Hooliganisme sepak bola

fenomena kelakuan yang merusak oleh penggemar/penonton pertandingan sepak bola

Hooliganisme sepak bola merujuk pada apa yang secara luas dianggap sebagai perilaku nakal dan merusak oleh penggemar sepak bola yang terlalu fanatik. Tindakan seperti berkelahi, vandalisme dan intimidasi yang ditetapkan oleh asosiasi suporter sepak bola yang berpartisipasi dalam hooliganisme sepak bola.[1] Perilaku ini sering didasarkan pada persaingan antara tim yang berbeda dan konflik dapat terjadi sebelum atau setelah pertandingan sepak bola. Peserta sering memilih lokasi jauh dari stadion untuk menghindari penangkapan oleh polisi, tetapi konflik juga bisa meletus secara spontan di dalam stadion atau di jalan-jalan sekitarnya.

Suporter Lokomotive Leipzig sebelum pertandingan melawan Dynamo Schwerin dalam FDGB-Pokal di Jerman Timur pada 1990.

Hooliganisme sepak bola dapat berkisar dari teriakan dan perkelahian kecil, kepada kerusuhan besar di mana firma-firma saling serang dengan senjata mematikan (termasuk, namun tidak terbatas pada, botol kaca, batu, pisau, parang dan pistol).[2] Dalam beberapa kasus, perkelahian stadion telah menyebabkan penggemar melarikan diri dengan panik dan luka-luka telah disebabkan ketika pagar atau dinding runtuh dari tekanan kerumunan untuk keluar.[3] Dalam kasus yang paling ekstrem, hooligan, polisi, dan warga lain telah tewas, dan polisi anti huru-hara telah turun tangan dengan gas air mata, kendaraan lapis baja dan meriam air.[4][5][6][7][8][9][10][11][12][13][14][15][16][17][18]

Sejarah

Contoh pertama kekerasan sepak bola tidak diketahui, tetapi fenomena itu dapat ditelusuri kembali ke Inggris abad ke-14. Pada 1314, Edward II melarang sepak bola (pada waktu itu, aktivitas kekerasan melibatkan desa saingan menendang kandung kemih babi) karena ia percaya gangguan sekitar pertandingan mungkin menyebabkan kerusuhan sosial, atau bahkan pengkhianatan.[19] Menurut makalah akademis University of Liverpool, konflik pada pertandingan 1846 di Derby, Inggris, diperlukan pembacaan "akta kerusuhan" dan dua kelompok pengawas, yang berfungsi secara efektif untuk merespon kerumunan yang kacau. Makalah ini sama juga mengidentifikasi "seragan lapangan" adalah hal yang umum terjadi selama tahun 1880-an di sepak bola Inggris.[20]

Contoh tercatat pertama hooliganisme sepak bola di permainan modern diduga terjadi selama tahun 1880-an di Inggris, suatu periode ketika geng suporter akan mengintimidasi sebuah lingkungan, selain menyerang wasit, suporter lawan dan pemain. Pada tahun 1885, setelah Preston North End mengalahkan Aston Villa 5-0 dalam pertandingan persahabatan, kedua tim dilempari dengan batu, diserang dengan tongkat, dipukul, ditendang dan diludahi. Seorang pemain Preston dipukuli begitu parah sehingga ia kehilangan kesadaran dan laporan pers pada saat itu menggambarkan suporter sebagai "orang-orang kasar yang melolong-lolong".[19] Tahun berikutnya, penggemar Preston melawan penggemar Queens Park di stasiun kereta api, contoh dugaan pertama hooliganisme sepak bola di luar pertandingan. Pada tahun 1905, sejumlah fan Preston diadili karena hooliganisme, termasuk wanita 70 tahun yang "mabuk dan kacau", setelah pertandingan mereka melawan Blackburn Rovers.[19]

