Krakatau Steel

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 5 Juni 2023 07.08 oleh Ardfeb (bicara | kontrib) (→‎1971 - 2009: penambahan referensi)

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang produksi baja. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini juga memiliki kantor perwakilan di Jakarta dan Surabaya.[2][3]

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Badan usaha milik negara
Kode emitenIDX: KRAS
IndustriBaja
Didirikan31 Agustus 1970; 53 tahun lalu (1970-08-31)
Kantor pusatCilegon, Indonesia
Wilayah operasi
Indonesia
Tokoh kunci
Purwono Widodo[1]
(Direktur Utama)
Suhanto[1]
(Komisaris Utama)
Produk
Jasa
PendapatanKenaikan US$ 2,156 milyar (2021)[2]
Kenaikan US$ 73,212 juta (2021)[2]
Total asetKenaikan US$ 3,774 milyar (2021)[2]
Total ekuitasKenaikan US$ 522,099 juta (2021)[2]
PemilikPemerintah Indonesia (80%)
Karyawan
Penurunan 2.730 (2021)[2]
Anak usahaPT Krakatau Baja Konstruksi
PT Krakatau Sarana Infrastruktur
PT Krakatau Information Technology
PT Krakatau Engineering
PT Meratus Jaya Iron & Steel
Situs webwww.krakatausteel.com

Sejarah

1861 - 1945

Pada tahun 1861, pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah tanur di Lampung untuk mengolah hasil tambang bijih besi dengan bahan bakar batu bara. Meski berukuran kecil, tanur tersebut dapat menghasilkan baja kasar yang dapat digunakan untuk memproduksi suku cadang pabrik gula, pabrik karet, dan peralatan pertanian. Namun, tanur  tersebut kemudian terpaksa ditutup, karena pengelolaannya tidak profesional. Pada masa pendudukan Jepang, sebuah tanur pernah dibangun di Kalimantan Selatan dengan bahan bakar batu bara. Namun, gejolak perang dan revolusi fisik mengakibatkan tanur tersebut tidak beroperasi.

1945 - 1970

Pada tahun 1956, Menteri Perindustrian dan Pertambangan, Chaerul Saleh bersama Djuanda dari Biro Perancang Negara (kini Bappenas) mulai menyusun cetak biru industri baja nasional, karena Indonesia yang sedang giat melakukan pembangunan sangat membutuhkan industri pengolahan bijih besi. Biro Perancang Negara lalu menggandeng konsultan asing untuk merintis industri baja dengan nama Proyek Besi Baja Trikora

Setelah studi kelayakan selesai disusun, Cilegon dipilih sebagai lokasi Proyek Besi Baja Trikora karena memiliki sejumlah kelebihan, antara lain tersedianya lahan luas yang bukan merupakan lahan pertanian, tersedianya sumber air yang melimpah, dan dekat dengan pelabuhan, sehingga memudahkan pengangkutan besi tua melalui Pelabuhan Merak. Penandatanganan kerja sama pembangunan Proyek Besi Baja Trikora dengan Tjazpromexport asal Uni Soviet pada tanggal 7 Juni 1960 kemudian berlanjut dengan peletakan batu pertama pada tanggal 20 Mei 1962. Namun, pembangunan Proyek Besi Baja Trikora lalu terhenti akibat gonjang-ganjing politik G30S/PKI.

1970 - 2009

Setelah terhenti selama lima tahun, Proyek Besi Baja Trikora dilanjutkan dengan didirikannya perusahaan ini pada tanggal 23 Oktober 1971 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 35 tahun 1970 yang diteken pada tanggal 31 Agustus 1970.[4] Pada tahun 1973, perusahaan ini mulai memproduksi pipa spiral dengan spesifikasi ASTM A252 dan AWWA C200. Pada tahun 1975, perusahaan ini memulai pembangunan tahap I dengan rencana kapasitas produksi sebesar 500 ribu ton per tahun. Pada tahun 1977, perusahaan ini meresmikan pabrik reinforcing bar, pabrik section steel, dan Pelabuhan Cigading. Pada tahun 1979, perusahaan ini meresmikan pabrik besi spons yang memanfaatkan teknologi reduksi langsung dari Hylsa, pabrik billet steel (electric arc furnace), pabrik batang kawat, PLTU berkapasitas 400 MW, dan instalasi pengolahan air berkapasitas 2.000 liter per detik. Perusahaan ini juga mendirikan PT KHI Pipe Industries untuk memproduksi pipa baja.

Pada tahun 1980, perusahaan ini memulai proyek ekspansi dan modernisasi untuk meningkatkan kapasitas produksi baja kasar dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta ton per tahun. Pada tahun 1983, perusahaan ini mulai mengoperasikan pabrik baja slab, pabrik baja lembaran panas (Hot Rolled Coil) dan pabrik besi spons. Pada tahun 1991, PT Cold Rolling Mill Indonesia Utama dan PT Krakatau Baja Permata digabung ke dalam perusahaan ini. Pada tahun 1992, pabrik reinforcing bar, section steel, dan batang kawat dari perusahaan ini dijadikan modal untuk mendirikan PT Krakatau Wajatama.

Pada tahun 1993, perusahaan ini meresmikan modernisasi dan peningkatan produksi hot strip mill (HSM) dari 1,2 juta ton menjadi 2 juta ton per tahun, serta peningkatan kapasitas pelabuhan bijih besi dari 3 juta ton menjadi 6 juta ton per tahun. Pada tahun 1995, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan pabrik Direct Reduction Hylsa III, pabrik Slab Steel II, Sizing Press HSM, Pusat Crossconnecting Listrik III, instalasi kompensasi untuk PLTU, dan Production Control System II PPC. Pada tahun 1996, perusahaan ini mendirikan PT Krakatau Daya Listrik, PT Krakatau Tirta Industri, PT Krakatau Bandar Samudera, dan PT Krakatau Medika masing-masing untuk mengelola PLTU, instalasi pengolahan air, pelabuhan, dan rumah sakit.

