Sulaiman dari Banjar

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan, Sultan Kerajaan Banjar

Pangeran Ratu Sultan Sulaiman bergelar Sultan Sulaiman Saidullah (ke-2)[14][15][16] atau Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah atau Sultan Sulaiman Rahmatillah (bin Sunan Sulaiman Saidullah ke-1/Sunan Nata Alam/Sultan Tahmidullah II) adalah Sultan Banjar yang memerintah antara tahun 1801-1825.[17][18] Kesultanan Banjar terletak di Kalimantan Selatan, Indonesia. Adiknya Pangeran Mangku Dilaga dilantik sebagai mangkubumi dengan gelar Ratu Anum Mangku Dilaga. Belakangan Ratu Anum Mangku Dilaga ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta. Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh Pangeran Husein dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri.[4]

Tuan Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Sulaiman Saidullah Raja Atas Tahta Kerajaan Negeri Banjar[1]
Sultan Sulaiman Al-Mu'tamid 'Alâ Allâh

( سلطان سليمان المعتمد على الله ) [2][3]

Sultan Soleman Almo'tamid Aliallah/Soliman Almoh Tammit Alalah
Sultan Sleeman Almoh Tamid Alalah
Sultan Soleman Sa'idallah
Sultan Salehman
Sultan Sulaiman al-Mu'tamidullah
Sultan Sulaiman Rahmatullah
Pangeran Ratu Sultan Sulaiman
Pangeran Sultan Muda Sulaiman
Panembahan Sulaiman[4]
Panembahan Sepuh[4]
Berkuasa1767 (Sultan Muda)
1801-1825 (Sultan)[5]
PendahuluPanembahan Batu
PenerusSultan Adam al-Watsiq Billah
SultanLihat daftar
Pemakaman
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahSunan Sulaiman Saidullah
IbuPutri Lawiyah binti Sultan Tahmidubillah[6][7]
Anak1. ♂ Sultan Adam, anak Nyai Ratu Intan Sari/Nyai Ratu Sepuh binti Kiai Adipati Singasari)[8]

2. ♂ Pangeran Mangkoe Boemi Nata, anak Nyai Ratu Intan Sari
3. ♀ Ratoe Hadji Moesa (Salamah), anak Nyai Ratu Intan Sari
4. ♂ Pangeran Perbatasari/Prabusari, anak Nyai Ratu Intan Sari
5. ♂ Pangeran Kassir, anak Nyai Ratu Intan Sari[9]
6. ♀ Ratoe Soengging Anoem, anak Nyai Ratu Intan Sari
7. ♂ Pangeran Dipati di Mahang (HST)
8. ♂ Pangeran Ahmad, anak Njahi Siti Gading
9. ♂ Pangeran Wahid
10. ♂ Pangeran Muhammad
11. ♂ Pangeran Kusairi
12. ♂ Pangeran Hasan
13. ♂ Pangeran Achmid[10][11]
14. ♂ Pangeran Kasoema Widjaja (Berahim)[10][12]
15. ♂ Pangeran Tasin/Thasin[10]
16. ♂ Pangeran Singa-Sarie[10]
17. ♂ Pangeran Hamim[10]
18. ♀ Ratu Kartasari
19. ♀ Ratu Syarif Marta diperistri Pangeran Syarif Hasyim Al-Qudsi Al-Husaini
20. ♀ Ratu Salamah
21. ♀ Ratoe Sjerief diperistri Pangeran Syarif Husein bin Awwad Bahasyim (Goestie Oemie), anak Njahi Siti Gading
22. ♀ Ratu Mashud/Gusti Hadijah, ibu Pangeran Antasari

[13]
Makam Sultan Sulaiman Saidullah di Desa Lihung, Karang Intan, Banjar.

Pada masa Sultan Sulaiman, pusat pemerintahan berada di Karang Intan, Kabupaten Banjar.

