Suku Aceh
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Suku Aceh adalah nama sebuah suku yang mendiami ujung utara pulau Sumatra. Mereka beragama Islam. Bahasa yang dipertuturkan oleh mereka adalah bahasa Aceh yang masih berkerabat dengan bahasa Mon Khmer (wilayah Champa)
Berkas:Hasan Tiro.jpg | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Nanggroe Aceh Darusalam: 4.201.321. Aceh: 4,2 jiwa. | |
Bahasa | |
Bahasa Aceh. | |
Agama | |
Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
Suku Melayu & Gayo. |
Riwayat Nama Aceh
Tentang nama aceh, sebuah dongengan yang sudah banyak diketahui oleh umum menceritakan sebagai berikut:
Sekali peristiwa ada seorang puteri Hindustan hilang dicari-cari oleh saudaranya hingga sampai ke pulau Sumatera. Sesampainya di Aceh tiba-tiba si saudara menjumpai puteri itu. Kepada penduduk lalu dijelaskannya bahwa puteri tersebut adalah “aci”-nya yaitu adiknya.
Karena puteri itu berkelakuan baik dan terhormat, penduduk meyakininya keturunan bangsawan juga. Atas mufakat penduduk, puteri ini diangkat menjadi ratu (raja) mereka. Untuk menamai negeri yang baru dibangun ini disebut sajalah “Aci”, diambil dari perkataan yang mula-mula terdengar diucapkan oleh saudaranya. Demikian selanjutnya sebutan “Aci” itu lama kelamaan berubah menjadi “Aceh”.
Lain kisah, menurut Valentijn (1688), Aceh asalnya dari “Acai”, juga istilah Hindustani, yang artinya cantik. Menurut dongeng itu istilah ini acap kali diucapkan oleh pengunjung-pengunjung India dari Hindustani. Ketika mereka tiba di Aceh, mereka menyaksikan indahnya pemandangan dari kapal. Dengan kekaguman mereka terhamburlah ucapan “Acai”, “Acai”. Karenanya mereka menyebut negeri itu Acai, tanah Acai dan akirnya menjadi tanah Aceh, artinya tanah indah.
Lain lagi ada pula yang menyebut bahwa Aceh asalnya “Acas”, disebut menurut lidah Minangkabau.
Veltman ketika membicarakan asal nama Aceh dari “Aci” (adik) mencari kemungkinan dari petunjuk sejarah. Ma‘ruf Syah (raja Pidie) setelah mengalahkan Lamuri (Daru’l-Kamal) mengizinkan kakaknya menjadi raja atas namanya, tapi hanya dalam nama saja. Menurut katanya moyang Ma‘ruf Syah berasal dari India. Berhubung karena kepada perempuan tidak bisa diserahi tampil menjalankan pemerintahan, itulah sebabnya si kakak hanya memerintah dalam nama saja, sedangkan yang menjalankan sehari-hari adalah putera kakaknya itu sendiri, Syamsu Syah. Dari sini timbul sebutan “Aci”. Syamsu syah adalah anak Munawar Syah.
Tapi sebagai ternyata dari cerita di atas, mengenai soal nama itu adalah hanya cerita-cerita. Kepastiannya tidak ada. Begitupun tentu tidak janggal untuk membenarkan terjadinya nama “Aci” seperti yang diceritakan di atas, yakni “adik”, atau tidak pula janggal jika hendak disebut bahwa asal nama “Aci” adalah indah, mengingat indahnya pantai Aceh bila ditatap dari laut. Banyak nama-nama negeri, desa, pulau dan lain-lain di negeri kita terjadi karena suatu peristiwa kebetulan. Hanya sedikit nama-nama yang secara bersungguh dipikirkan dan dicari.[1]
Tokoh-tokoh dari Suku Aceh
- Sheikh Hamzah al-Fansuri
- Sheikh Nuruddin ar-Raniry
- Sheikh Abdurrauf atau lebih terkenal dengan nama Syiah Kuala
- Tun Sri Lanang
- Ismail al-Asyi
- Mr Teuku Mohammad Hasan
- Mohamad Kasim Arifin
- Teungku Hasan Muhammad di Tiro
- P.Ramlee atau Teuku Zakaria Teuku Nyak Puteh
- Tan Sri Sanusi Juned
- YB Dato Seri Paduka Haji Badruddin Amiruldin
- Teuku Umar
- Cut Nyak Dhien
- Cut Nyak Meutia
- Panglima Polim
- DR.Muhammad Hasan (Hasan Di Tiroe)
- Sultan Iskandar Muda
- Teuku Nyak Arief
- Tengku Muhammad Daud Beureu'eh
Referensi
- ^ Muhammad Said. 1961. Atjeh Sepandjang Abad. Medan: Diterbitkan oleh penerbit sendiri.