Otto Hasibuan
Prof. (H.C.) Dr. Otto Hasibuan, S.H., M.C.L., M.M. (lahir 5 Mei 1955) adalah seorang akademisi dan pengacara asal Indonesia. Ia dikenal luas setelah menjadi ketua Tim Kuasa Hukum Jessica Kumala Wongso yang didakwa melakukan pembunuhan terhadap Mirna yang dikenal dengan kasus kopi ber-sianida pada 2016 yang begitu menyita perhatian publik.[1] karena kemampuannya Otto dipercayakan untuk menangani kasus kasus besar diantaranya korupsi e-KTP yang menjerat Ketua DPR RI saat itu Setya Novanto yang mana ia menjadi ketua tim penasihat hukum pada tahun 2017[2] dan pada 2020, Otto ditunjuk menjadi ketua kuasa hukum Joko Tjandra.[3]
Otto Hasibuan | |
---|---|
Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia | |
Mulai menjabat 7 Oktober 2020 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 5 Mei 1955 Pematang Siantar, Simalungun, Sumatra Utara |
Suami/istri | Norwati Damanik (m. 1984) |
Anak | 4 |
Kerabat | Jessica Mila (menantu) |
Almamater | |
Pekerjaan | Pengacara Akademisi |
Sunting kotak info • L • B |
Biografi
Sewaktu bersekolah di sekolah dasar, secara informal ia menjadi ketua Persatuan Olah Raga Sepeda. Menginjak SMP, ia mendirikan perkumpulan sepakbola layaknya klub profesional yang harus mengatur dan menyiapkan klub saat bertanding antar klub di daerah. Saat SMA, Otto juga menjadi ketua OSIS. Tamat sekolah menengah, ia hijrah ke Pulau Jawa untuk kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Saat kuliah pun, ia aktif di organisasi kampus.[butuh rujukan]
Otto berhasil mendapatkan gelar sarjana hukum. Setelah itu, Otto mengambil studi Comparative Law di University Technology of Sydney, Australia. Tidak lama kemudian, ia menyelesaikan S3-nya dengan meraih gelar doktor di kampus UGM, Yogyakarta.[butuh rujukan]
Lulus kuliah, Otto memilih menjadi pengacara sesuai dengan kuliahnya. Tidak lama setelah resmi menjadi advokat, Otto aktif di organisasi advokat. Ia mendaftar sebagai anggota Persatuan Advokat Indonesia (Peradin). Di sinilah awal Otto mendapatkan banyak pelajaran untuk menunjang kariernya di dunia advokat. Belum lama menjadi anggota, ia diangkat jadi Komisaris hingga akhirnya menjadi Sekretaris Peradin.[butuh rujukan]
Pada tahun 1985, ketika semua organisasi advokat menjadi wadah tunggal, Peradin beserta organisasi lain dilebur menjadi Ikatan Advokasi Indonesia (Ikadin). Di Ikadin, Otto mengawali kariernya sebagai wakil sekretaris cabang Jakarta pada 1986. Pada 1990, Otto naik menjadi Ketua cabang Jakarta Barat. Saat itu usianya baru 35 tahun. Setelah itu posisinya semakin menanjak, dimulai dari Wakil Sekjen DPP Ikadin pada 1995, akhirnya menjadi Sekjen DPP Ikadin. Puncaknya, Otto di DPP Ikadin terpilih menjadi Ketua Umum DPP selama dua periode, yakni 2003–2007 dan 2007–2012.[butuh rujukan]
Karier organisasi Otto tak hanya sampai di Ikadin. Pada 2005, ketika organisasi advokat baru harus berdiri sesuai UU Advokat 2003, ia langsung menahkodai Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) untuk periode 2005–2010 dan 2010–2015. Pada Oktober 2014, Otto mendapatkan profesor kehormatan dari Universitas Jayabaya atas jasa dan dedikasinya 32 tahun menegakkan hukum dan keadilan di Indonesia.[4]
Selain aktif berorganisasi dan sebagai pengacara dengan mendirikan firm hukum Otto Hasibuan & Associates, Otto juga menjadi dosen di sejumlah perguruan tinggi.[butuh rujukan]
Referensi
- ^ https://news.detik.com/berita/d-4366677/pk-jessica-ditolak-otto-hasibuan-saya-sedih
- ^ https://nasional.kompas.com/read/2017/12/08/11470311/otto-hasibuan-mengundurkan-diri-sebagai-pengacara-setya-novanto?page=all
- ^ https://nasional.kompas.com/read/2020/08/02/18503371/otto-hasibuan-resmi-jadi-kuasa-hukum-djoko-tjandra?page=all
- ^ https://www.viva.co.id/siapa/read/641-otto-hasibuan