Inalum
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau biasa disingkat menjadi Inalum adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang industri pertambangan. Hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini adalah satu-satunya produsen aluminium di Indonesia, dengan kapasitas produksi mencapai 250.000 ton per tahun.[2][3]
Badan usaha milik negara | |
Industri | Pertambangan |
Didirikan | 6 Januari 1976 |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Hendi Prio Santoso[1] (Direktur Utama) Doni Monardo[1] (Komisaris Utama) |
Produk | |
Pendapatan | Rp 93,751 triliun (2021)[2] |
Rp 14,378 triliun (2021)[2] | |
Total aset | Rp 204,936 triliun (2021)[2] |
Total ekuitas | Rp 87,237 triliun (2021)[2] |
Pemilik | Pemerintah Indonesia |
Karyawan | 3.632 (belum termasuk di anggota holding, 2021)[2] |
Anak usaha | PT Aneka Tambang Tbk PT Borneo Alumina Indonesia PT Bukit Asam Tbk PT Freeport Indonesia PT Indonesia Aluminium Alloy PT Indonesia Papua Mineral & Metal MIND ID Trading Pte. Ltd. PT Timah Tbk |
Situs web | www |
Pada tahun 2017, pemerintah menunjuk perusahaan ini sebagai induk holding BUMN yang bergerak di bidang industri pertambangan. Pada tahun 2019, perusahaan ini pun meluncurkan "MIND ID" sebagai identitas dari holding.[4]
Sejarah
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1972 saat pemerintah Indonesia berencana membangun sebuah PLTA untuk memanfaatkan aliran Sungai Asahan. Pemerintah lalu menunjuk Nippon Koei asal Jepang untuk melakukan studi kelayakan. Nippon Koei kemudian menyimpulkan bahwa aliran Sungai Asahan layak untuk dimanfaatkan membangkitkan listrik.
Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, pemerintah Indonesia pun meneken perjanjian induk dengan 12 perusahaan asal Jepang, yakni Sumitomo Chemical, Sumitomo Corporation, Nippon Light Metal, C. Itoh & Co., Nissho Iwai, Nichimen, Showa Denko, Marubeni, Mitsubishi Chemical, Mitsubishi Corporation, Mitsui Aluminium, dan Mitsui & Co. untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan aluminium di Asahan yang kemudian disebut sebagai "Proyek Asahan".
Sebagai wahana untuk berinvestasi pada perusahaan yang akan mengelola PLTA dan pabrik peleburan aluminium, pada tanggal 25 November 1975, pemerintah dan 12 perusahaan tersebut mendirikan Nippon Asahan Aluminium Co, Ltd. dengan kantor pusat di Tokyo, Jepang. Pada tanggal 6 Januari 1976, Nippon Asahan Aluminium dan pemerintah Indonesia resmi mendirikan perusahaan ini untuk mengelola PLTA dan pabrik peleburan aluminium. Nippon Asahan Aluminium awalnya memegang 90% saham perusahaan ini, sementara pemerintah memegang sisanya.
Pada tahun 1976, pemerintah juga membentuk Otorita Asahan untuk memastikan kelancaran Proyek Asahan,[5] karena investasi awal yang dikeluarkan untuk Proyek Asahan mencapai 411 miliar yen. Pada tahun 1978, Nippon Asahan Aluminium mengurangi kepemilikan sahamnya di perusahaan ini menjadi 75%, sehingga pemerintah dapat memegang sisanya. Pada tahun 1987, Nippon Asahan Aluminium kembali mengurangi kepemilikan sahamnya di peusaahan ini menjadi 58,87%.
