Kerajaan Tanjung Pematang Sawang
Kerajaan Tanjung Pematang Sawang adalah kerajaan purba suku Dayak Ngaju yang kini termasuk ke dalam daerah administratif Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia, dengan bukti situs peninggalan yang ditemukan di sekitar Desa Pulau Kupang, Kecamatan Bataguh, Kabupaten Kapuas[6] dan juga di Desa Tumbang Pajangei, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas.[7]
Kerajaan Tanjung Pematang Sawang | |
---|---|
Abad ke-5[1][2]–Abad ke-14 | |
Status | Kerajaan |
Ibu kota | Bataguh |
Bahasa yang umum digunakan | • Bahasa Sangiang • Kadorih • Ot Danum[3] |
Agama | Kaharingan |
Pemerintahan | Monarki |
Pemimpin : | |
• Abad ke-13 | Tamanggung Sempung |
• Abad ke-14[4] | Nyai Undang |
Sejarah | |
• Didirikan | Abad ke-5[1][2] |
• Dibubarkan | Abad ke-14 |
Mata uang | Koin emas, koin perak, koin kepeng, koin gobog |
Sekarang bagian dari | Indonesia |
Kerajaan ini diperkirakan sudah ada pada abad ke-5 sampai abad ke-14 Masehi dengan ratu yang terkenal akan kecantikan, keberanian, dan kesaktiannya bernama Nyai Undang yang merupakan anak dari Tamanggung Sempung dan Nyai Nunyang. Nyai Undang didampingi oleh dua rekannya yang juga terkenal yaitu Pangeran Tamanggung Tambun yang merupakan anak dari Raja Tamanggung Sarupoi (Raja Kerajaan Suku Ot Danum), serta Pangeran Tamanggung Bungai yang merupakan adik kandung Nyai Undang.[8] Tambun dan Bungai mendapat gelar dari Nyai Undang Raja di Pematang Sawang yaitu gelar “Tamanggung Tambun Terjun Ringkin Duhung” dan “Tamanggung Bungai Andin Sindai” karena keberanian mereka berdua dalam berperang mempertahankan kerajaan.[9] Kini nama Tambun dan Bungai diabadikan sebagai julukan bagi Provinsi Kalimantan Tengah, julukannya yaitu "Bumi Tambun Bungai".[10]
Dalam buku yang berjudul "The Lost City", serta Museum Geologi Bandung dan Badan Arkeologi Kalimantan Selatan yang pernah melakukan penelitian di Kabupaten Kapuas, Ibukota kerajaan Tanjung Pematang Sawang yakni Bataguh memiliki luas sekitar 3km² dan dikelilingi oleh "Kuta" (pagar benteng) yang terbuat dari kayu ulin dengan diameter 30cm.[11] Pagar yang dibuat tinggi serta kanal di sekelilingnya diyakini sebagai bentuk pertahanan dari ritual Ngayau atau "berburu kepala" yang dilakukan oleh suku Dayak lainnya yang pada zaman itu digunakan sebagai pengorbanan dalam upacara Tiwah, namun benteng ini bisa juga murni untuk pertahanan saat berperang antar-suku. Di dalam pagar tersebut masih terdapat tiang-tiang kayu ulin bekas pemukiman dayak Ngaju zaman dulu.[12]
Menurut penelitian, kemungkinan diluar pagar benteng tersebut dulunya dikelilingi oleh parit yang mempunyai lebar antara 5 – 7 meter. Bentuk pagar yang berada di atas aliran sungai yang membelah Kuta Bataguh tersebut tentunya juga dibuat berbeda dengan pagar yang berada di atas tanah. Sungai yang mengalir di dalam Kuta mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup penghuninya.[13]
Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang manusia setelah dilakukannya upacara Tiwah, yaitu upacara kematian dalam agama Kaharingan. Agama Kaharingan sendiri adalah agama asli suku Dayak yang dianut oleh warga serta anggota kerajaan Tanjung Pematang Sawang dan hingga kini agama tersebut masih dianut oleh sebagian warga Kalimantan, khususnya di Kalimantan Tengah.
Selain di daerah Kabupaten Kapuas, situs peninggalan Kerajaan Tanjung Pematang Sawang lainnya juga dapat dijumpai di Desa Tumbang Pajangei, Kabupaten Gunung Mas yang meliputi situs Batu Bulan, Sandung Tamanggung Sempung (ayah Nyai Undang), serta Pasah Patahu Tambun Bungai. Pasah Patahu adalah bangunan berupa rumah berukuran kecil yang dibuat oleh penganut agama Kaharingan sebagai tempat persembahan(sesajen) kepada roh leluhur atau roh pelindung(ganan parapah). Sudah ada banyak artefak dan situs di Kabupaten Gunung Mas yang didaftarkan menjadi cagar budaya oleh pemerintah setempat.[14]
Film Adaptasi
Referensi
- ^ "Kuta Bataguh. "The Lost City" di... - Kesultanan Banjar". www.facebook.com. Diakses tanggal 2023-04-10.
- ^ "Tim Arkeolog Teliti Situs Peninggalan Kerajaan Bataguh di Kapuas". www.borneonews.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-09.
- ^ "Kuta Bataguh Benteng Kuno Suku Dayak di Kalimantan Tengah - Wadaya". wadaya.rey1024.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-09.
- ^ "The Lost City: Menelusuri Jejak Nyai Undang Dari Kuta Bataguh Dalam Memori Suku Dayak Ngaju – Penerbit Ombak" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-09.
- ^ "Tim Arkeolog Teliti Situs Peninggalan Kerajaan Bataguh di Kapuas". www.borneonews.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-09.
- ^ "PENELITIAN ARKEOLOGI KUTA BATAGUH, KABUPATEN KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH - BALAI ARKEOLOGI KALIMANTAN SELATAN". Diakses tanggal 2023-04-09.
- ^ "Situs Tambun Bungai | HumaBetang.web.id". web.archive.org. 2015-12-22. Diakses tanggal 2023-04-09.
- ^ "Dewa Aruna - KERAJAAN PEMATANG SAWANG (KUTA BATAGUH)..." id-id.facebook.com. Diakses tanggal 2023-04-09.
- ^ "Tari Tambun dan Bungai". https://pesona-indonesia.info/. 12 March 2020. Diakses tanggal 12 March 2020. Hapus pranala luar di parameter
|work=
(bantuan) - ^ "Asal-Usul Nama Tambun Bungai – Lembaga Pers Dr.Soetomo". Diakses tanggal 2023-04-09.
- ^ Destinasi Objek Wisata Situs Sejarah kerajaan Pematang Sawang atau kerajaan Nyai Undang, diakses tanggal 2023-04-10
- ^ "Kuta Bataguh. "The Lost City" di... - Kesultanan Banjar". www.facebook.com. Diakses tanggal 2023-04-10.
- ^ "PENELITIAN ARKEOLOGI KUTA BATAGUH, KABUPATEN KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH - BALAI ARKEOLOGI KALIMANTAN SELATAN". Diakses tanggal 2023-04-10.
- ^ "InfoPublik - 35 Situs dan Benda Gunung Mas Didaftarkan Jadi Calon Cagar Budaya". infopublik.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-09.