Hanya Satu Nama
Hanya Satu Nama adalah album studio pertama karya Nike Ardilla yang pada saat itu masih menggunakan nama panggung Nike Astrina, namun album ini baru di rilis beberapa tahun setelah ia wafat, album ini memuat singel dengan judul yang sama, yaitu "Hanya Satu Nama". Album ini dirilis pada 19 Maret 2013.
Hanya Satu Nama | |
---|---|
Berkas:Hanya Satu Nama.png | |
Album studio karya Nike Ardilla | |
Dirilis | 19 Maret 2013 |
Direkam | 1988 |
Genre | |
Label | JK Records |
Produser |
|
Tracklist
- Hanya Satu Nama
Composed By – Omdy
- Duka Di Dadaku
Composed By – Leo Manuputty
- Hanya Satu
Composed By – Bartje Van Houten
- Biarkan Cinta Kita Menyatu
Composed By – Bartje Van Houten
- Birunya Asmara
Composed By – Mario
- Tak Ingin Membencimu
Composed By – Herry
- Kau Hadir Dalam Mimpiku
Composed By – Rani Delta
- Terpaku Dalam Khayal
Composed By – Asep Hadi
- Mana Janjimu Yang Dulu
Composed By – Hanny Tuheteru
- Satu Cinta Satu Rasa
Composed By – Erens F. Mangalo
- Suasana Ceria
Composed By – Erick
Kronologi
Apapun alasan yang melatar belakangi album tersebut batal rilis, rekaman suara Nike Ardilla saat masih berusia 12 tahun itu tersimpan di arsip JK Records hingga 25 tahun kemudian. Pada 2013, putra Judi, Leonard Kristianto menemukan album itu.
Leonard pun bukan tanpa sengaja mengobrak-abrik arsip perusahaan ayahnya untuk menemukan album itu. Ia 'terpaksa' mencarinya setelah seorang penggemar Nike di media sosial menyebut soal album itu dan meminta kepada Leonard untuk dirilis. Ia sendiri tidak mengetahui keberadaan album itu karena Judi tak pernah mengisahkannya.
Leonard kemudian meminta kepada penggemar tersebut untuk mengumpulkan dukungan atas album itu. Bila mencapai angka 1.000 dukungan, ia akan mencari master album. Tak sampai sepekan, terkumpul 1.100 dukungan dari fan. Maka, Leonard pun mulai menemukan pencarian dengan bertanya kepada ayahnya terlebih dahulu.
"Saya tanya ke Papa saya, dia bilang ada. Saya tanya di mana, dia bilang di ruang master. Ya saya cari sendiri. Sama sekali dia [Judi] tidak cerita," kata Leonard.
"Saat sudah ketemu, saya tanya [kepada fans] ini mau diapakan. Mereka minta dirilis. Wah saya mikir, ini laku atau tidak?," lanjutnya mengenang momen pada 2013 tersebut, kala album dan rekaman sudah beralih ke digital.
Setelah putar otak, Leonard memutuskan membuka pra-pesan untuk album tersebut, dengan syarat ia baru akan merilis dalam bentuk kepingan cakram padat atau CD bila dipesan minimal 1.000 unit. Nyatanya, terkumpul 1.700 pesanan CD tersebut. Maka, kembali ia pun 'terpaksa' untuk merilis album itu secara resmi.
Permintaan ternyata membeludak. Leonard terus mendapatkan permintaan dari para agen toko musik. Namun ia kukuh tak ingin mencetak ulang bila kurang dari 1.000 keping. Lagi-lagi, permintaan bertumpuk hingga 1.200 pesanan dan membuatnya mencetak ulang. Total, setidaknya sudah 2.900 keping CD album 'Hanya Satu Nama' yang sudah beredar, pada 2013.
"Kalau untuk sekarang, bisa menjual 1.000-2.000 keping itu sudah bangus banget," kata Leonard yang juga menampilkan single 'Hanya Satu Nama' di YouTube.
Kini, sejumlah fisik album tersebut masih tersisa di sebuah rak di sudut kantor JK Records, Jakarta. Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, album itu juga dijual di sejumlah laman penjualan daring dengan harga kisaran Rp50 ribu per keping.
Leonard mengakui mungkin album debut Nike Ardilla tersebut hanya akan menjadi arsip dan sejarah bila penggemar mojang Bandung itu tak 'mencolek' dirinya.
"Kalau saya tidak diminta ya saya tidak akan rilis. Saya tidak kepikiran. Saya juga tidak tahu ada album itu. Kalau pun tahu, kalau mau dirilis bagaimana caranya? Nike juga sudah meninggal," kata Leonard.