Tambong, Kabat, Banyuwangi

desa di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur


Tambong adalah sebuah nama desa di wilayah Kabat, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Tambong

Kantor Desa Tambong (September 2013)
Peta lokasi Desa Tambong
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenBanyuwangi
KecamatanKabat
Kode pos
68461
Kode Kemendagri35.10.14.2014 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Pembagian Wilayah

Desa Tambong terdiri dari 3 dusun

  • Dusun Krajan
  • Dusun Kejoyo, dan
  • Dusun Kebunsari

Akses

 
Citra satelit Desa Tambong

Desa Tambong dapat diakses melalui simpang tiga di samping Masjid Dusun Mantren, Desa Kabat atau dari simpang tiga di selatan jembatan Kali Tambong, Pakistaji (berada di ruas Jalan Nasional Rute 3 Banyuwangi-Jember) melewati Desa Macanputih. Selain itu desa ini juga bisa diakses melalui Desa Jelun, dari simpang tiga tugu tani Jelun belok kiri arah Desa Gumuk dan kemudian tiba di Desa Tambong.

Bentang Alam dan Budaya

Wilayah Desa Tambong didominasi oleh lahan pertanian seperti sawah padi dan kebun buah seperti pepaya, salak, kelapa dan pisang. Perumahan warga banyak berjejer di sepanjang jalan desa. Di tengah-tengah pemukiman warga ini terdapat sebuah masjid besar bernama Masjid Asasut Taqwa yang pada tahun 2013 mengalami renovasi dan pembangunan kubah. Jalan desa pada tahun yang sama juga dalam keadaan rusak parah, bergelombang, berbatu cadas dan berlumpur saat hujan. Kerusakan ini terjadi terutama menjelang perbatasan dengan Desa Gumuk. Kerusakan ini terjadi akibat dilewati oleh truk-truk besar yang membawa material bebatuan untuk diolah di sebuah industri pengolahan batu yang ada di wilayah desa ini serta penyebab yang lainnya.

Sejarah

Tambong, sebuah desa di Kecamatan Kabat adalah satu dari beberapa nama Desa Tua di Kabupaten Banyuwangi. Setidaknya Babad Bayu menyebutkannya sebagai salah satu desa yang Bekel-nya ikut terlibat bersama Mas Rempeg dalam usaha mengusir penjajahan VOC-Belanda tahun 1771-1772 dalam Perang Bayu I yang heroik itu.

Dalam Kamus Bahasa Using Hasan Ali, Tambong adalah salah satu jenis Bambu, yakni Bambu Tambong. Mungkin dahulu, saat pertama kali pemuka desa yang babat alas di Tambong menemukan banyak bambu jenis tersebut di tempat ini.

Siapakah pembabat desa Tambong? Mungkin kita bisa mendapat petunjuk dari cerita rakyat setempat tentang tokoh bernama Ki Anggajaya, orang yang diduga telah babat alas desa Tambong (Krajan) dan Dusun Kebonsari.

Babad Tawangalun menuturkan bahwa Tawangalun yang waktu itu menjadi Pangeran Kedhawung kemudian mengalah kepada adiknya dan pindah ke Hutan Bayu. Setelah itu beliau bertapa di pangabekten. Setelah itu beliau bertemu dengan Macanputih yang mengantarkannya sampai di hutan Sudimara. Selanjutnya bersama penduduk Bayu beliau membangun kota baru di tempat tersebut selama lima tahun sepuluh bulan (antara tahun 1655-1661).

Ibukota Balambangan kemudian dipindahkan ke Sudimara yang kelak dikenal sebagai Kutha Macanputih. Penduduk dari Kuthadawung (di Paleran Umbulsari Jember), kemudian menyusul pindah ke Macanputih. Semakin lama semakin banyak penduduk yang ikut pindah hingga mencapai lebih dari 2.000 jiwa.

Kutharaja Macanputih dibangun dalam waktu lima tahun, dan lima tahun berikutnya desa-desa penyangga seperti Tambong, Sratian (Sraten), Alihan (Aliyan), dan seterusnya. Juga muncul kedhawung-kedhawung baru seperti; Kedhawung Sraten, Kedhawung Aliyan, Kedhawung Pondoknongko, dan Kedhawung lainnya antara tahun 1660-1665.

Pengembangan Kutharaja ke arah utara dilakukan oleh tokoh bernama Ki Anggajaya, kemungkinan besar dia adalah salah satu pejabat di era tersebut yang mendapat tanah di sebelah utara sebuah sungai. Wilayah yang banyak ditumbuhi Bambu Tambong itu kemudian dikenal dengan Padukuhan Tambong.

Di Tambong juga terdapat jejak sejarah bernama Taman Meru. Namanya mengingatkan kita pada nama tempat di-aben-nya ([ngaben]) jenazah Prabu Tawangalun pada tahun 1691.

Kembali pada tokoh Ki Reksa. Karena masyarakat kita kental dengan nuansa feodalism, maka jelas sekali bahwa Ki Reksa adalah penerus Ki Anggajaya entah sebagai cucu atau buyutnya. Kalau bukan, mustahil beliau dapat menjadi bekel di desa Tambong yang dibuka oleh Ki Anggajaya.

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa penduduk Tambong terlibat penuh dalam Perang Bayu mempertahankan kemerdekaan Balambangan dari serbuan tentara penjajah kompeni Belanda.

Ditulis oleh Aji Ramawidi 22 Pebruari 2019

Galeri

Pranala luar