Sultan Sulaiman dikenal pula dengan nama Sultan Sulaiman Saidullah II atau Sultan Sulaiman Rahmatullah. Baginda mendapat gelar Sultan Muda sejak tahun 1767 ketika berusia 6 tahun dari ayahnya Susuhunan Nata Alam agar penggantinya tetap pada garis keturunannya. Panembahan Sulaiman/Sultan Sulaiman melantik puteranya Pangeran Adam sebagai raja muda dengan gelar Sultan Adam, kemudian dia sendiri mengambil gelar Panembahan Sepuh.[4]

Mangkubumi yang menjabat pada masa Sultan Sulaiman adalah:

  1. Ratu Anom Ismail (Pangeran Ismail bin Sunan Nata Alam); dihukum bunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga (difitnah) akan merencanakan kudeta.
  2. Pangeran Perabu Anum (1802)[19]
  3. Pangeran Mangku Bumi Nata (Pangeran Husin bin Sultan Sulaiman), mangkubumi sejak 1823.

Kematian

Sultan Sulaiman al-Mu'tamid 'Alâ Allâh mangkat pada tanggal 3 Juni 1825 bertepatan 4 Rabiul awal 1240 Hijriyah.[20] Baginda dimakamkan di Kompleks Makam Sultan Sulaiman di desa Lihung, kecamatan Karang Intan, kabupaten Banjar, provinsi Kalimantan Selatan.

Ketika sultan SLEMAN atau soliman meninggal pada tahun 1825, ada dua puluh lima pangeran di istana Martapura, bergelar Pangeran.[21].

Silsilah

Anak-anak Sultan Sulaiman Saidullah terdiri 18 orang anak laki-laki dan 12 orang anak perempuan, 6 orang diantaranya dari Istri Njahi Ratoe Intan Sarie:

Sultan Sulaiman memiliki permaisuri yang merupakan puteri Adipati Banua Lima (Golongan Anang/Nanang-nanangan Raja) yaitu Njahi Ratoe Intan Sarie atau Nyai Ratu Sepuh binti Kiai Adipati Singasari[4][8] yang dikaruniai 6 anak yaitu:

  1. Sultan Adam - memiliki 11 anak. Anak kedua Sultan Sulaiman dan anak pertama Nyai Ratu Intan Sari. Dia leluhur mantan Gubernur Kalimantan pertama Pangeran Muhammad Noor.[22]
  2. Pangeran Husein bergelar Pangeran Mangkoe Boemi Nata - menjadi mangkubumi sejak 1823[4][23] - memiliki 17 anak.
  3. Pangeran Perbatasari - memiliki 5 anak.
  4. Ratu Haji Musa / Salamah (diperisteri Pangeran Hadji Moesa ( Raja Kusan II ) - memiliki 3 anak.
  5. Pangeran Kassir (Khusairi)[24][25] - memiliki 5 anak.
  6. Ratu Salamah / Ratu Sungging Anum (menikahi Pangeran Sungging Anom bin Ratu Anom Ismail Mangku Bumi Sukma Dilaga) - tidak memiliki keturunan.

Putera-Puteri Dari Selir-Selir Lainnya:

  1. Goestie Oemie (Ratu Umi) bergelar Ratoe Sjerief diperistri Pangeran Syarif Husein Bahasyim (anak pertama / sulung Sultan Sulaiman dan anak pertama Nyai Siti Gading), diperisteri Habib Husein bin Awwad Bahasyim.[22]
  2. ♂ Gusti Muhammad (anak Nyai Siti Gading)
  3. ♂ Pangeran Ahmad (anak Nyai Siti Gading)
  4. ♂ Pangeran Kasoema Widjaija[26]
  5. Pangeran Ahmad (anak Nyai Argi)[4][26][27] leluhur mantan Gubernur Kalsel Gusti Hasan Aman.
  6. ♂ Pangeran Tasin (anak Nyai Cina, memiliki 2 anak).[4][26][28][29]
  7. ♂ Pangeran Singa Sarie, leluhur Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah[26]
  8. ♂ Pangeran Hamim[26]
  9. ♂ Pangeran Husein / Pangeran Mangkoe Boemi Nata[26]
  10. ♂ Pangeran Musa (anak Nyai Ratna) [4]
  11. Pangeran Sungging Anum (anak Nyai Ratna) [4]
  12. Pangeran Kacil (anak Nyai Cina) [4]
  13. Pangeran Jamain / Pangeran Wahid? (anak Nyai Cina) [4]
  14. Ratu Karta Sari (anak Nyai Unangan) [4] diperisteri Pangeran Kartasari bin Pangeran Sungging Anom bin Ratu Anom Ismail Mangku Bumi Sukma Dilaga.
  15. Ratu Syarif Marta diperistri Syarif Hasyim Al-Qudsi Al-Husaini bin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Al-Balkhi Ibnu Sayyid Musa bin Ali Al-Kadzimi bin Yusuf bin Hasan bin Sulaiman bin Aburrazzzāq Al-Qudsi Al-Husaini[4]
  16. Gusti Kacil
  17. Pangeran Tahmid
  18. Goesti Hadidjah (Ratu Mastruda) bergelar Ratoe Masoöd (Mas'ud), karena menikahi Pangeran Masoöd (orang tua Pangeran Antasari).

