Leftenan Adnan[a] adalah sebuah film drama perang Malaysia tahun 2000 garapan Aziz M. Osman dengan naskah yang ditulis oleh Aziz dan Mejar Ramli Abu Bakar serta diproduksi oleh Paradigm Film beserta Markas Angkatan Darat, Kementerian Pertahanan Malaysia.[2][3] Dibintangi oleh Hairie Othman sebagai pemeran utama, Umie Aida, Faizal Hussein, Rusdi Ramli, Shaharuddin Thamby, Rambo Chin dan Wahid Senario, film tersebut mengisahkan tentang perjuangan perwira tentara Tanah Melayu, Adnan Saidi (juga dikenal sebagai Leftenan Adnan), yang mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Tanah Melayu dari penjajahan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.[4][5] Film tersebut juga mengisahkan babak pertempuran terakhir Resimen Askar Melayu terdepan melawan tentara Jepang yang jauh lebih banyak di Bukit Chandu hingga menewaskan Leftenan Adnan.

Leftenan Adnan
Berkas:Leftenan adnan 02.jpg
Poster perilisan
SutradaraAziz M. Osman
Produser
  • Jeneral Dato' Seri Md. Hashim Hussein
  • Aziz M. Osman
  • Nor Aliah Lee
Ditulis oleh
  • Aziz M. Osman
  • Mejar Ramli Abu Bakar
  • A.R. Sulaiman
SkenarioAziz M. Osman
Pemeran
Penata musikAzman Abu Hassan
SinematograferBade Hj. Azmi
PenyuntingAziz M. Osman
Perusahaan
produksi
DistributorGrand Brilliance
Tanggal rilis
  • 31 Agustus 2000 (2000-08-31) (Malaysia)
[1]
Durasi116 menit
NegaraMalaysia
Bahasa
AnggaranRM 2.5 juta
Pendapatan
kotor
RM 4.8 juta

Film tersebut merupakan proyek yang telah lama direncanakan oleh Aziz.[6][7] Film tersebut diproduksi dengan anggaran belanja sejumlah RM2.5 juta dengan jumlah pemeran dan kru melebihi 1.000 orang, sekaligus mencetak rekor sebagai film termahal dan produksi terbesar dalam sejarah perfilman Melayu pada masa itu.[8] Syuting dilakukan pada Februari dan Maret 2000 di Perak, Negeri Sembilan dan Johor.

Leftenan Adnan ditayangkan pada 31 Agustus 2000 bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Malaysia ke-43 dan meraih berbagai ulasan positif serta telah meraih jumlah keuntungan sebanyak RM4.8 juta. Film tersebut memenangkan 2 penghargaan di Festival Film Asia Pasifik ke-45 dan 4 penghargaan di Festival Film Malaysia ke-15.[9][10] Meskipun aspek seni film tersebut disambut baik, ketidakakuratan sejarahnya menerima kritikan.[11] Pada tahun 2020, versi definisi tinggi dari film tersebut telah dirilis bertepatan dengan peringatan penayangan perdana ke-20.[12]

Sinopsis

Pada tahun 1934, Kampung Sungai Ramal, Kajang, Selangor dikunjungi oleh anggota tentara Inggris yang bertujuan untuk mencari para pemuda lokal yang layak untuk ditugaskan ke dalam pasukan Askar Melayu. Beberapa pemuda kampung termasuk Adnan Bin Saidi berminat menjadi tentara, namun orangtuanya tidak merestui keinginan tersebut. Adnan bersikeras, bersama beberapa orang rekan, mereka keluar dari kampung dan menuju ke kamp pelatihan militer di Port Dickson.

Di sana, mereka mendaftarkan diri dan menjalani latihan fisik dan mental agar layak untuk menjadi seorang tentara. Keberanian dan kesungguhan yang ditunjukkan oleh Adnan membuatnya terpilih sebagai rekrutan terbaik dan kemudian beliau ditugaskan dalam pasukan Askar Melayu. Dalam waktu yang singkat, Adnan telah menerima kenaikan pangkat menjadi Sersan pada tahun 1937. Pada tahun yang sama, ia diundang dalam upacara penobatan Raja George VI di London.

