Test

[1][2][3]

Perekonomian

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan

 
Panen perdana hasil cetak sawah tahun 2012 di Merauke

Papua Selatan memiliki potensi pertanian yang melimpah karena geografinya berupa dataran rendah yang sangat luas dan subur. Sejak zaman Belanda, orang Jawa didatangkan untuk mencetak sawah padi di Merauke yang kemudian dilanjutkan oleh program transmigrasi setelah kemerdekaan. Pangan lokal seperti sagu dan umbi-umbian mulai berganti dengan beras dan makanan instan.[4] Tahun 2010, pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) untuk menjadikan Kabupaten Merauke sebagai salah satu lumbung pangan Indonesia. Tanaman dalam program ini antara lain padi, jagung, dan kelapa sawit. Proyek ini mengalami kegagalan karena konflik antara pemerintah dan perusahaan dengan masyarakat adat dan LSM mengenai adanya kerusakan lingkungan dan pelanggaran HAM terhadap suku asli sehingga tidak ada lahan baru yang dibuka.[1][2][3] Program cetak sawah kembali dimulai pada masa kepemimpinan Joko Widodo namun kembali menuai kegagalan karena berbagai faktor seperti kondisi tanah berupa rawa yang asam dan sering banjir, kurangnya tenaga kerja, dan minimnya infrastruktur pendukung. Sekarang pemerintah Merauke lebih fokus untuk memaksimalkan produksi sawah yang sudah ada.[5]

Papua Selatan memiliki perkebunan kelapa sawit di Merauke dan Boven Digoel yang dikelola perusahaan besar. Salah satunya adalah PT Tunas Sawa Erma (TSE) yang merupakan anak perusahan Korindo asal Korea Selatan. Selain kelapa sawit, Korindo juga bergerak di industri kayu. TSE Group beroperasi di Merauke dan Boven Digoel dan terdiri dari beberapa anak perusahaan seperti PT Tunas Sawa Erma (TSE), PT Dongin Prabawa (DP), PT Berkat Cipta Abadi (BCA) dan PT Papua Agro Lestari (PAL).[6][7] Persebaran kebun kelapa sawit Papua Selatan antara lain di distrik Ngguti, Ulilin, dan Muting di Kabupaten Merauke serta distrik Jair di Kabupaten Boven Digoel.[8]

Ref

  1. ^ a b "SWASEMBADA PANGAN DI MERAUKE" (PDF). mediaBPP : Jendela Informasi Kelitbangan. Kementerian Dalam Negeri. 15 (1): 25. 2016. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-07-01. Diakses tanggal 2022-07-30. 
  2. ^ a b Santosa, Edi (2014). "Percepatan Pengembangan Food Estate untuk Meningkatkan Ketahanan dan Kemandirian Pangan Nasional". Jurnal Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan. IPB University. 1 (2). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-09. Diakses tanggal 2022-07-30. 
  3. ^ a b Sapariah, Saturi; Paino, Christopel; Batbual, Agapitus (2017-08-10). "Cerita Warga Minta Plasma Kala Korindo Moratorium Buka Lahan Sawit di Papua". mongabay.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-09. Diakses tanggal 2022-07-30. 
  4. ^ Arif, Ahmad; Saiful Rijal, Yunus (2022-12-14). "Gastrokolonialisme di Merauke, Dari Transmigrasi Hingga Korporasi". kompas.id. KOMPAS. 
  5. ^ Arif, Ahmad; Saiful Rijal, Yunus (2022-12-14). "Kegagalan Berulang Lumbung Pangan". kompas.id. KOMPAS. 
  6. ^ "TSE Group". 
  7. ^ Sucahyo, Nurhadi (2020-07-14). "Hilang Hutan Adat Karena Ekspansi Sawit di Papua". VOA Indonesia. 
  8. ^ Franky, Y. L.; Morgan, Selwyn (2015). Atlas Sawit Papua : Dibawah Kendali Penguasa Modal (PDF). Jakarta: PUSAKA. ISBN 978-602-98793-1-4 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan).