Sunan Gresik

penyebar agama Islam di Indonesia

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/822 H) adalah Pemimpin Walisongo generasi pertama dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Ia dimakamkan di Desa Gapurosukolilo, Gresik. Apakah Walisongo Keturunan Nabi Muhammad SAW? Berikut Nasab Lengkapnya Sejumlah penulis dan sejarawan seperti Muhammad Iskandar menyebut begitu. Habib Luthfi bin Yahya juga menyebut para Walisongo adalah keturunan habaib dari marga Adzmatkhan.

Asy-Syaikh

Maulana Malik Ibrahim
( Sunan Gresik )
Kaligrafi Syaikh Maulana Malik Ibrahim
Informasi pribadi
Meninggal17.04.1419 M.[1]
Gresik, Majapahit
AgamaIslam
Pasangan
Anak
Pernikahan dengan Siti Fathimah :
  • Maulana Moqfaroh
  • Syarifah Sarah
Pernikahan dengan Siti Maryam :
  • Abdullah
  • Ibrahim
  • Abdul Ghafur
  • Ahmad
Pernikahan dengan Wan Jamilah :
  • Abbas
  • Yusuf
Orang tua
  • Barakat Zainal Alam (ayah)
DenominasiSunni
Dikenal sebagaiWali Sanga
Pemimpin Muslim
PenerusSunan Ampel

"Jika ditelusuri mereka itu masih keturunan Nabi Muhammad SAW,” ujar Muhammad Iskandar, Pengamat Sejarah Universitas Indonesia suatu ketika.

Garis keturunan para wali tersebut dari putri Rasulullah SAW, yakni Fathimah ra. Garis keturunan itu bermula pada Sunan Gresik atau yang lebih dikenal dengan Maulana Malik Ibrahim .

“Ya Itu masih ada keturunan dari Fatimah RA, itu kan Maulana Malik Ibrahim itu keturunan ke-22 Nabi Muhammad SAW,” lanjutnya.

Habib Luthfi bin Yahya, Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) juga mengatakan hal senada. Ia menegaskan bahwa para Walisongo yang memperjuangkan Islam di Bumi Nusantara adalah keturunan habaib dari marga Adzmatkhan.

"Dan mereka masih saudara tua kita, mereka bersatu dalam marga Al-Adzmatkhan, yang tersebar membaur dengan masyarakat asli negeri ini, bahkan Adzmatkhan banyak yang bersembunyi," ujar Pengasuh Kanzus Shalawat Pekalongan yang juga Pemimpin Forum Ulama Sufi Sedunia ini.

Maulana Malik IbrahimDalam Buku Seri Jejak Para Wali karya Lilis Suryani disebutkan Maulana Malik Ibrahim adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad SAW.

Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim tercantum dalam catatan dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa jilid.

Dalam catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah.

Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutkan Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Maulana Malik Ibrahim bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama 13 tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayyid Ali Murtadha alias Raden Santri.

Pada tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang.

Riwayat Dakwah

Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara para Walisongo lainnya.[2] Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.

 
Makam Maulana Malik Ibrahim di sekitar tahun 1900

Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.[3]

Setelah berhasil memikat hati masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.[4] Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.[5]

Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibu kota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibu kota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.[6]

Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam pada masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.[7]

Silsilah

Adapun dari jalur nasab beliau, dinukil dari Kitab-kitab nasab seluruh dunia diantara kitab auliya syarqil Baid artinya para wali yang berada ditimur yang jauh, disusun oleh Dr. Basyar Al-Ja'fari adalah :

1. Nabi Muhammad SAW

2. Fatimah dan Ali

3. Husein

4. Ali Zainal Abidin

5. Muhammad Al-Baqir

6. Ja'far Ash-Shadiq

7. Ali Al-Uraidhi

8. Muhammad An-Naqib

9. Isa Ar-Rumi

10. Ahmad Al-Muhajir

11. Alwi Al-Awwal

12. Muhammad Sahibus Saumah

13. Alwi Ats-Tsani

14. Muhammad Shahib Mirbath

15. Alwi Ammil Faqih

16. Abdul Malik

17. Abdullah Azmatkhan

18. Ahmad Syah Jalaluddin

19. Jamaluddin Al-Husaini

20. Barakat Zainal Alam

21. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik

Apakah Walisongo Keturunan Nabi Muhammad SAW? Berikut Nasab Lengkapnya Apakah Walisongo keturunan Nabi Muhammad SAW? Sejumlah penulis dan sejarawan seperti Muhammad Iskandar menyebut begitu. Habib Luthfi bin Yahya juga menyebut para Walisongo adalah keturunan habaib dari marga Adzmatkhan.