Tidak lama kemudian, Adnan naik pangkat lagi menjadi seorang Letnan. Ketika Perang Dunia II, Letnan Adnan Saidi berjuang untuk mempertahankan Tanah Melayu dari serangan tentara Jepang. Pertempuran di Bukit Candu yang terletak di Pasir Panjang, Singapura itu mengakibatkan gugurnya seorang perwira Melayu yang begitu ditakuti oleh musuh.

Pemeran

Pemeran cilik yang memerankan peran utama pada masa kanak-kanak meliputi Mohd Ridzuan Din sebagai Adnan kecil, Mohd Haniff Ghafar sebagai Malek kecil, Mohd Amsyar Ghafar sebagai Ahmad kecil, Norfadhilah Norakai sebagai Safiah kecil dan Maizurah Om Sharom sebagai Tumirah kecil.

Perwira tentara yang memerankan peran masing-masing adalah Mejar Mohd Razak Omar sebagai Sarjan Ngah, Koperal Wan Shakri Wan Fe sebagai Prebet Ali, Tuan Haji Ghazali Haji Ismail sebagai Sarjan Ibrahim,[b] Lt. Kol. Omar Nasrulhaq sebagai Lt. Jen. AE Percival, Lt. Kol. Mohd Sany Royan sebagai Lt. Jen. Suguwara, Mejar Suhaimi Sulong sebagai Mejar Spencer Chapman, Mejar Ghazali Ismail sebagai Sarjan Ibrahim, Lt. M. Zaidi Mohd Zain sebagai Prebet/Koperal Yaakub, Lt. M. Zam Azhari Zainudin sebagai Lans Koperal Jibal, Lt. M. Khalid Ismail sebagai Prebet Baharom dan Pbt. Kamaruzaman Ariffin sebagai Prebet Darus.[1]

Produksi

 
Film tersebut disutradarai oleh oleh Aziz M. Osman.

Leftenan Adnan disutradarai oleh Aziz M. Osman, yang dikenal karena film-film garapannya seperti Fenomena (1990), XX Ray (1992) dan Puteri Impian (1997).[17][18] Pada Agustus 1999, Aziz mengumumkan berniat untuk mengadaptasi kisah perjuangan prajurit, Letnan Adnan Saidi ke layar lebar.[19][20] Menurutnya, gagasan untuk menggarap sebuah film perang sudah lama ada dalam pikirannya, namun tidak terpikir sama sekali bahwa ia berpeluang menggarap film berskala besar seperti Leftenan Adnan.[6][21] Ia berkata kepada Berita Harian: "Leftenan Adnan dapat memberi semangat patriotik kepada penonton dan dapat ditonton generasi muda sekarang. Kita tahu semangat dan kecintaan sebagian anak muda terhadap negara semakin berkurang. Bahkan, tak ada lagi terdengar ada anak muda sekarang yang gemar mendengar lagu Negaraku,".[22] Aziz menyadari bahwa tanggung jawab menggarap film tersebut adalah salah satu satu tantangan besar baginya.[23]

Naskah untuk film tersebut ditulis oleh Aziz bersama dengan Mejar Ramli Abu Bakar dan telah dirombak sebanyak 10 kali.[24] Untuk film tersebut, ia menggunakan sistem suara canggih Dolby Digital dan bekerjasama dengan komponis Azman Abu Hassan yang sebelumnya pernah menjadi komponis untuk beberapa film garapan Aziz.[25] Badaruddin Azmi, yang pernah berkarya di bawah nauangan Aziz, bertugas sebagai pengarah fotografi dan jurukamera.[26] Paradigm Film (kini Ace Motion Pictures), seorang organisasi penerbitan yang dibentuk oleh Aziz, memproduksi film tersebut dengan bekerjasama dengan Markas Angkatan Darat, Kementerian Pertahanan Malaysia, sementara Grand Brilliance bertugas sebagai distributor.

Rusdi Ramli, Faizal Hussein dan Azri Iskandar[27] menjalani latihan di kamp tentara selama sebulan sebelum syuting dimulai. Rusdi pada mulanya dipertimbangkan untuk memerankan peran Letnan Adnan, namun ia kemudian memerankan peran Prebet Malik. Faizal juga dipertimbangkan untuk memerankan peran tersebut, namun kemudian ia memerankan peran Prebet Ayob. Azri kemudian dipilih untuk memerankan peran Letnan Adnan, namun hanya sempat memainkan 30 persen adegan sebelum dikeluarkan karena masalah disiplin.[28] Menurut Aziz, yang mengumumkan pengeluaran Azri dalam satu wawancara media terkenal yang dilakukan pada 28 Februari 2000, keputusan tersebut dilakukan setelah Azri tidak menunjukkan komitmen dan gagal menjalin kerjasama, dengan persetujuan oleh semua produser dan pemeran yang ikut serta di dalam film tersebut belakangan karena ia yang memerankan peran utamanya.[29] Aziz berkata: "Kami telah menyerahkan surat pengeluarannya (Azri) dalam film tersebut,".[28]