Pada tanggal 1 November 2013, sesuai perjanjian induk yang diteken pada tahun 1975, pemerintah Indonesia memutus kontrak dengan Nippon Asahan Aluminium, sehingga pada tanggal 9 Desember 2013, seluruh saham perusahaan ini resmi dipegang oleh pemerintah Indonesia. Pada tanggal 21 April 2014, pemerintah pun menetapkan perusahaan ini sebagai sebuah persero.[6] Pada bulan November 2017, pemerintah menyerahkan mayoritas saham Aneka Tambang, Bukit Asam, dan Timah ke perusahaan ini sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di industri pertambangan.[7]
Pada pertengahan tahun 2018, pemerintah membubarkan Otorita Asahan, karena pengembangan PLTA dan pabrik peleburan aluminium di Asahan telah selesai.[8] Pada akhir tahun 2018, perusahaan ini resmi memegang 51% saham PT Freeport Indonesia. Pada tahun 2019, perusahaan ini meluncurkan "MIND ID" sebagai identitas dari holding BUMN industri pertambangan.[4] Pada bulan Juli 2020, perusahaan ini membeli seluruh saham Indometal Corporation (Asia Pacific) Pte. Ltd. yang sebelumnya dipegang oleh Timah. Nama perusahaan tersebut kemudian diubah menjadi MIND ID Trading Pte. Ltd. Pada bulan Oktober 2020, perusahaan ini resmi memegang 20% saham PT Vale Indonesia Tbk. Pada tahun 2021, bersama Aneka Tambang, Pertamina, dan PLN, perusahaan ini mendirikan PT Industri Baterai Indonesia untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.[2][3]
Infrastruktur utama dan penunjang
PLTA
Inalum membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama Asahan 2 yang terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatra Utara. Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalirkan air danau Toba ke Selat Malaka. Produksi listrik dari kedua PLTA sangat bergantung pada jumlah permukaan air danau Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada tanggal 9 Juni 1978. Pembangunan stasiun pembangkit listrik bawah tanah Siguragura dimulai pada tanggal 7 April 1980 dan diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto dalam acara Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan dengan tata cara adat Jepang dan tradisi lokal. Pembangunan seluruh PLTA memakan waktu 5 tahun dan diresmikan oleh Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma pada tangagl 7 Juni 1983. Total kapasitas produksi tetap mencapai 426 MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan di Kuala Tanjung.[9]
PLTA Tangga
Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Intake Dam) yang terletak di Tangga dan berfungsi untuk membendung air yang telah dipakai PLTA Siguragura untuk dimanfaatkan kembali pada PLTA Tangga. Bendungan ini merupakan bendungan busur pertama di Indonesia. Stasiun Pembangkit Tangga memiliki 4 unit Generator. Total kapasitas tetap dari keempat generator tersebut adalah 223 MW. Tipe bendungan ini adalah beton massa berbentuk busur dengan ketinggian 82 meter.[10]
PLTA Siguragura
Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Intake Dam) terletak di Simorea dan berfungsi sebagai sumber air yang stabil untuk stasiun pembangkit listrik Siguragura. Air yang ditampung di bendungan ini dimanfaatkan Stasiun pembangkit listrik Siguragura (Siguragura Power Station) yang berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 unit generator dan total kapasitas tetap dari keempat generator tersebut adalah 203 MW dan merupakan PLTA bawah tanah pertama di Indonesia. Tipe bendungan ini adalah beton massa dengan ketinggian 47 meter.[11]
Peleburan aluminium
Inalum memulai pembangunan pabrik peleburan aluminium dan fasilitas pendukungnya di atas area 200 ha di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, kira-kira 110 km dari kota Medan, Ibu kota Provinsi Sumatra Utara pada tanggal 6 Juli 1979 dan tahap I operasi dimulai pada tanggal 20 Januari 1982. Pembangunan ini diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto yang didampingi oleh 12 Menteri Kabinet Pembangunan II. Operasi pot pertama dilakukan pada tanggal 15 Februari 1982 dan Maret 1982, aluminium ingot pertama berhasil dicetak. Pabrik peleburan dengan kapasitas produksi sebesar 225.000 ton aluminium per tahun ini dibangun menghadap Selat Malaka. Pada tanggal 14 Oktober 1982, Inalum memulai pengiriman aluminium ingot menuju Jepang dengan kapal Ocean Prima yang memuat 4.800 ton meninggalkan Kuala Tanjung dan Inalum menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor aluminium di dunia. Produksi satu juta ton berhasil dicapai pada tanggal 8 Februari 1988, kedua juta ton pada 2 Juni 1993, ketiga juta ton pada 12 Desember 1997, ke empat juta ton pada 16 Desember 2003 dan ke lima juta ton pada 11 Januari 2008. Produk Inalum diserap industri menjadi komoditas bahan baku industri hilir seperti ekstrusi, kabel dan lembaran aluminium. Kualitas produk Inalum adalah 99.70% dan 99.90%. Pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung bergerak dalam bidang mereduksi alumina menjadi aluminium dengan menggunakan alumina, karbon, dan listrik sebagai material utama. Pabrik ini memiliki 3 pabrik utama, pabrik Karbon, pabrik Reduksi, dan pabrik Penuangan serta fasilitas pendukung lainnya.[12]
