Sunan Giri

penyebar agama Islam di Indonesia
Revisi sejak 11 Maret 2023 15.16 oleh Raden Salman (bicara | kontrib) (Perbaikan Data & Pranala)

Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton,yang berkedudukan di daerah Gresik,Jawa Timur. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang pengaruhnya bahkan sampai ke Madura, Lombok,Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Sunan Giri
Lukisan potret Sunan Giri
Informasi pribadi
Lahir
Muhammad 'Ainul Yaqīn / Raden Paku

1442
Meninggal1506
AgamaIslam
Pasangan
  • Dewi Murtasiyah Asyiqah
  • Dewi Wardah
Anak
Pernikahan dengan Dewi Murtasiyah Asyiqah:
Pernikahan dengan Dewi Wardah
  • Pangeran Pasirbata
  • Siti Rohbayat
Orang tua
DenominasiSunni
Dikenal sebagaiWali Songo
Pemimpin Muslim
PendahuluMaulana Ishaq
PenerusRaden Faqih (Sunan Ampel II)

Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudro. Ia lahir di Blambangan tahun 1442 dan dimakamkan di desa Giri, Kebomas Gresik.

Silsilah

 
Tangga dan candi bentar masuk ke pemakaman Sunan Giri pada tahun 1932

Beberapa babad menceritakan pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan Giri. Sebagian babad berpendapat bahwa ia adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang datang dari Asia Tengah. Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.

Pendapat lainnya kemudian melengkapinya bahwa Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur keturunan

  1. Husain bin Ali
  2. Ali Zainal Abidin
  3. Muhammad al-Baqir
  4. Ja'far ash-Shadiq
  5. Ali al-Uraidhi
  6. Muhammad an-Naqib
  7. Isa ar-Rumi
  8. Ahmad al-Muhajir
  9. Ubaidillah
  10. Alawi al-Awwal
  11. Muhammad Sahibus Saumah
  12. Alawi ats-Tsani
  13. Ali Khali' Qasam
  14. Muhammad Shahib Mirbath
  15. Alwi Ammil Faqih
  16. Abdul Malik Azmatkhan
  17. Abdullah Azmatkhan
  18. Ahmad Syah Jalaluddin Azmatkhan
  19. Husain Jamaluddin AkbarAzmatkhan
  20. Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy (Ibrahim Asmoroqondi)
  21. Maulana Ishaq Azmatkhan
  22. Sunan Giri, Muhammad 'Ainul Yaqin

Pendapat ini disepakati berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur dan catatan nasab Sa'adah Ba 'Alawi Hadramaut.

Dalam Hikayat Banjar disebutkan, Pangeran Giri (alias Sunan Giri) merupakan cucu Putri Pasai (Jeumpa) dan Dipati Hangrok (alias Brawijaya VI). Perkawinan Putri Pasai dengan Dipati Hangrok melahirkan seorang putera. Putera ini yang tidak disebutkan namanya menikah dengan puteri Raja Bali, kemudian melahirkan Pangeran Giri. Putri Pasai adalah puteri Sultan Pasai yang diambil isteri oleh Raja Majapahit yang bernama Dipati Hangrok (alias Brawijaya VI). Mangkubumi Majapahit masa itu adalaha Patih Maudara.

Pendidikan dan Pengembangan Keilmuan

Menurut Hoesein Djajadiningrat dalam Sadjarah Banten (1983), Nyai Pinatih adalah janda kaya raya di Gresik, bersuami Koja Mahdum Syahbandar, seorang asing di Majapahit. Nama Pinatih sendiri sejatinya berkaitan dengan nama keluarga dari Ksatria Manggis di Bali (Eiseman, 1988), yang merupakan keturunan penguasa Lumajang, Menak Koncar, salah seorang keluarga Maharaja Majapahit yang awal sekali memeluk Islam.[1]

Bayi yang tersangkut di kapal itu diambil oleh awak kapal dan diserahkan kepada Nyai Pinatih yang kemudian memungutnya menjadi anak angkat. Karena ditemukan di laut, maka bayi itu dinamai Jaka Samudra. Setelah cukup umur, Jaka Samudra dikirim ke Ampeldenta untuk berguru kepada Sunan Ampel. Menurut Babad Tanah Jawi, sesuai pesan Maulana Ishak, oleh Sunan Ampel nama Jaka Samudra diganti menjadi Raden Paku.

Dakwah dan kesenian

Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Giri. Dalam Babad Tanah Jawi, dikisahkan bahwa Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim pernah bermaksud pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu sekaligus berhaji. Namun, keduanya hanya sampai di Malaka dan bertemu dengan Maulana Ishak, ayah kandung Raden Paku. Keduanya diberi pelajaran tentang berbagai macam ilmu keislaman, termasuk ilmu tasawuf. Di dalam sumber yang dicatat pada silsilah Bupati Gresik pertama bernama Kyai Tumenggung Pusponegoro, terdapat silsilah tarekat Syathariyah yang menyebut nama Syaikh Maulana Ishak dan Raden Paku Sunan Giri sebagai guru Tarekat Syathariyah, yang menunjuk bahwa aliran tasawuf yang diajarkan Maulana Ishak dan Raden Paku adalah Tarekat Syathariyah.udian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.

Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera (terutama bagian selatan) dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.

Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.

Referensi

  1. ^ Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016, 206.