Azri kemudian mengatakan bahwa ia terpaksa ikut garapan produser dan sutradara secara membabi buta walaupun terdapat kontradiksi fakta dalam pembuatan film tersebut.[30][31] Pengeluarannya beliau sebagai pelakon utama filem itu menyebabkan Kementerian Pertahanan, Paradigm Film dan Grand Brilliance menanggung kerugian kira-kira RM20,000.[32] Ia kemudian digantikan oleh Hairie Othman. Hairie, yang mula-mula terpaksa memainkan 12 adegan yang telah dimainkan oleh Azri, mengaku tidak berpikir panjang setelah menerima tawaran Aziz untuk membintangi film tersebut, namun menyatakan pemilihannya untuk membintangi Leftenan Adnan sebagai kesuksesan baginya.[33][34] Umie Aida memainkan peran sebagai Sophia Pakih Muda, istri dari Letnan Adnan.[35] Untuk persiapan awal, ia menjalani latihan menembak bersama anggota tentara selama sebulan.[36] Para pemeran lainnya meliputi Farid Amirul, Shaharuddin Thamby, Sherie Merlis dan Rambo Chin. Sebanyak 2,000 tentara dari Angkatan Darat Malaysia ditugaskan untuk memerankan berbagai peran atau sebagai pemeran tambahan.[37][38]

Mokhtar Adnan, putra Adnan Saidi sangat bersukacita dengan hasil karya Aziz dalam film tersebut. Menurut Mokhtar, hasrat untuk mengabadikan perjuangan ayahnya dalam bentuk film telah ada sejak zaman kejayaan perfilman Melayu di Singapura.[39] Biaya pembuatan film tersebut yang telah dipakai berjumlah sebanyak RM2.5 juta termasuk biaya promosi, sementara jumlah pemeran dan kru terdiri sebanyak 1.000 orang.[8] Syuting diadakan pada Februari dan Maret 2000 di 3 negara bagian di Malaysia, yaitu Perak (Batu Gajah),[40] Negeri Sembilan (Port Dickson) dan Johor (Kota Tinggi). Penyanyi Awie menyanyikan lagu tema untuk film tersebut, yang berjudul "Di Medan Ini".[41][42]

Dalam satu wawancara eksklusif bersama Harian Metro pada Agustus 2021, Aziz berkata mengenai pengalamannya menggarap Leftenan Adnan: "Pengalaman saya ketika diberi tanggungjawab oleh Kementerian Pertahanan untuk menggarap Leftenan Adnan 20 tahun lalu adalah soal tantangan terbesar saya. Ini karena film saya sebelum itu lebih bersifat komersial dan sensasi. Sehingga ketika mendapat naskah Leftenan Adnan, hal tersebut membuat saya berpikir untuk mengadaptasi kisahnya. Terus terang saya katakan bahwa cerita tersebut tidak 100 persen berdasarkan pada fakta sejarahnya. Demi menarik cita rasa penonton pada masa itu, saya juga memasukkan unsur romansa dan komersial sebagai daya tarik untuk penonton. Metode tersebut juga dipakai di industri film Hollywood ketika mereka membuat film patriotik".[43] Aziz juga menyatakan bahwa ia sengaja memberikan peran tambahan untuk mewarnai suasana persahabatan pada peran Prebet Malik yang diperankan oleh Rusdi Ramli walaupun cerita tersebut tidak ada dalam kisah nyata dari Leftenan Adnan.[43]

