Intiland Development
PT Intiland Development Tbk adalah sebuah perusahaan properti yang berkantor pusat di Jakarta. Hingga akhir tahun 2020, perusahaan ini memiliki 34 properti yang tersebar di Pulau Jawa.[1][2]
Sebelumnya | PT Wisma Dharmala Sakti (1983-1991) PT Dharmala Intiland Tbk (1991-2007) |
---|---|
Perseroan terbatas | |
Kode emiten | IDX: DILD |
Industri | Properti |
Didirikan | 10 Juni 1983 |
Pendiri | Hendro Santoso Gondokusumo |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Hendro Santoso Gondokusumo[1] (Direktur Utama) Sinarto Dharmawan[1] (Komisaris Utama) |
Produk | |
Pendapatan | Rp 2,891 triliun (2020)[2] |
Rp 109,736 milyar (2020)[2] | |
Total aset | Rp 15,702 triliun (2020)[2] |
Total ekuitas | Rp 6,049 triliun (2020)[2] |
Pemilik | Hendro Santoso Gondokusumo (15,69%) CGS – CIMB Securities (Singapore) Pte Ltd (15,17%) PT Bina Yatra Sentosa (12,35%) Bali Private Villa(s) Pte Ltd (7,4%) |
Karyawan | 1.478 (2020)[2] |
Anak usaha | PT Taman Harapan Indah PT Intiland Esperto PT Intiland Grande PT Inti Gria Persada PT Melati Anugrah Semesta PT Melati Impian Bangsa PT Melati Wahana Nusantara PT Intiland Alfa Rendita |
Situs web | www |
Sejarah
Cikal-bakal perusahaan dapat ditarik ketika dua pengusaha, Oesman Soedargo dan Suhargo Gondokusumo (pemilik Dharmala Group) mengembangkan perumahan Perumahan Taman Cilandak di Jakarta Selatan mulai tahun 1974. Salah satu anggota keluarga Gondokusumo, Hendro Santoso Gondokusumo (keponakan Suhargo), kebetulan terlibat dalam proyek tersebut dengan menjadi asisten direktur yang sekaligus mengenalkannya dengan dunia properti. Kesuksesan proyek ini kemudian membuat Hendro bersama Dharmala Group tertarik mengembangkan perumahan lainnya, dimana di tahun 1982 dikembangkan Taman Harapan Indah.[3][4]
Belakangan Dharmala juga mengembangkan gedung perkantoran di Sudirman, Jakarta yang dikenal dengan nama Wisma Dharmala Sakti (kini Intiland Tower Jakarta). Adapun gedung ikonik ini dibangun mulai 1983 dan selesai pada Januari 1986. Untuk mengelola dan membangun gedung tersebut, maka perusahaan ini didirikan dengan nama PT Wisma Dharmala Sakti, yang dikomandoi Hendro.[3][5] Belakangan perusahaan juga mengembangkan gedung Wisma Sarinah, Gedung Graha Pratama dan Menteng Prada.[6][7] Ada juga perumahan pertama di Asia Tenggara yang dibangun di atas lahan hasil reklamasi, yakni Perumahan Pantai Mutiara di Pluit, Jakarta Utara yang dimulai pembangunannya pada Januari 1989, Perumahan Taman Semanan Indah di Jakarta, Kota Satelit Darmo di Surabaya, Ngoro Industrial Park di Mojokerto (mulai Januari 1990),[1] Wonokitri Indah, Chris Kencana, dll.[8]
Pada bulan Juni 1991, perusahaan ini mengubah namanya menjadi "PT Dharmala Intiland", dan pada tanggal 1 September 1991, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Jakarta[1] (sebelumnya sempat juga mencatatkan sahamnya di Bursa Paralel Indonesia di tahun 1990).[9] Pada bulan Januari 1992, perusahaan ini mulai mengembangkan perumahan bertema golf pertama di Surabaya, yakni Graha Famili. Di tahun yang sama, untuk mengonsolidasikan posisinya sebagai lengan bisnis properti Dharmala Group, perusahaan juga mengakuisisi PT Taman Harapan Indah dan PT Dharmala Land.[10] Pada bulan Januari 1997, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan Intiland Tower Surabaya (d/h Wisma Dharmala Surabaya). Pada bulan Januari 1998, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan Kondominium Kintamani, salah satu dari hanya sedikit proyek yang berhasil diserahkan kepada para pembelinya selama krisis finansial Asia 1997 di Indonesia.[1]
Namun, dalam periode yang sama, layaknya lengan bisnis Dharmala Group lainnya, PT Dharmala Intiland terjerat hutang yang besar, mencapai Rp 371 miliar-1,49 triliun.[6] Beruntung, dibandingkan bisnis kelompok Dharmala lainnya yang harus dipailitkan, DILD lolos dari hal tersebut,[11] meskipun harus melakukan restrukturisasi. Maka, perusahaan pun kemudian mulai mengembangkan bisnis propertinya kembali, walaupun lebih cenderung berfokus pada kelas menengah-bawah dengan membangun perumahan kecil, dibanding sebelumnya yang banyak membangun perumahan mewah.[12] Demi mengatasi defisiensi modal dan kekurangan likuiditas, hutang perusahaan juga berusaha dibereskan dengan mengonversinya menjadi saham.[13] Kinerja perusahaan selama hampir 10 tahun pun terkesan hidup segan mati tak mau, berusaha bertahan demi menyelesaikan hutang dengan kreditur.[5]
