Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:
Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus
Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat permissions@wikimedia.org atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
Dokter Boemiputra lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA)
Suami/istri
Raden Adjeng Samsidah
Orang tua
Raden Mas Padmokoesoemo (ayah)
Raden Adjeng Marsidah Padmokoesoemo (ibu)
Raden Mas Goembrek (28 Juni 1885 – 19 Januari 1968) adalah salah satu tokoh pendiri Boedi Oetomo yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah.[1] Ia juga menerima gelar dokter Jawa dari School tot Opleiding van Inlandsche Artsen STOVIA-gelar ini diberikan untuk orang-orang Boemiputra setelah lulus dari STOVIA.
Raden Mas Goembrek lahir 28 Juni 1885, dari pasangan Raden Mas Padmokoesoemo dengan Raden Adjeng Marsidah. Ayahnya pernah menjabat asisten wedana (camat) Purwodadi, yang kemudian dengan beslit 15 Desember 1886 diangkat menjadi Wedana (bupati) Ambal Kebumen, ibu kota kabupaten, selama 11 tahun. Kedua kakeknya adalah bupati di Karesidenan Bagelen. Ayahnya, Raden Mas Padmokoesoemo, terlahir dengan nama Raden Mas Soeseno, dari pasangan Raden Adipati Tjokronagoro II, bupati Purworejo II (1856- 1876)[2]dengan istri Padmi (Bendara Raden Adjeng Tjokronagoro II) yang merupakan cucu turunan dari Susuhunan Pakubuwono IV, raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1788-1820). Kakeknya adalah putra bupati pertama pendiri Kabupaten Purworejo, bernama Raden Adipati Tjokronagoro I. Sedangkan ibunya, Raden Adjeng Marsidah dari pasangan Raden Adipati Kartanegara I, bupati Karanganyar II (1864-1885) dengan istri Padmi (Raden Adjeng Kartanegara I), putra dari R. Tumenggung Tjakrawedana II, Bupati Cilacap keturunan langsung dari Raden Adipati Tjakrawedana I, bupati Banyumas XIII (1815-1831). Kakek Goembrek dari garis ibu ini adalah putra Raden Adipati Poerbonegoro, bupati Ambal (Kebumen), (1832-1971).
Masa kecil Goembrek, ketika bayi hingga menjelang sekolah dihabiskan di Kebumen. Ayahnya Raden Mas Padmokoeseomo diangkat sebagai wedana (bupati) Kebumen (1886-1897). Karena sekolah dasar Belanda Eropeeshe Lagere School (ELS) hanya terdapat di ibu kota karesidenan, Purworejo. Akhirnya, ia tinggal di tempat pakdhenya, Bupati Purworejo, Raden Mas Tumenggung Tjokronagoro II. Agar bisa mengikuti pendidikan ELS. Pada 1901,ia lulus dari ELS. Goembrek mengikuti ujian matrikulasi dan berhasil lolos masuk STOVIA 25 Januari 1902.
Goembrek bergabung dengan kelompok Soetomo yang baru masuk matrikulasi STOVIA pada tahun 1903 dan sering ikut berdiskusi masalah kebangsaan. Ketika organisasi modern pertama Boedi Oetomo diserukan pada tanggal 20 Mei 1908, Goembrek termasuk sebagai pendiri Boedi Oetomo dan duduk dalam kepengurusan sebagai komisaris. Pada rentang waktu dari pembentukan sampai menjelang kongres I Boedi Oetomo, para pelajar STOVIA pendiri perhimpunan ini sibuk mengobarkan dan mencari dukungan bagi gerakan. Dengan latar belakang yang kental dari keluarga besar keturunan bupati, Goembrek berperan penting dalam melakukan pendekatan dengan bupati-bupati yang sejalan dengan perjuangan untuk mendukung Boedi Oetomo.
Karena kekurangan dokter dan ada pageblug pes di Malang yang menyebabkan puluhan ribu jiwa terjangkit, Goembrek bersama pelajar lainnya, diturunkan ke medan wabah pes, dan kemudian dilantik menjadi inlandsh arts (dokter bumiputera ), lulus tanpa ujian pada 11 April 1911.[3]
Masa pemerintahan Hindia Belanda
Goembrek mengikuti program ikatan dinas, paling sedikit harus bekerja 10 tahun pada pemerintah Hindia Belanda. Setelah 10 tahun berlalu, ia tetap berada di bawah pengawasan pemerintah dan tidak pernah membuka praktik swasta. Data "Gunseikanbu" (kelompok eksekutif) 19 Juli 1943 hanya menyebutkan secara singkat, Goembrek bekerja pada pemerintah Hindia Belanda sejak lulus 1911 sampai masa pensiun tahun 1941. Pada masa itu, ia pernah bertugas di 34 kota. Sebagai dokter bumiputra, ia menjadi anggota"Vereeniging voor Inlandsche Artsen" (asosiasi dokter dalam negri) yang didirikan pada 29 September 1911.