Tema dan analisis

Menurut satu kajian yang dilakukan oleh Pusat Pembelajaran Bahasa, Filsafat dan Peradaban, Universiti Utara Malaysia (UUM), Leftenan Adnan secara efektif menekankan aspek retorika dan memberi gambaran kepada masyarakat mengenai budaya serta sejarah sesuatu bangsa dan negara, sesambil menyampaikan apresiasi nilai-nilai patriotisme dalam masyarakat juga dapat ditafsirkan kepada penonton dengan aspek retorika yang lebih jelas.[44] Seorang pengulas dari surat kabar Utusan Malaysia memandang film tersebut sebagai salah satu "naskah yang tidak menonjolkan tokoh Askar Melayu" yang sebenarnya sebagai "bahan yang menggerakkan film tersebut". Pengulas tersebut juga menyatakan bahwa Leftenan Adnan nampak "tenggelam dalam sebagian besar fakta sejarah yang tampaknya mustahil untuk diabaikan".[11]

Dalam tipologinya mengenai perfilman Malaysia, A. Wahab Hamzah menyatakan bahwa Leftenan Adnan nampak "tidak epik karena pertempuran dan peperangannya saja, tetapi bagaimana orang-orangnya dan emosinya dikembangkan". Ia juga menyoroti bahwa film tersebut berupaya untuk menjadi "sebuah epik dengan kebesaran dan pertempurannya, tetapi peran-perannya tidak mampu dibangunkan sebaik mungkin dan dengan cara yang lebih meyakinkan".[45] David C. L. Lim juga menyoroti bahwa film tersebut memberikan citra baik masyarakat Melayu dengan membangun kembali kehidupan Letnan Adnan yang "berani mempertaruhkan segalanya dalam memerangi tentera Jepang demi membebaskan rakyatnya".[5]

Keakuratan sejarah

Terdapat beberapa keakuratan sejarah yang diambil pada pengisahan Adnan untuk tujuan dramatis.[5] Masalah pertama adalah kematian Adnan yang terkenal tragis. Dalam versi film, kematiannya tidak ditayangkan secara jelas pada film dan diam-diam diselipkan pada bagian penutup, yang secara tersirat mengisahkan bahwa ia dan para pasukan yang tersisa dan cedera dalam pasukannya diikat pada pohon dan diikat dengan bayonet hingga mati, yang merupakan versi yang lebih benar dan sejalan dengan praktek Jepang yang serupa di tempat lain.[11]

Ini bertentangan dengan versi resmi seperti yang dicatat oleh Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, yang menunjukkan bahwa dia dibunuh terlebih dahulu, kemudian digantung secara terbalik pada pohon ceri. Catatan Inggris menyatakan bahwa jasadnya ditemukan digantung terbalik setelah Jepang menyerah dan catatan tersebut diulangi dalam beberapa teks resmi mengenai kampanye Malaya. Cara hukuman sebenarnya tidak pernah dicatat secara resmi.[11]

Dalam film tersebut, Jeneral Tomoyuki Yamashita mengulas tentang keberanian dan kegagahan letnan sebelum hukuman mati Adnan mungkin sebagai pengajaran kepada tentera Jepang dan berkata sekiranya terdapat sepuluh lagi pasukan seperti Adnan dalam Tentara Kolonial Inggris di Tanah Melayu pada masa itu, dia akan memperlukan sepuluh tentara lagi untuk menaklukkan Tanah Melayu. Meskipun demikian, versi resmi mencatat bahwa hukuman mati oleh tentara Jepang dalam kemarahan karena sifat pantang menyerah dalam mengemban tugasnya dan menyebabkan banyak korban jiwa di pihak tentara Jepang.[11]

Senapan mesin Lewis yang sering digunakan oleh Letnan Adnan dalam film tersebut sebenarnya bukan model dari jenis senapan mesin tersebut. Senapan tersebut hanyalah model tiruan, yang merupakan senapan mesin yang sebetulnya dibuat menjadi penyangga supaya mirip senapan mesin yang terkenal dengan moncong besar tersebut. Perbedaan yang jelas terlihat pada magazen senapan pesin Lewis yang digunakan dalam film tersebut berbentuk bulat, tebal dan besar, sementara bentuk senapan mesin aslinya hanyalah berbentuk cakram, yang lebih pipih, ringan dan berwarna coklat, bukan berwarna hitam seperti dalam film tersebut.[11]

Kritik

Leftenan Adnan menerima kritik karena menggunakan sekelompok pemeran Melayu untuk memerankan peran pasukan Jepang dan Inggris sepanjang film tersebut. Selain itu, dialog berbahasa Inggris seperti yang dituturkan oleh pemeran memakai para pengisi suara orang Melayu yang berbicara dalam bahasa Inggris yang terhenti dan berlogat khas yang menunjukkan bahwa terdapat upaya yang canggung untuk mengubah dialog untuk memberikan pandangan yang berbeda kepada situasi yang digambarkan dan untuk menggambarkan Inggris dalam keadaan yang tidak menguntungkan.[46]