Kontrak Perjanjian dengan Belanda (Republik Batavia atau Bataafse Republiek)

Setelah mangkatnya Panembahan Batu, Pangeran Sultan Sulaiman Saidullah (ke-2) dinobatkan bergelar Sultan Sulaiman Al-Mu'tamid 'Alâ Allâh, maka pihak Belanda (Republik Batavia) mengadakan perjanjian dengan Sultan pada tanggal 19 April 1802 di istana Bumi Kencana. Perjanjian hanya mengingatkan kembali bahwa Kesultanan Banjar telah diserahkan kepada pemerintah Belanda seperti Perjanjian 1787. Dalam perjanjian itu ditambahkan bahwa Sultan berusaha menangkap dan menghukum potong kepala orang-orang Dayak yang telah melakukan pemotongan kepala. Hukuman potong kepala terhadap orang Dayak itu harus dilakukan dimuka loji Belanda. Selebihnya dalam perjanjian itu pemerintahan Belanda mengharapkan agar Sultan dapat memelihara kebun-kebun lada agar hasil lada menjadi lebih baik. Pada tahun 1806, Belanda kembali membuat perjanjian dengan Sultan Sulaiman yang menitikberatkan pada usaha pemeliharaan kebun lada, agar lada dapat berproduksi sebagaimana diharapkan oleh Belanda. Dalam perjanjian itu Belanda tetap mengakui kedaulatan Sultan Banjar dan tidak menyinggung tentang masalah pemerintahan termasuk hubungan dagang ke luar negeri.[30][31]


ACTE VAN RENOVATIE 19 APRIL 1802 dibuat di Bumi Kencana

 
Johannes Siberg, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke 34. Ia memerintah antara tahun 18011805.

Akta ini disahkan oleh Johannes Siberg, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda ke 34 yang memerintah antara tahun 18011805.

Para pembesar istana yang ikut membubuhkan cap tanda tangan mereka terdiri dari: Sultan Sulaiman Al-Mu'tamid 'Alâ Allâh, Pangeran Perabu Anom, Pangeran Ishak dan Pangeran Musa. Dari pihak Kompeni Belanda adalah: Van Boekholtz sebagai Komisaris, Wm. Bloem dan F. v. Braam.

Pada bagian yang tertulis dengan huruf Latin dalam bahasa Belanda bertajuk:[1]


Acte van Renovatie en Vernieuwing der Contracten tergeleegenheid van de Installatie van den SULTAN SOLIMAN AMOH TAMIT ALALAH op den 19de April Anno 1802. (Undang-Undang Renovasi dan Pembaruan Kontrak untuk Pemasangan Sultan Sulaiman Al-Mu'tamid 'Alâ Allâh pada 19 April tahun 1802).

Pada bagian yang tertulis dengan huruf Arab-Melayu dan berbahasa Melayu berbunyi:[1]


Perkara jang pertama.

Perkara jang kedua.

Perkara jang ketiga.

Perkara jang ke-empat.

Perkara jang kelima.

(Dibawah teks bahasa Melaju terdapat tiga buah tjap lak merah):

Tjap V.O.C. Dibawahnja tertulis: de Compagnie als souveraine Heer van 't Koningrijk Banjermassing.

Tjap Dibawahnja tertulis F. van Boeckholtz Commissaris. Als getuijgen bij de teekening en verseegelingen deeses

Tjap Disampingnja ttd. Wm. Bloeniz resd.


ACTE VAN HOMAGE 19 APRIL 1802 tertulis huruf Arab-Melayu dalam bahasa Melayu dan huruf Latin dalam bahasa Belanda. Akta yang tertulis dengan huruf Arab-Melayu dan berbahasa Melayu berbunyi:[1]

Tjap lak merah (rusak tak terbatja) dibawahnja tertulis:

Ter ordonnantie van hunne Hoog Edelhederi Gouverneur Generaal en de Raden van Indie, ttd. F. v. Braam Sec.


