Kota Sumenep, Sumenep

ibu kota Kabupaten Sumenep, Indonesia

Kota Sumenep (Madura: Kottha Songennep; [kɔʈʈa sɔŋǝnnǝp], Pèghu: كَوڟّا سَوڠٓنّٓڤ, Carakan: ꦏꦺꦴꦛ꧀ꦛꦯꦺꦴꦔꦼꦤ꧀ꦤꦼꦥ꧀) merupakan nama ibu kota Kabupaten Sumenep yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian bagi Kabupaten Sumenep. Kota Sumenep juga merupakan sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Daerah ini berada di Pulau Madura. Di kota ini terdapat beberapa bangunan bersejarah yang erat hubungannya dengan Karaton (Kerajaan) Sumenep pada masa lampau, antara lain: Asta Tinggi Sumenep (makam raja-raja dan keluarganya), Keraton Sumenep (istana, saat ini terletak di kompleks kediaman resmi Bupati Sumenep), Benteng Kali Mo'o (saat ini hanya tersisa pagarnya), Taman Sare (dahulu kolam pemandian di kompleks istana, saat ini terbuka untuk umum).

Kota Sumenep
Transkripsi bahasa daerah:
.
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenSumenep
Pemerintahan
 • CamatDrs. H. Mohammad Junaidi, M.Si
Luas
 • Total28,04 km2 (10,83 sq mi)
Populasi
 • Total75.515 jiwa
 • Kepadatan2.693/km2 (6,970/sq mi)
Kode pos
Kode Kemendagri35.29.01 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan4 kelurahan
12 desa

Pada tanggal 29 Juni 2004, bagian dari Kecamatan Kota Sumenep dimekarkan menjadi kecamatan sendiri, yakni Kecamatan Batuan.

Geografi dan Administrasi

Secara umum kondisi geografi kecamatan kota Sumenep berada pada dataran rendah. Luas wilayah keseluruhan kota Sumenep adalah 54.934774 km2. Batas-batas wilayahnya sebagai berikut:

  • Sebelah Utara: Kec. Manding
  • Sebelah Selatan: Kec. Saronggi
  • Sebelah Timur: Kec. Gapura dan Kalianget
  • Sebelah Barat: Kec. Lenteng

Desa dan Kelurahan

Demografi

Suku

Penduduk asli atau suku yang mendiami pulau Madura, termasuk di Kabupaten Sumenep adalah suku Madura, demikian juga di kecamatan Sumenep. Meski demikian, penduduk dari suku lain juga ada yang tinggal di kecamatan ini, termasuk suku Jawa, kemudian suku Bawean, Tengger, Osing, Samin, dan beberapa suku lainnya juga beberapa tinggal di sini.[2]

Bahasa

Selain bahasa resmi nasional bahasa Indonesia, bahasa yang banyak digunakan di tempat ini adalah bahasa Madura, dan juga beberapa penutur bahasa Jawa.[3] Bahasa Madura terbagi menjadi dialek kangean, Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso, dan Situbondo. Dalam pemakaiannya, bahasa Madura juga mengenal tiga tingkatan yaitu Enja’iya (bahasa kasar), Enghi-enten (bahasa tengahan), dan Enghi-bhunten (bahasa halus).[3]

Sementara bahasa Jawa di Jawa Timur, bukan bahasa Jawa baku karena dalam pergaulan sehari-hari umumnya menggunakan bahasa Jawa kasar (Ngoko). Bahasa Jawa resmi dibedakan atas tiga tingkatan pemakaian bahasa, yaitu ngoko, madya, dan Krami (Krama). Bahasa ngoko dipakai untuk orang yang sudah saling kenal dan akrab, juga kepada orang lain yang lebih muda usianya maupun lebih rendah derajat sosialnya (Ngoko Lugu dan Ngoko Ngandap). Bahasa Krami digunakan untuk berbicara dengan orang yang belum akrab, atau lebih tua, dan memiliki status sosial lebih tinggi. Kemudian bahasa Madya muncul sebagai variasi pemakaian antara bahasa Ngoko dan Krami.[3]

Agama

Tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan Sumenep sebanyak 75.515 jiwa, dengan kepadatan 2.693 jiwa/km². Kemudian, persentasi penduduk kecamatan Sumenep berdasarkan agama yang dianut yakni Islam 98,66%, kemudian Kekristenan 1,18% dimana Katolik 0,61% dan Protestan 0,57%. Sebagian lagi menganut Buddha yakni 0,14%, kemudian Hindu 0,01% dan Konghucu 0,01%.[1]

Referensi

  1. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 27 Agustus 2021. 
  2. ^ Taufiq, Muhammad. "Mengenal 6 Suku Yang Mendiami Provinsi di jawa Timur". Suara.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2021. 
  3. ^ a b c "Bahasa Daerah Jawa Timur". www.senibudayaku.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2021.