Pada awal 9 tahun sebagai dokter, ia membujang, sampai akhirnya dijodohkan dengan Raden Adjeng Samsidah, kelahiran Banjarnegara 6 Januari 1920. la adalah putri bungsu patih Banjarnegara (1908-1920), Raden Mas Mangkoesoebroto. Keduanya menikah pada 22 Februari 1920.
Pada 1925, Goembrek bertugas di Wonosobo sebagai dokter BGD merangkap dokter pemerintah yang diperbantukan pada rumah sakit "Zending van Gereformeerde Kerken" (misi gereja reformasi). Tahun (1925-1926), ia ditugaskan di Semarang. Setelah itu di Kendal, tahun (1926-1941), hingga pensiun dan kembali ke daerah Banyumas. Tugasnya, seperti yang disebutkan dalam memori Residen Semarang, Johannes Bijleveld, bahwa Goembrek sebagai pemimpin pemberantasan penyakit cacing pita dan propaganda kesehatan higinis. Tiap tahun beberapa ribu orang diobati.
Dalam sidang "Vereeniging" (asosiasi) "Afdeeling" Semarang (sebuah wilayah administratif pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda setingkat Kabupaten) 12 April 1933, Goembrek termasuk salah satu pembicara yang memaparkan pekerjaannya. Juni 1941, pada usia 55 tahun ia pensiun sebagai kepala dokter pemerintahan Hindia. Ia diperbantukan di Kabupaten Kendal. Lalu pindah ke Yogyakarta.
Masa pemerintahan Jepang
Setelah Pemerintah Jepang berkuasa, kedua sekolah dokter pendidikan di bekas wilayah Hindia Belanda di Batavia dan Surabaya ditutup. Pemerintah Bala Tentara Dai Nippon kekurangan dokter, 200 orang dokter Belanda ditawan, sedangkan penggantinya, dokter Jepang tidak sebanyak itu. Pemerintah membuka kembali sekolah dokter 29 April 1943 di Jakarta saja, tetapi hanya satu, yaitu Djakarta Ika Daigaku. pada tahun 1943, Goembrek diangkat menjadi pegawai negeri Karesidenan Banyumas, sebagai Pemimpin PPPOK (1943-1948), menggantikan Soemedi.
Masa pemerintahan RI
Pada 1 Desember 1945, Goembrek diangkat menjadi pegawai tinggi: dokter karesidenan di PPPOK dan sekolah mantra kesehatan di Banyumas. Pada masa pendudukan Belanda di Banyumas, Goembrek kemudian bekerja di Pemerintah Recomba. Sejak 1 Agustus 1947 ditetapkan sebagai Kelas I Dokter Pemerintah, Dinas Kesehatan Daerah di Banyumas. Antara 4 Agustus 1947 sampai 16 Juni 1948, ia dibantu oleh penggantinya di Kendal pada tahun 1941, Angka Prodjosoedirdjo, yang selanjutnya dimutasikan ke RSU Purwokerto. Setelah setahun bekerja, Goembrek secara resmi pensiun per 1 Agustus 1948, pada usia 62 tahun.
Setelah menjalani masa pensiun selama 2 tahun lebih, Goembrek melaksanakan pengabdian lagi kepada Pemerintah RI. Sejak 1 Desember 1950, ia ditetapkan sebagai pegawai bayaran bulanan Dokter Kelas 1 Sementara, Sanatorium Karangmangu. Sejak 3 Maret 1952, Goembrek (ketika itu berusia 66 tahun) tampil sebagai Pemimpin Sanatorium Karangmangu. Pada 18 Desember 1955 sampai dengan 21 Desember 1956 merangkap jabatan sebagai pemimpin RSU Banyumas. Tanggal 1 Juli 1957, ia pensiun sebagai Pemimpin Sanatorium Karangmangu, dan sejak 1 Desember 1960 diangkat sebagai tenaga pensiunan, Pemimpin Poliklinik RSU Banyumas. Sejak 1 Oktober 1964, dalam usia 78 tahun berhenti sebagai dokter pengawas LP Banyumas.
Goembrek meninggal 19 Januari 1968 pada usia 82 tahun, di rumahnya Jl Pangeranan Banyumas, dan tidak meninggalkan keturunan. Ia dimakamkan di samping makam istrinya, yang lebih dulu wafat pada saat Goembrek berusia 69 tahun, di Pasarean Dawuhan Banyumas, di pemakaman keluarga besar trah bupati.