Dibawah teks bahasa Melaju terdapat empat buah tjap lak merah dan dibawah masing2 tjap terbatja:

’t zegul van den Sultan Soliman
’t zegul van den Pangerang Prabu Anum
’t zegul van den Pangerang Ishak
’t zegul van den Pangerang Moesja.

PERDJANDJIAN ANTAR KERADJAAN BANDJARMASIN DENGAN BATAAFSCHE V.O.C.

ACTE VAN RENOVATIE 11 AGUSTUS 1806 dibuat di Bumi Selamat

 
Albertus Henricus Wiese, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke 35. Ia memerintah antara tahun 18051808.

Akta ini disahkan oleh Albertus Henricus Wiese, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda ke 35 yang memerintah antara tahun 18051808.

Para pembesar istana yang ikut membubuhkan cap tanda tangan mereka terdiri dari: Sultan Sulaiman Al-Mu'tamid 'Alâ Allâh, Pangeran Perabu Anom sebagai mangkubumi, Pangeran Ibrahim, Pangeran Ishak, Pangeran Mas'ud dan Pangeran Mahmud. Dari pihak Kompeni Belanda adalah: Wm. Bloem dan H. Veeckens.

Pada bagian yang tertulis dengan huruf Latin dalam bahasa Belanda bertajuk:[1]

ACTE van RENOVATIE en PROLONGATIE der gesloten tusschen de DOORLUCHTIGE CONTRACTEN en VERBONDEN BATAAFSCHE OOST INDISCHE COMPAGNIE EN ZIJN HOOGHEID SOLEIMAN ALMOH TAMMIT ALALAH SULTAN van het KONINGRIJK BANDJERMASSING. GED. 11 AUGUSTUS 1806.


Perjanjian yang tertulis dengan huruf Arab-Melayu dan berbahasa Melayu berbunyi:[1]

Pasal jang pertama.

Perkara jang kedua.

Perkara jang ketiga.

Pasal jang keempat.

Pasal jang kelima.

Pasal jang keenam.

Pasal jang ketudjuh.

Pasal jang kedelapan.

Pasal jang kesembilan.

(dibawah ini terdapat 7 buah tjap lak merah dan dibawah tiap2 tjap tertulis:)

Tjap. De Compagnie als Souveraine Heer van het Koningrijk Banjermassing.

Tjap. ttd. Wm. Bloemzn.

Tjap. het cachet van den rijksbestierder den Pangerang Peraboe Anum.

Tjap. het cachet van den Pangerang Ibrahim.

Tjap. het cachet van den Pangerang Ishak.

Tjap. het cachet van den Pangerang Masohot.

Tjap. het cachet van den Pangerang Mahmout.


Tjap lak merah. Ter ordonantie van Hunne Hoog Edelheedens den Gouverneur Generaal en de Raden van Indien. ttd. H. Veeckens. Sec

ACTE VAN HOMAGE Augustus 1806

Pada bagian yang tertulis dengan huruf Latin dalam bahasa Belanda bertajuk:[1]

ACTE VAN HOMAGE AAN ZIJN HOOG EDELHEID DEN HOOG EDLEN GESTRENGEN HEERE ALBERTUS HENRICUS WIESE Gouverneur Generaal van BATAAFSCH INDIA afgelegd door SOLIMAN ALMOH TAMMIT ALALAH SULTHAN van het koningrijk BANJERMASSING.


Akta ini tertulis dalam huruf Arab-Melayu dalam bahasa Melayu dan huruf Latin dalam bahasa Belanda. Akta yang tertulis dengan huruf Arab-Melayu dan berbahasa Melayu berbunyi:[1]

(dibawah ini terdapat 6 buah tjap lak merah dan diatas tjap terbatja:)

Sultan Soleman Almo’tamid Aliallah (het cachet van Sultan Soliman)

Pangeran Prabu Anum (het cachet van den Rijksbestierder den Pangerang Prabu Anum)

Pangeran Ibrahim (het cachet van den Pangerang Ibrahim)

Pangerang Isjhaq (het cachet van den Pangerang Ishaq)

Pangeran Mas’ud (het cachet van den Pangerang Masohot)

Pangeran Mahmud (het cachet van den Pangerang Mahmouth).