Dengan masuknya pemegang saham baru hasil konversi hutang, maka perusahaan ini memutuskan melepas identitas lamanya dari PT Dharmala Intiland Tbk menjadi PT Intiland Development Tbk di tanggal 29 Juni 2007. Adapun Hendro Gondokusumo masih memegang jabatan penting di perusahaan, meskipun sempat berpindah menjadi Wakil Komisaris Utama dari Direktur Utama hingga 2011.[14] Perubahan nama tersebut menandai dimulainya transformasi kinerja perusahaan ini, yang meliputi konsolidasi bisnis, peningkatan aset dan kinerja, dan memacu pertumbuhan cepat.[5] Setelah restrukturisasi tersebut dimulai, maka perusahaan ini mulai membangun kembali proyek berskala besar bagi kelas atas.[12] Seperti pada bulan Februari 2010, perusahaan ini meluncurkan Kondominium 1Park Residences di Jakarta, dan pada bulan Juni 2010, perusahaan ini mulai mengembangkan Graha Natura di Surabaya. Pada bulan Agustus 2010, melalui PT Intiwhiz International, perusahaan ini berhasil menyelesaikan pembangunan Whiz Hotel Yogyakarta,[1] dan kemudian mengembangkan jaringan hotel budget Whiz.[15] Kinerja perusahaan pun berbalik, dari meraih pendapatan Rp 221,5 miliar pada 2003[13] menjadi Rp 2,53 triliun pada 2013.[15]
Pada bulan Oktober 2011, perusahaan ini mulai mengembangkan Perumahan Serenia Hills di Jakarta Selatan dan Aeropolis di dekat Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pada bulan November 2011, perusahaan ini meluncurkan kawasan bisnis terpadu South Quarter di Jakarta Selatan. Pada bulan Januari 2012, perusahaan ini meresmikan National Hospital Surabaya, dan pada bulan September 2012, perusahaan ini mulai mengembangkan Kondominium Sumatra36 di Surabaya. Pada bulan April 2013, perusahaan ini mulai membangun Kondominium 1Park Avenue di Jakarta Selatan dan meluncurkan kawasan terpadu Praxis di Surabaya. Pada bulan Juni 2014, perusahaan ini mendivestasi 60% saham PT Intiland Infinita dan mulai membangun Regatta tahap II di Jakarta. Pada bulan Oktober 2014, perusahaan ini mulai mengembangkan Spazio Tower di Surabaya. Pada bulan Desember 2014, perusahaan ini berhasil menyelesaikan pembangunan Kondominium Sumatra36 di Surabaya. Pada bulan Januari 2015, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan South Quarter di Jakarta, dan berhasil meraih sertifikasi Gold berdasarkan penilaian desain dari Green Building Council Indonesia (GBCI). Pada bulan Juli 2015, perusahaan ini meluncurkan Kondominium Graha Golf di kompleks Graha Famili di Surabaya.[1]
Pada bulan Januari 2016, perusahaan ini meluncurkan hunian vertikal The Rosebay di Surabaya, dan pada bulan Mei 2016, perusahaan ini membuka South Quarter DOME di Jakarta. Pada bulan September 2016, perusahaan ini mulai mengembangkan Graha Natura tahap II di Surabaya. Bersama GIC asal Singapura, perusahaan ini mulai mengembangkan South Quarter tahap II pada bulan Maret 2017 dan mulai mengembangkan Fifty Seven Promenade pada bulan Agustus 2017. Pada bulan Januari 2018, melalui kolaborasi dengan pengembang lokal, perusahaan ini meletakkan batu pertama pembangunan perumahan rakyat di Pacitan. Pada bulan November 2018, perusahaan ini meluncurkan apartemen SQ Res yang merupakan pengembangan tahap II dari South Quarter di Jakarta Selatan. Pada bulan April 2019, perusahaan ini menjalin kerja sama strategis untuk mengembangkan Poins.[1][2]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i "Tentang Perusahaan". PT Intiland Development Tbk. Diakses tanggal 20 Februari 2022.
- ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan 2020" (PDF). PT Intiland Development Tbk. Diakses tanggal 20 Februari 2022.
- ^ a b Kaya dari Properti
- ^ Raja Properti RI: Reklamasi Pertama Asia Tenggara, Kaya Raya!
- ^ a b c Intiland Development: Berkibar Lewat Transformasi
- ^ a b Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 13,Masalah 1-2
- ^ Eka Cipta Wijaya Raja Mal dan Perumahan
- ^ Emiten pasar modal Indonesia
- ^ Peta uang 1995: kajian multipandang trend keuangan 1995
- ^ The Politics of Economic Liberalization in Indonesia: State, Market and Power
- ^ Kapital, Volume 3,Masalah 9-16
- ^ a b Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 18,Masalah 21-26
- ^ a b Dharmala Intiland Masih Alami Defisiensi Modal
- ^ Dharmala Intiland Ganti Nama
- ^ a b CEO Wisdom 3 - Strategi 25 Pemimpin Asli Indonesia dalam