Meskipun kasus kekerasan sepak bola dan gangguan telah menjadi gangguan terhadap asosiasi sepak bola sepanjang sejarahnya,[21] (misalnya, stadion Millwall dilaporkan ditutup pada tahun 1920, 1934 dan 1950 setelah gangguan), fenomena hanya mulai mendapatkan perhatian media di akhir-1950 karena munculnya kembali kekerasan di sepak bola Amerika Latin. Pada musim sepak bola 1955-1956, suporter Liverpool dan Everton terlibat dalam sejumlah insiden dan pada 1960-an, rata-rata 25 insiden terkait hooliganisme dilaporkan setiap tahun di Inggris. Label "hooliganisme sepak bola" pertama mulai muncul di media Inggris pada pertengahan 1960-an,[22] yang mengarah pada peningkatan minat media, dan pelaporan gangguan. Sebagian berpendapat bahwa ini pada gilirannya menciptakan sebuah 'kepanikan moral' yang melebihi proporsi dengan skala masalah yang sebenarnya.[23]

Firm sepak bola

Sebuah firma sepak bola (juga dikenal sebagai firma hooligan) adalah geng yang dibentuk untuk tujuan khusus pertentangan dan secara fisik menyerang pendukung klub lain. Beberapa firma diwujudkan untuk mempromosikan penyebab politik pinggiran, baik politik sayap kiri maupun kanan, dan, dalam beberapa kasus, promosi cita-cita politik melalui kekerasan adalah lebih penting daripada klub sepak bola itu sendiri.

Pada 1970-an dan awal 1980-an, subkultur berpakaian "kasual" mengubah wajah hooligan sepak bola Inggris. Alih-alih memakai gaya skinhead, pakaian kelas pekerja, yang mudah diidentifikasi sebagai hooligan oleh polisi, anggota firma mulai mengenakan pakaian desainer dan pakaian "offhand'" olahraga yang mahal (pakaian yang dikenakan tanpa memperhatikan pertimbangan praktis).[24]

Daftar Hooligan

Nama Klub Nama Kelompok Hooligan
AFC Bournemouth Bournemouth Casual Element[25]
Aldershot Town A Company[26]
Arsenal The Gooners[a] dan The Herd[27][28]
Aston Villa Steamers, Aston Villa Hardcore (Villa Hardcore atau Villa Youth),[b] dan Villa's Corner Crew[29][30]
Barnsley Tarn Army, Inter-City Tykes, dan Barnsley Five-O[c]
Birmingham City The Zulus Warriors,[d] Zulu Juniors, dan Junior Business Boys[31][32]
Blackburn Rovers Blackburn Youth, Darwen Mob, H-Division, dan Mill Hill Mob[33]
Blackpool Bison Riot Squad, Seaside Mafia, Blackpool Tangerine Service, The Muckers, dan Benny's Mob[34]
Bolton Wanderers Tonge Moor Slashers, Mongy's/Mongoose Cuckoo Boys, Bolton Service Youth, Horwich Casuals, Astley Boys, dan Billy Whizz Fan Club[e]
Bradford City The Ointment[35]
Brentford Ealing Road Army dan Brentford Youth Element
Brighton and Hove Albion Headhunters
Bristol City Inter-City Robins
Burnley Suicide Squad
Cambridge United Cambridge Casuals
Cardiff City Soul Firm
Carlisle United Border City Firm
Chelsea Headhunters
Chesterfield Chesterfield Bastard Squad
Darlington Darlington Casuals, Bank Top 200, The Gaffa, Under 5s, dan The Townies
Derby Country Derby Lunatic Fringe
Doncaster Rovers Doncaster Defence Regiment
Exeter City Sly Crew
Fulham Thames Valley Travelers
Grimsby Town Cleethorpes Beach Patrol
Hereford United Inter-City Firm
Huddersfield Town Huddersfield Young Casuals
Hull City City Psychos
Leeds United Service Crew
Leicester City Baby Squad, Matthew & Marks Alliance, Braunstone Inter-City Firm, Thurnby Republican Army, dan Inter-City Harry Firm
Lincoln City Lincoln Transit Elite
Manchester City Maine Line Service Crew dan Guv'nors
Manchester United Inter City Jibbers, The Cockney Reds, M16, dan Men In Black
Middlesbrough Frontline
Millwall Bushwackers, Berseckers dan The Treatment
Newcastle United Bender Crew dan Newcastle Mainline Express
Northamptown Town Northampton Affray Army
Nottingham Forest Red Dogs dan Naughty Forty
Oldham Athletic Fine Young Casuals
Oxford United Warlords
Peterborough United Peterborough Terrace Crew
Plymouth Argyle Central Element
Portsmouth 657 Crew
Reading Berkshire Boot Boys
Rotherham United Rotherham Casuals
Sheffield United Blades Business Crew
Sheffield Wednesday Owls Crime Squad
Shrewsbury Town English Border Front
Southampton Inside Crew, The Uglies, dan Suburban Casuals
Stockport Country The Company dan Hit Squad
Sunderland Vauxies, Seaburn Casuals, Boss Lads, dan The Redskins
Swansea City Swansea Jacks dan Jacks Army
Tottenham Hotspur Yiddos dan N17s
Tranmere Rovers Tranmere Stanley Boys
West Bromwich Albion Section Five
West Ham United Inter-City Firm
Wolverhampton Wanderers Subway Army dan Bridge Boys
Wrexham Frontline
York City York Nomad Society