Tahun 1809 Belanda menarik diri dari Banjarmasin

 
Herman Willem Daendels, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 18081811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Prancis.


Tahun 1809, Daendels menarik diri dari Banjarmasin.[32]

Sultan Sulaiman menjalin hubungan dengan negara lain, seperti dengan Kesultanan Buton, melalui suratnya tahun 1811, Sultan Buton memohon dukungan moral untuk mendapatkan rekomendasi dalam perdagangan.[33]

Inggris

Pada perkembangan selanjutnya, Belanda kalah menghadapi Inggris dan pada tahun 1811 Belanda menyerahkan Batavia kepada East India Company (EIC), perusahaan perdagangan Inggris.

East India Company (EIC) mengadakan perjanjian persahabatan dengan kesultanan Banjar. Dalam perjanjian itu EIC-Inggris tidak menyinggung masalah kedaulatan pemerintahan Sultan Sulaiman tetapi lebih banyak masalah perdagangan. EIC Inggris menduduki beberapa daerah yang sebelumnya diduduki Belanda seperti pulau Tatas (Banjarmasin), Kuin, Paser, Pulau Laut, Pagatan, dan Bakumpai. Selanjutnya EIC-Inggris mempertahankan dan melindungi hak-hak Sultan dan kekuasaan Sultan begitu pula hak milik Sultan terhadap serangan orang Eropa lainnya dan terhadap musuh bangsa Asia. Perjanjian ditanda tangani oleh Sultan dan para bangsawan kerajaan lainnya yaitu: Pangeran Panambahan Adam (Putra Mahkota), Pangeran Aria Mangku Negara (anak Sunan Nata Alam), Pangeran Kasuma Wijaya (anak Sultan Sulaiman) dan Pangeran Ahmad (anak Sultan Sulaiman), sedangkan dari pihak EIC-Inggris diwakili oleh Commissioner D. Wahl.[30]

Perjanjian antara Belanda dan Inggris memutuskan bahwa Belanda diperbolehkan kembali menduduki bekas wilayah kekuasaannya kemudian EIC-Inggris melepaskan kembali Batavia pada tahun 1816. Setelah ditinggalkan EIC-Inggris pada tahun 1816 dan Belanda kembali datang ke Kesultanan Banjar kemudian membuat perjanjian dengan Sultan Sulaiman pada tahun 1817 dan tahun 1823.[30]

Kontrak Perjanjian Karang Intan

 
'Willem I Frederik (Willem Frederik Prins van Oranje-Nassau) , Raja Belanda pertama yang berkuasa 1815–1840 dan Adipati Agung Luksemburg pertama.

Sultan Sulaiman Al-Mu'tamid 'Alâ Allâh membuat kontrak perjanjian pada tanggal 1 Januari 1817 (12 Safar 1232 Hijriyah) yang merupakan Kontrak Persetujuan Karang Intan I antara Sultan Sulaiman dengan Hindia Belanda diwakili Residen Aernout van Boekholzt. Kemudian sekali lagi pada tanggal 13 September 1823 (7 Muharam 1239 Hijriyah) penandatanganan Kontrak Persetujuan Karang Intan II antara Sultan Sulaiman dengan Hindia Belanda diwakili Residen Mr. Tobias.[30]

Isi Perjanjian-perjanjian itu menyatakan:[30]

  1. Kesultanan Banjar yang mempunyai wilayah pengaruh yang cukup luas meliputi negeri Berau, Kutai, Paser, Pagatan, pulau Laut, Tabanio, Bakumpai, pulau Tatas, Dayak Besar, Dayak Kecil, Mendawai, Sampit, Kotawaringin, Jelai, Sintang dan Lawai. Dalam perjanjian itu (pasal 5) disebutkan bahwa daerah-daerah itu berada dalam wilayah pendudukan Hindia Belanda.
  2. Orang bukan bangsa Banjar adalah orang asing, seperti: Bugis, Makassar, Bali, Mandar, Jawa, begitu pula Cina, Eropa, Arab dan Koja. Semua orang asing diperlakukan hukum Eropa oleh Belanda kalau mereka membuat tindak pidana (pasal 15).
  3. Belanda meminta Sultan agar berusaha menggalakkan tanaman kopi dan lada (pasal 29).


