area situs ini merupakan kawasan pertemuan tiga sungai, yaitu Sungai Ciaruteun di selatan, Sungai Cisadane di timur, Sungai Cianten di barat, serta muara Sungai Cianten yang bertemu dengan Sungai Cisadane di utara.[2]
Lokasi ini berjarak sekitar 19 kilometer ke arah Barat Laut dari pusat kota Bogor menuju ke arah Ciampea. Kondisi jalan menuju lokasi cukup memadai, tetapi dari jalan raya belum dilengkapi dengan penunjuk jalan.
Prasasti dipahatkan di atas sebuah batu datar dari bahan andesit berwarna kecokelatan berukuran tinggi 69 cm, lebar 104cm dan 164 cm. Di permukaan batu dipahatkan sepasang telapak kaki gajah dan mengapit sebaris tulisan berhuruf Palawa dalam Bahasa Sanskerta.
Sejarah
Pada tahun 1863, Jonathan Rigg, seorang tuan tanah pemilik perkebunan kopi di dekat Buitenzorg (kini Bogor), melaporkan penemuan prasasti di tanahnya. Penemuan prasasti ini dilaporkan kepada Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (kini Museum Nasional Indonesia) di Batavia (kini Jakarta). Karena itulah prasasti ini disebut prasasti Kebon Kopi.[2]
Di kawasan situs Ciaruteun ditemukan beberapa prasasti. Prasasti Kebon Kopi I adalah salah satu dari tiga buah prasasti di kawasan ini yang penting nilainya bagi kesejarahan Kerajaan Tarumanagara (abad ke-5-7 M). Dua prasasti lainnya adalah Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Muara Cianten, keduanya ditemukan tidak jauh dari prasasti ini. Prasasti Kebon Kopi I dan Prasasti Ciaruteun telah ditata dan diberi cungkup (atap pendopo peneduh). Sebenarnya ada pula Prasasti Kebon Kopi II yang pernah ditemukan di lokasi yang berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi ini, namun kini prasasti Kebon Kopi II telah hilang.
Bahan
Prasasti Kebon Kopi dipahatkan pada salah satu bidang permukaan batu yang berukuran cukup besar.
Teks prasasti
Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta yang disusun ke dalam bentuk seloka metrum Anustubh yang diapit sepasang pahatan gambar telapak kaki gajah.
Teks:
~ ~ jayavisalasya Tarumendrasya hastinah ~ ~
Airwavatabhasya vibhatidam ~ padadvayam
Terjemahan:
“Di sini tampak tergambar sepasang telapak kaki …yang seperti
Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam….dan (?) kejayaan”
Lihat pula
Media tentang Tapak Gajah Inscription di Wikimedia Commons
Rujukan
- ^ Nugroho, Lingga Arvian (30 December 2015). "Prasasti Tapak Gajah di Ciaruteun Bogor, Ini Bentuknya". Tribunnews.com.
- ^ a b c "Prasasti Tapak Gajah". Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Jawa Barat. 30 December 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-31. Diakses tanggal 2016-09-15.
- ^ Zahorka, Herwig (2007). The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
Daftar pustaka
- H.P. Hoepermans “Hindoe-Oudheden va Java (1864)” ROD 1913:74
- J.F.G. Brumund “Bijdragen tot de kennis va het Hindoeisme op Java” VBG.XXXIII 1868:63-64
- A.B. Cohen Stuart “Heilige Voetsporen op Java” BKI 3(X) 1875:163-168. Juga di bahasa Inggris berjudul: “Sacred Footprints in Java” Indian AntiQuary IV. 1875:355-dst
- H. Kern “Eenige Oude Sanskrit-Opschrifte n van ‘t Maleische-schiereil and” VMKAWL 3(1).1884:9
- P.J. Veth, Java II. 1878:46; I.1896:27
- R.D.M. Verbeek “Oudheden van Java” VBG. XLVI. 1891:30-31.
- J. Ph. Vogel “the Earliest Sanskrit Inscription opsachriften of Java” POD. I. l925:27-28. Plate 32,33.
- Bambang Soemadio (et.al. editor) Sejarah Nasional Indonesia II, Jaman Kuno. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan l975:39-40; l984:40