"Jika ditelusuri mereka itu masih keturunan Nabi Muhammad SAW,” ujar Muhammad Iskandar, Pengamat Sejarah Universitas Indonesia suatu ketika.

Garis keturunan para wali tersebut dari putri Rasulullah SAW, yakni Fathimah ra. Garis keturunan itu bermula pada Sunan Gresik atau yang lebih dikenal dengan Maulana Malik Ibrahim .

“Ya Itu masih ada keturunan dari Fatimah RA, itu kan Maulana Malik Ibrahim itu keturunan ke-22 Nabi Muhammad SAW,” lanjutnya.

Habib Luthfi bin Yahya, Rais Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) juga mengatakan hal senada. Ia menegaskan bahwa para Walisongo yang memperjuangkan Islam di Bumi Nusantara adalah keturunan habaib dari marga Adzmatkhan.

"Dan mereka masih saudara tua kita, mereka bersatu dalam marga Al-Adzmatkhan, yang tersebar membaur dengan masyarakat asli negeri ini, bahkan Adzmatkhan banyak yang bersembunyi," ujar Pengasuh Kanzus Shalawat Pekalongan yang juga Pemimpin Forum Ulama Sufi Sedunia ini.

Maulana Malik IbrahimDalam Buku Seri Jejak Para Wali karya Lilis Suryani disebutkan Maulana Malik Ibrahim adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad SAW.

Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim tercantum dalam catatan dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa jilid.

Dalam catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah.

Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutkan Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Maulana Malik Ibrahim bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama 13 tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayyid Ali Murtadha alias Raden Santri.

Pada tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang.

Wafat

Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya kini terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.

Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai berikut:

Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah.

Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik Ibrahim.[7]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Bukti ini nampak pada bingkai nisan Maulana Malik Ibrahim, terdapat pahatan ayat suci Al-Qur’an. Diawali dengan surat al-Baqarah ayat 225 yang lebih popular disebut ayat kursi, lalu surat Ali Imran ayat 185, Al-Rahman ayat 26-27, dan diakhiri dengan surat At-Taubah ayat 21-22. Menurut beberapa penelitian literatur, nisan tersebut berasal dari Champa, Gujarat dan nisan tersebut adalah persembahan Sultan Samudra Pasai sebagai tanda hormat atas keagungan sang Maulana Maulik Ibrahim. Pada makam Maulana Malik Ibrahim, terdapat pula sebuah teks bertuliskan :“Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran, dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan Wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahir penguasa dan urusan agama : Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya dan semoga menempatkannya di surga.” Maulana Malik Ibrahim adalah cucu dari Wali Qutub [As-Sayyidi Jamaluddin Al-Husaini]. Seorang Wali Allah yang menjadi Mufti dan Penasehat Kekhilafahan Turki Utsmani, yang dipimpin oleh Khalifah Muhammad I. Ayah Maulana Malik Ibrahim adalah As-Sayyidi Barakat Zainil Alam, Seorang Wali Allah yang memiliki paras yang tampan, & mempunyai keahlian sebagai orator yang ulung & memukau.
  2. ^ Drewes, G. W. J. 1968. New Light on the Coming of Islam to Indonesia?, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde.
  3. ^ Salam, Solichin, 1960. Sekitar Walisanga, hlm 24-25, Penerbit "Menara Kudus", Kudus.
  4. ^ Munif, Drs. Moh. Hasyim, 1995. Pioner & Pendekar Syiar Islam Tanah Jawa, hlm 5-6, Yayasan Abdi Putra Al-Munthasimi, Gresik.
  5. ^ Tjandrasasmita, Uka (Ed.), 1984. Sejarah Nasional Indonesia III, hlm 26-27, PN Balai Pustaka, Jakarta.
  6. ^ Groeneveldt, W.P., 1960. Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources. Bhratara, Jakarta.
  7. ^ a b Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, Penerbit Buku Kompas, Desember 2006.