Catatan

  1. ^ Juga ditulis oleh media sebagai Lt. Adnan.
  2. ^ Peran Sarjan Ibrahim diperankan sendiri oleh anggota tentara yaitu Tuan (kini Dato') Haji Ghazali Haji Ismail. Ia meraih pangkat Mayor Jenderal pada Maret 2021. Kabar tersebut diunggah di akun Facebook resmi Angkatan Darat Malaysia. Mayjen (B) Dato Haji Ghazali juga sempat berperan dalam dalam drama militer Insurgensi yang disiarkan di RTM. Dalam drama tersebut, ia berperan sebagai CO 8 Renjer Raja Rashid. Pada masa syuting, ia memegang jabatan Letnan Kolonel.

Referensi

Kutipan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s "Catatan penerbitan Leftenan Adnan". Filemkita.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Julai 2008. Diakses tanggal 7 Februari 2013. 
  2. ^ "Leftenan Adnan filem alaf baru". Berita Minggu. 2 Januari 2000. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  3. ^ Saniboey Mohd Ismail (15 Maret 2000). "Sejarah hero Melayu". Harian Metro. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  4. ^ Abdul Razak Raaff (10 Desember 1999). "Lt. Adnan pendorong generasi muda sertai ketenteraan". Berita Harian. Diakses tanggal 22 Januari 2019. 
  5. ^ a b c Lim & Yamamoto 2011.
  6. ^ a b "Pengorbanan wira buat Aziz insaf". Berita Minggu. 2 April 2000. hlm. 13. Diakses tanggal 24 Januari 2015. 
  7. ^ "Lt. Adnan: Aziz M. Osman janjikan kejutan". Utusan Malaysia. 3 Julai 2000. Diakses tanggal 14 Maret 2009. 
  8. ^ a b "'Leftenan Adnan' terbesar, paling mahal". Berita Minggu. 2 April 2000. hlm. 1. Diakses tanggal 24 Januari 2015. 
  9. ^ "Kejayaan Leftenan Adnan milik semua". Berita Harian. 14 Desember 2000. Diakses tanggal 24 Januari 2020. 
  10. ^ Marina Mohd Shariff (25 Desember 2000). "'Leftenan Adnan' is a masterpiece indeed" ['Leftenan Adnan' ialah sebuah karya agung] (dalam bahasa Inggris). New Straits Times. Diakses tanggal 24 Januari 2020. 
  11. ^ a b c d e f "Leftenan Adnan... tidak mentafsir sejarah". Utusan Malaysia. 18 Agustus 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 November 2017. Diakses tanggal 14 April 2015. 
  12. ^ Asraf Aided (31 Agustus 2020). "Tonton Leftenan Adnan 2020 dalam versi yang lebih segar!". Astro Gempak. Diakses tanggal 24 Januari 2021. 
  13. ^ "Impian Hairie". Berita Minggu. 30 Julai 2000. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  14. ^ Roslen Fadzil (22 Oktober 1999). "Umie berlakon komedi". Harian Metro. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  15. ^ "Watak Safiah bermain dengan emosi dalaman". Utusan Malaysia. 23 Agustus 2000. Diakses tanggal 14 Maret 2009. 
  16. ^ Nor Akmar Samudin (25 Oktober 2000). "Jeffri rendah diri". Harian Metro. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  17. ^ "Scene@ the launch of Malay film Leftenan Adnan" [Suasana di majlis pelancaran filem Leftenan Adnan] (dalam bahasa Inggris). New Straits Times. 19 November 1999. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  18. ^ Suraya Al-Attas (4 September 2000). "Aziz wins the 'war'" [Aziz menang 'perang'] (dalam bahasa Inggris). New Straits Times. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  19. ^ "Aziz rancang buat filem Leftenan Adnan". Berita Harian Singapura. 27 Agustus 1999. hlm. 21. Diakses tanggal 24 Januari 2015. 
  20. ^ "M'sia rancang filemkan keperwiraan Lt Adnan". Berita Harian Singapura. 13 November 1999. hlm. 32. Diakses tanggal 24 Januari 2015. 
  21. ^ "Lt Adnan ke layar perak". Harian Metro. 12 November 1999. Diakses tanggal 10 April 2019. 