Kontrak Perjanjian Karang Intan I tanggal 1 Januari 1817 (12 Sjafar 1232 H) Besluit 29 April 1818, No. 4

CONTRACT MET DE SULTAN BANDJERMASIN,
d.d. 1 Januari 1817
Bt. 29 April 1818, No. 4

Kekerabatan Sultan Sulaiman Saidullah II dengan Sultan Sumbawa

Kekerabatan Sultan Sulaiman Saidullah II dengan Sultan Sumbawa

Sultan Sulaiman Saidullah II telah menerima sebuah tombak pusaka bernama Kaliblah dari Sultan Sumbawa XIII Sultan Muhammad Kaharudddin II.

KESULTANAN BANJAR
Sultan Tahmidillah 1
↓ (berputra)
Sultan Tamjidillah 1
↓ (berputra)
SULTAN SUMBAWA
↓ (berputra)
↓ (berputra)
↓ (berputra)
  • ♂ Raja Muda: Daeng Mas Kuncir[37]
↓ (berputra)
↓ (berputra)
↓ (berputra)
SULTAN BANJAR
  • Sultan Tahmidillah II/Sulaiman Saidullah I bin Sultan Tamjidillah 1
↓ (berputra)
  • Sultan Sulaiman Saidullah II
↓ (berputra)
  • Sultan Adam
↓ (berputra)
  • Pangeran Sultan Muda Abdurrahman
↓ (berputra)
↓ (berputra)
  1. Putri Bintang (anak Ratu Mas Bandara)
  2. Putri Bulan (anak Siti Aer Mas)
  3. Ratu Kusuma Indra (anak Siti Aer Mas)
  4. Pangeran Abdul Rahman (anak Ratu Mas Ratna Kediri)
  5. Ratu Saleha (anak Nyai Rahamah)
  6. Gusti Sari Banun (anak Nyai Rahamah)
  7. Pangeran Sasra Kasuma (anak Nyai Noerain)
  8. Gusti Muhammad Saleh (anak Nyai Arpiah)
  9. Pr. Amarullah (anak Nyai Etjech, Cianjur)
  10. Pr. Alibasah (anak Nyai Etjech, Cianjur)
  11. dan lain-lain