Perkembangan usaha
Sejak diambil alih kepemilikannya dari konsorsium investor Jepang pada tanggal 9 Desember 2013, Indonesia Asahan Aluminium terus mengembangkan usahanya dibidang peleburan aluminium dengan mewujudkan beberapa rencana strategis baru seperti:
Pembangunan Indonesia Kayan Aluminium
Padatnya aktivitas peleburan dan produksi aluminium di Sumatra Utara, mendorong Inalum untuk berekspansi dengan mengisi Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional Tanah Kuning, Kabupaten Bulungan di Kalimantan Utara dengan membangun kawasan pabrik pemurnian, peleburan dan produksi berbahan baku alumina di dengan didirikannya pabrik Aluminium Alloy berkapasitas 300.000 Ton pertahun, Billet berkapasitas 100.000 Ton, Wire Rod berkapasitas 100.000 Ton dan Smelter Grade Alumina berkapasitas 1.000.000 Ton yang didukung dengan adanya PLTA Sungai Kayan yang berkapasitas 500 MW. Pembangunan akan mengintegrasikan pengembangan dan pengelolaan infrastruktur utama dan penunjang dari instalasi pembangkit, transmisi kelistrikan hingga pabrik pemurnian, peleburan dan produksi aluminium. Ekspansi diambil setelah perusahaan menemukan potensi besar terkait hasil penambangan bauksit yang signifikan untuk diolah oleh Inalum, sebagai langkah perusahaan peleburan aluminium terbesar di Indonesia tersebut untuk menjadi perusahaan yang bertaraf global dan kompetitif di pasar Internasional, sekaligus sebagai langkah menuju target produksi 1.000.000 Ton Aluminium pada tahun 2025.[13]
Pembangunan PLTU Kuala Tanjung
Rampungnya studi kelayakan pembangunan PLTU Kuala Tanjung 2x350 MW di Kuala Tanjung menjadi kesempatan besar bagi Inalum untuk menunjang kegiatan produksi yang terus ditingkatkan dari 250.000 Ton Aluminium hingga 500.000 Ton pada tahun 2021. Inalum juga menyampaikan bahwa Inalum akan membuka tender bagi pihak-pihak yang tertarik untuk mengadakan kerjasama dalam pembangunan PLTU tersebut dengan menggunaka skema Built-Own-Operate-Transfer atau dengan skema terdekat lainnya. Secara teknis, Inalum menyampaikan bahwa harga kesesuaian yang diinginkan berada disekitar 4 sen Dolar AS/KWH sesuai kalkulasi produksi listrik PLTA.[14]
Induk holding BUMN bidang pertambangan
Inalum sebagai BUMN yang bergerak yang dibidang pertambangan diperkirakan akan menjadi induk holding BUMN pertambangan. Hal ini dilakukan agar BUMN pertambangan memiliki integrasi operasi yang lebih besar dengan produksi tambang yang beragam sekaligus mendukung industrialisasi hilir tambang.[15] Selain itu, Holding yang beranggotakan BUMN pertambang seperti Aneka Tambang, Bukit Asam dan Timah akan memulai rencana strategis untuk mengintegrasikan kegiatan produksi tambang dan peleburan hasil tambang, termasuk merencanakan akusisisi Tambang Grasberg milik Freeport-McMorran Indonesia.[16]
Pada tanggal 19 Agustus 2019, Inalum resmi memperkenalkan MIND ID sebagai identitas holding BUMN industri pertambangan. MIND ID merupakan singkatan dari "Mining Industry Indonesia".[4]
Penghargaan
- Group MIND ID meraih penghargaan dalam ajang Marketeers SME Enablers Award 2022 dalam kategori Product Development Enabler.[17]
Catatan kaki
- ^ a b "Komisaris & Direksi". PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero). Diakses tanggal 11 Maret 2023.
- ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan 2021" (PDF). PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero). Diakses tanggal 11 Maret 2023.
- ^ a b "Sejarah Perusahaan". PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero). Diakses tanggal 8 Maret 2023.
- ^ a b c Mariana, Hotria (19 Agustus 2019). "Mind Id, Sinergi Baru Lima Holding Industri Pertambangan Indonesia". Kompas.com. Kompas.com. Diakses tanggal 11 Oktober 2019.
- ^ "Keputusan Presiden nomor 5 tahun 1976" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 14 Maret 2023.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2014" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 14 Maret 2023.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 47 tahun 2017" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 14 Maret 2023.
- ^ "Peraturan Presiden nomor 73 tahun 2018" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 14 Maret 2023.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-25. Diakses tanggal 2017-04-25.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-25. Diakses tanggal 2017-04-25.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-25. Diakses tanggal 2017-04-25.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-25. Diakses tanggal 2017-04-25.
- ^ https://finance.detik.com/industri/3299139/ini-jurus-inalum-genjot-produksi-aluminium-hingga-1-juta-tontahun
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-26. Diakses tanggal 2017-04-25.
- ^ https://finance.detik.com/wawancara-khusus/d-3296601/inalum-bakal-jadi-induk-holding-bumn-tambang-beraset-us-6-miliar
- ^ https://finance.detik.com/energi/d-3433482/bumn-ini-siap-kelola-tambang-emas-freeport-di-papua
- ^ Artada, Yessy (13 Agustus 2022). "Selamat! Grup MIND ID Juarai TJSL & CSR Award dan SME Award". JPNN.com. Diakses tanggal 13 Agustus 2022.