  22. ^ Akmal Abdullah (23 Agustus 2000). "Lt. Adnan mampu suntik semangat patriotik". Berita Harian. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  23. ^ A. Kadir Pandi (10 Januari 2000). "Cabaran besar arah 'Leftenan Adnan'". Berita Harian Singapura. hlm. 10. Diakses tanggal 24 Januari 2015. 
  24. ^ Ellyna Ali (5 Julai 2000). "Skrip Lt. Adnan dirombak 10 kali". Berita Harian. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  25. ^ Zainuri Misfar (27 Mei 2000). "Lt. Adnan guna Dolby Digital". Berita Harian. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  26. ^ "Didikan ayah sumber kejayaan". Berita Minggu. 10 September 2000. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  27. ^ Roslen Fadzil (10 November 1999). "Azri bintangi Lt Adnan". Harian Metro. Diakses tanggal 10 April 2019. 
  28. ^ a b Rosli Manah (1 Maret 2000). "Filem Lt. Adnan: Azri Iskandar disingkir". Utusan Malaysia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Februari 2017. Diakses tanggal 14 April 2015. 
  29. ^ Hardi Effendi Yaacob (31 Agustus 2008). "Aziz singkir Azri Iskandar". Berita Minggu. Diakses tanggal 1 Februari 2020. 
  30. ^ Akmal Abdullah (1 Maret 2000). "Lt. Adnan: Punca Azri digugur". Berita Harian. Diakses tanggal 23 Januari 2010. 
  31. ^ Marina Abdul Ghani (2 Maret 2000). "Sacked!" [Disingkirkan!] (dalam bahasa Inggris). The Malay Mail. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  32. ^ Roslen Fadzil (29 Februari 2000). "Pelakon utama Lt. Adnan dipecat". Harian Metro. Diakses tanggal 3 April 2019. 
  33. ^ "Hairie anggap pemilihan sebagai tuah". Berita Harian. 1 Maret 2000. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  34. ^ "Hairie Othman tidak terkilan". Utusan Malaysia. 21 Agustus 2000. Diakses tanggal 14 Maret 2009. 
  35. ^ "'Cinta' pada watak dorong Umie dalam 'Lt Adnan'". Berita Minggu. 20 Julai 2000. hlm. 12. Diakses tanggal 24 Januari 2015. 
  36. ^ Zubir Mohd Yunus (2 Julai 2000). "Penembak jelita". Berita Minggu. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  37. ^ "Tentera M'sia terlibat dalam filem Lt. Adnan". Berita Harian Singapura. 3 Julai 2000. hlm. 5. Diakses tanggal 24 Januari 2015. 
  38. ^ "Malaysian army goes into the film-making business" [Tentera Malaysia bergiat aktif dalam industri perfileman] (dalam bahasa Inggris). The Straits Times. 3 Juli 2000. hlm. 27. Diakses tanggal 1 Februari 2015. 
  39. ^ Adam Salleh (18 September 2000). "Mokhtar puas hati Leftenan Adnan". Berita Harian. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  40. ^ Freddie Aziz Jasbindar (19 Februari 2017). "Pusing Jadi Lokasi Utama Filem Leftenan Adnan (2000)". Orang Perak. Diakses tanggal 2 November 2019. 
  41. ^ Sani Salleh (7 Julai 2000). "Lagu patriotik Awie". Harian Metro. Diakses tanggal 3 April 2019. 
  42. ^ Jad Mahidin (17 Agustus 2000). "Courage under fire" [Keberanian dalam cemara] (dalam bahasa Inggris). The Malay Mail. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 
  43. ^ a b Norhayati Nordin (28 Agustus 2021). "Cabaran hasil filem patriotik". Harian Metro. Diakses tanggal 25 Januari 2022. 
  44. ^ Hafidah, Melor & Rohaya 2018, hlm. 1–8.
  45. ^ A. Wahab Hamzah (8 September 2000). "Leftenan Adnan - filem, nasionalisme dan tafsiran sejarah". Utusan Malaysia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Oktober 2009. Diakses tanggal 13 Februari 2015. 
  46. ^ Hasmi Hashim (11 September 2000). "... Yang bukan pada filem Lt. Adnan". Berita Harian. Diakses tanggal 23 Januari 2019. 

Daftar pustaka

Pranala luar