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i Hindia-Belanda (1965). Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia-Belanda 1635-1860 (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat. hlm. 158. 
  2. ^ "Institut français d'archéologie orientale du Caire". Ḥawlīyāt Islāmīyah (dalam bahasa Prancis). 4. Institut français d'archéologie orientale. 2007. hlm. 50. 
  3. ^ Annabel Teh Gallop (2002). "Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia" (dalam bahasa Inggris). 3. University of London: 448. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r (Indonesia)Saleh, Mohamad Idwar (1986). Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah. 
  5. ^ Daftar Sultan Banjar dalam Indonesian Traditional States II
  6. ^ http://kanakanbanjar.blogspot.com/2016/03/silsilah-raja-sultan-banjar.html
  7. ^ a b http://kasultananbanjar.blogspot.com/2012/09/silsilah-sultan-hidayatullah-al.html
  8. ^ a b http://silsilahkayutangi.blogspot.com/p/silsilah-kiai-adipati-singasari-raja.html
  9. ^ (Belanda) van Rees, Willem Adriaan (1865). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863. 2. D. A. Thieme. hlm. 278. 
  10. ^ a b c d e (Belanda) Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia), Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia) (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap. 9. Lange. hlm. 124. 
  11. ^ (Belanda) (1855)Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde. 3. hlm. 569. 
  12. ^ Ratu Serip (Ratu Syarif) gelar putri Sultan Banjar yang menikah dengan bangsawan Arab (Syarif/Habib)
  13. ^ Napaktilas Pejuang Dibalik Perkembangan Islam dan Nama Besar Kerajaan Banjar (13)
  14. ^ M. Idwar Saleh, Sri Sutjiatiningsih (1-1-1993). Pangeran Antasari. Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 77. 
  15. ^ Radermacher, Jacob Cornelis Matthieu (1826). Beschryving van het eiland Borneo, voor zoo verre het zelve, tot nu toe, bekend is (dalam bahasa Belanda) (edisi ke-3). Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. hlm. 46. 
  16. ^ The Java Annual Directory and Almanac for (dalam bahasa Belanda). AHHubbard. 1816. 
  17. ^ Pluvier, Jan M. (1967). A Handbook and Chart of South-East Asian History (dalam bahasa Inggris). hlm. 33. 
  18. ^ "Regnal Chronologies Southeast Asia: the Islands". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-11. Diakses tanggal 2008-09-05. 
  19. ^ Annabel Teh Gallop (2002). "Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia" (dalam bahasa Inggris). 3. University of London: 461. 
  20. ^ Veth, Pieter Johannes (1854). Borneo's Wester-Afdeeling, geographisch, statistisch, historisch, voorafgegaan door eene algemeene schets des ganschen eilands, (dalam bahasa Belanda). Joh. Noman. 
  21. ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 23. Ter Lands-drukkerij. 1861. hlm. 70. 
  22. ^ a b Willem Adriaan Rees (1867). De bandjermasinsche krijg van 1859-1863: nader toegelicht (dalam bahasa Belanda). Dutch East Indies: D.A. Thieme. hlm. 22. 
  23. ^ Padoeka Pangeran Mangkoe Boemi, yang memegang parintah dalam negrie BANDJARMASING (Belanda) Philippus Pieter Roorda van Eysinga, Handboek der land- en volkenkunde, geschiedtaal-, aardrijks- en staatkunde von Nederlandsch Indie. 3 boeken [in 5 pt.], 1841
  24. ^ H. G. J. L. Meyners (1886). Bijdragen tot de kennis der geschiedenis van het ... (dalam bahasa Belanda). Batavia. hlm. 266. 
  25. ^ (Belanda) Willem Adriaan Rees, De bandjermasinsche krijg van 1859-1863, Volume 2, D. A. Thieme, 1865
  26. ^ a b c d e f Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap (dalam bahasa Belanda). 9. Batavia: Lange. hlm. 126. 
  27. ^ (Belanda) Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Volume 3, 1855
  28. ^ http://kalsel.prokal.co/read/news/3285-wah-ada-keturunan-sultan-banjar-di-papua.html
  29. ^ http://kesultananbanjar.com/id/keturunan-sultan-tamjidilillah-i-sampai-ke-papua/
  30. ^ a b c d e Gazali Usman, Ahmad (1994). Kerajaan Banjar:Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam. Banjarmasin: Lambung Mangkurat Press. 
  31. ^ "Arsip Nasional Republik Indonesia". Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dan diplomasi; Penerbitan naskah sumber. Arsip Nasional RI. 2003. 
  32. ^ Haro Frederik van Panhuys, ed. (20 Oktober 1978). "T.M.C. Asser Instituut". International law in the Netherlands (dalam bahasa Inggris). 1. BRILL. hlm. 155. ISBN 9028601082.  ISBN 978-90-286-0108-6
  33. ^ (Indonesia) Abdul Mulku Zahari, Achadiati Ikram, Katalog naskah Buton koleksi Abdul Mulku Zahari, Yayasan Obor Indonesia, 2001 ISBN 979-461-391-6, 9789794613917
  34. ^ Surat Beriluminasi Raja Nusantara; Mu'jizah, Iluminasi dalam Surat Melayu Abad ke-18 dan ke-19, forthcoming
  35. ^ (Belanda) "Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde". 14. Perpustakaan Negeri Bavarian. 1864: 503. 
  36. ^ (Belanda) Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 44. Lands Drukkery. 1871. hlm. 222. 
  37. ^ https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=http://kesultananbanjar.com/id/wp-content/uploads/2014/11/SILSILAH-SULTAN-SUMBAWA.pdf&hl=en
  38. ^ http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states2.html#Sumbawa

Pustaka

  • Rees, Van W.A, 1865. De Bandjermasinsche Krijg 1859-1863. Arnhem: D.A. Thieme.
  • Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan Dengan Rakjat, 1965. Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia- Belanda 16351860.

Pranala luar


Didahului oleh:
Muhammad Aliuddin Aminullah
Sultan Muda/Pangeran Ratu
1767-1801
Diteruskan oleh:
Adam
Didahului oleh:
Tahmidullah II
Sultan Banjar
1801-1825
Diteruskan oleh:
Adam

Lihat pula