2010 - 2014

Pada bulan Oktober 2010, PT Krakatau Posco meletakkan batu pertama pembangunan tahap I dari pabriknya dengan kapasitas 3 juta ton per tahun. PT Krakatau Posco merupakan joint venture antara perusahaan ini dan POSCO. Pada bulan November 2010, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2011, perusahaan ini menyelesaikan revitalisasi terhadap pabrik HSM, sehingga kapasitas produksi HSM meningkat dari 2 juta ton menjadi 2,4 juta ton per tahun. Pada tahun 2012, perusahaan ini memperluas Waduk Krenceng, sehingga kapasitas tampungnya meningkat dari 3 juta meter kubik menjadi 5 juta meter kubik. Pada tahun 2012 juga, PT Meratus Jaya Iron & Steel mulai mengoperasikan pabrik besi di Batulicin. PT Meratus Jaya Iron & Steel merupakan joint venture antara perusahaan ini dengan Aneka Tambang.

Pada tahun 2013, PT Indo Japan Steel Center mulai membangun fasilitas distribusi baja lembaran berkapasitas 120.000 ton per tahun. PT Indo Japan Steel Center merupakan joint venture antara perusahaan ini dan Nippon Steel Trading. PT Krakatau Posco Chemtech Calcination juga mulai membangun pabrik kapur bakar berkapasitas 228.000 ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan kapur bakar dan dolomit dari PT Krakatau Posco. Pada tahun 2013 juga, PT Krakatau Tirta Industri mulai mengoperasikan jaringan pipa distribusi untuk meningkatkan pasokan air bersih dari 1.200 liter per detik menjadi 1.800 liter per detik. Pada bulan Oktober 2014, PT KHI Pipe Industries mulai mengoperasikan Electric Resistance Welding (ERW) #2 untuk memproduksi pipa baja dengan kapasitas 115.000 ton per tahun, sehingga kapasitas produksi PT KHI Pipe Industries menjadi 233.000 ton per tahun.[5]

2015 - sekarang

Pada tahun 2015, perusahaan ini ikut mendirikan PT Krakatau Osaka Steel untuk memproduksi baja profil dan baja tulangan serta PT Krakatau Nippon Steel Sumikin untuk memproduksi baja galvanis dan baja diperkuat untuk otomotif. Pada tahun 2015 juga, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan Coke Oven Plant (COP) Blast Furnace. Pada tahun 2016, perusahaan ini meletakkan batu pertama pembangunan HSM #2. Pada tahun 2018, perusahaan ini mulai mengoperasikan pabrik Blast Furnace dan PT Krakatau Tirta Industri juga mulai membangun Bendung Cipasauran. Pada tahun 2019, perusahaan ini mendirikan PT Krakatau Niaga Indonesia untuk berbisnis di bidang perdagangan baja.

Pada tahun 2020, perusahaan ini meluncurkan menara kendali digital dan mengekspor produknya ke Australia. PT Krakatau Bandar Samudera juga meresmikan fasilitas gudang terintegrasi. Pada tanggal 28 Agustus 2020, perusahaan ini meluncurkan logo baru. Pada tahun 2021, pendapatan perusahaan ini meningkat 5,7 kali lipat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.[6]

Pada tahun 2021, perusahaan ini mengekspor produknya ke Malaysia dan Eropa, serta mulai mengoperasikan HSM #2. Pada tahun 2021 juga, perusahaan ini mengubah nama PT Krakatau Wajatama menjadi PT Krakatau Baja Konstruksi dan menjadikan perusahaan tersebut sebagai induk subholding bagi bisnis perusahaan ini di bidang pembuatan dan perdagangan baja. Perusahaan ini juga mengubah nama PT Krakatau Industrial Estate Cilegon menjadi PT Krakatau Sarana Infrastruktur dan menjadikan perusahaan tersebut sebagai induk subholding bagi bisnis perusahaan ini di bidang pendukung kegiatan industrial.[2][3] Pada bulan Februari 2023, PT Krakatau Sarana Infrastruktur resmi menjual 70% saham PT Krakatau Daya Listrik dan 49% saham PT Krakatau Tirta Industri ke Chandra Asri Petrochemical dengan harga Rp 3,24 triliun.[7]

Referensi

  1. ^ a b "Komisaris & Direksi". PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Diakses tanggal 2 Mei 2023. 
  2. ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan 2021" (PDF). PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Diakses tanggal 2 Mei 2023. 
  3. ^ a b "Sejarah Perusahaan". PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Diakses tanggal 2 Mei 2023. 
  4. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 35 tahun 1970" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 5 Juni 2023. 
  5. ^ Artikel:"Pabrik Baru Diresmikan, Krakatau Steel Dapat Pesanan 2.700 Pipa dari Pertamina" di detik.com
  6. ^ "Berita baja Minggu ini: Krakatau Steel Raih Untung Besar, Produksi Baja Tiongkok Menurun". Bajabajaku (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-10. 
  7. ^ Mulyana, Ridwan Nanda (27 Februari 2023). "Sah! Chandra Asri (TPIA) Akuisisi Dua Anak Usaha Krakatau Steel Rp 3,24 Triliun". Kontan. Diakses tanggal 5 Juni 2023. 

Pranala luar