Gelar kehormatan dalam Kesultanan Palembang

gelar kehormatan dalam Kesultanan Palembang

Kesultanan Palembang Darussalam merupakan salah satu Kesultanan di Indonesia yang memiliki darah ‘Azhamat khan, namun mereka tidak seperti Kesultanan di Nusantara lainnya yang memiliki darah ‘Alawiyin yang mau memakai gelar Asli ‘Alawiyin-nya , seperti Baraqbah dalam Kesultanan Jambi, Al-Kadrie dalam Kesultanan Pontianak dan Al-Idrus dalam Kesultanan Kubu. Kesultanan Palembang Darussalam memilih memakai nama lokal yang tidak berbau‘Alawiyin. Gelar di Kesultanan Palembang Darussalam banyak terkena pengaruh dari Kesultanan Demak yang membuat Kesultanan Palembang Darussalam berbeda dengan Kesultanan lainnya, yaitu gelar Raden-Raden Ayu, Masagus-Masayu, Kemas-Nyimas dan Kiagus-Nyayu, kadangkala didepan namanya ditambah gelaran ‘Alawiyin Sayyid, Syarif atau Maulana.[1]

Asal Mula[2]

 
Raden Muhammad Hasan
(Sultan Mahmud Badaruddin II)

Gelar Raden dan Raden Ayu

Gelar Raden dan Raden Ayu dalam Kesultanan Palembang Darussalam dimulai pada masa Pangeran Ario Kesumo Abdurrohim (Kemas Hindi). Karena merasa bahwa dukungan dari Kesultanan Mataram sudah mulai berkurang dalam menghadapi serbuan kerajaan lain, maka beliau mengambil keputusan untuk memisahkan diri dari kekuasaan Kesultanan Mataram serta memproklamirkan berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam dengan gelar Sultan. Lalu kepada anak-anaknya beliau memberikan gelar Raden dan Raden Ayu. Sedangkan untuk Putra Mahkota gelar yang Tertinggi adalah Pangeran Ratu (Biasanya anak laki-laki tertua dari Sultan). Namun demikian pernah terjadi Sultan memberi gelar anak laki-lakinya yang tertua dengan gelar Pangeran Adipati atau Prabu Anom. Gelar Pangeran Adipati dipakai oleh anak tertua dari Sultan Abdurrahman yang tidak sempat menjadi raja, dan kedudukannya digantikan oleh adiknya Pangeran Ario (Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago) dan pada tahun 1821-1825 pemberian dan pemakaian gelar Prabu Anom dilakukan Oleh Sultan Ahmad Najamuddin II (Husin Dhiauddin).

Tokoh yang berasal dari Raden

  • Sultan Ahmad Najamuddin III Pangeran Muhammad Tjing Djamaluddin Wangsa Martaradja Wijaya Negara - Sultan Palembang ke-IX

Gelar Masagus dan Masayu

Informasi lebih lanjut: Masagus dan Masayu

 
Masagus H.A. Rachman (Cek Kecik)

Gelar Masagus (Mgs) berarti berharga banyak. Gelar ini diperkirakan mulai muncul dan dibakukan di zaman kekuasaan Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago. Bahwa apabila para Pangeran atau Raden menikah dgn wanita yang tdk memiliki gelar atau berasal dari golongan rakyat maka anak-anaknya kelak diberikan gelar Masagus dan Masayu.

Tokoh yang berasal dari Masagus dan Masayu

  • Masagus H.A. Rachman (Cek Kecik) - Bupati Bengkulu Selatan ke-7

Gelar Kemas dan Nyimas

Asal usul gelar Kemas dan Nyimas dimulai pada masa awal Kerajaan Palembang oleh Ki Gede Ing Suro bin Pangeran Sedo Ing Lautan. Putra keturunan di beri gelar Kemas/ Ki Mas/ Kyai Mas dan Nyimas. Mas berarti Yang Mulia.

Tokoh yang berasal dari Kemas

  • Kemas Ari Panji - Sejarawan Palembang
  • Kemas Fakhruddin - Ulama Palembang
  • Nyimas Ratu Fafa - Vokalis JKT 48
 
Kiagus Muhammad Saleh
(Kyai Saleh Lateng)

Gelar Kiagus dan Nyayu

Kiagus asalnya Ki Bagus, singkatan dan Kyai Bagus, sebuah gelaran yang diberikan Sultan Demak pada seorang Ulama asal negeri Arab (keturunan Hadramaut) yang bernama Abdurrohman bin Pangeran Fatahillah. Setelah Kyai Bagus menikah dengan salah seorang keluarga Keraton juga diberi gelar Bodrowongso (ada versi lain Bondowongso) dan isteri Kyai Bagus dipanggil dengan sebuatan Nyai Ayu, disingkat Nyiayu, dan di Palembang sering disebut dengan Nyayu.

Tokoh yang berasal dari Kiagus dan Nyayu

  • Kiagus Ahmad Badaruddin - Ketua PPATK
  • Kiagus Wirawan Rusdi - Dalang Wayang Palembang
  • Kiagus Sulaiman Amin - Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang
  • Kiagus Abdul Aziz - Anggota DPRD Jawa Timur periode 1974-1977

Tokoh Keturunan Kesultanan Palembang

  • Sultan Mas’ud Badaruddin Ratu Sri Ingalaga Baraqbah - Sultan Jambi ke-16, beliau merupakan keturunan dari Syarifah Raden Ayu Benderang binti Sultan Anom Alimuddin

Rujukan

  1. ^ (Indonesia) Palembang Sebuah Negeri yang Hilang (Refleksi Hari Jadi Palembang ke-1319) Diarsipkan 2007-03-10 di Wayback Machine.
  2. ^ Bincang-Bincang bersama SMB IV di RRI Net Palembang