Penggambaran di media

Hooliganisme sepak bola telah digambarkan dalam film seperti I.D., The Firm, Cass, The Football Factory, Green Street, Rise of the Footsoldier dan Awaydays. Ada juga banyak buku tentang hooliganisme, seperti The Football Factory dan Among the Thugs. Beberapa kritikus berpendapat bahwa representasi media ini mengagungkan kekerasan dan gaya hidup hooligan.

Lihat pula

Keterangan

  1. ^ Arsenal memang didukung oleh kelompok suporter garis keras. Pada awalnya, kelompok suporter garis keras Arsenal adalah The Gooners yang namanya merupakan mutasi dari julukan kesebelasannya, yaitu The Gunners. The Gooners cukup dikenal beringas pada 1980–1990-an. Namun, seiring berjalannya waktu, nama Gooners banyak diklaim oleh sebagian besar pendukung Arsenal non-hooligan. Hal inilah yang membuat sebagian anggota The Gooners kemudian membuat kelompok suporter garis keras baru yang dinamai The Herd. Pergerakan dari The Herd jarang diketahui secara luas karena selalu menyembunyikan identitasnya. Ciri khas utama dari kawanan perusuh ini adalah seruan slogan "E-I-E". Istilah itu merupakan singkatan dari "Every Idiot Enjoy" yang sampai sekarang belum terungkap pemaknaannya. Sebagian anggota The Herd di sisi lain tidak terlalu menyukai kekerasan fisik, meskipun tergolong kelompok garis keras di Inggris. Kisah tentang Dainton Connel adalah salah satu contohnya. Hal inilah yang mungkin membuat The Herd tidak terlalu sering muncul di berita-berita kekerasan hooliganisme di London maupun Inggris (Lowles & Nicholls 2007, hlm. 30–52).
  2. ^ Menurut Brown dan Brittle, Aston Villa Hardcore dikenal juga dengan Villa Hardcore atau Villa Youth. Firma tersebut aktif sejak tahun 1993 sebagai lanjutan dari firma hooligan sebelumnya, yaitu Steamers. Penyebutan Villa Hardcore berasal dari pihak kepolisian setempat yang mengamankan suporter garis keras tersebut pada pertandingan tandang ke West Ham United (Brown & Brittle 2006, hlm. 20–28).
  3. ^ Lowles dan Nicholls mencatat bahwa rival dari hooligan Barnsley ini adalah Cardiff City, Leeds United, Middlesbrough, Sheffield United, dan Sheffield Wednesday (Lowles & Nicholls 2007, hlm. 78–98).
  4. ^ Nama Zulus diambil karena nyanyian "Zulu, Zulu" ketika Birmingham City bertandang ke Manchester City pada 1982. Anggota dari Zulus memiliki latar belakang etnis yang berbeda-beda (Gall 2007, hlm. 16–32).
  5. ^ Rincian ini diperoleh dari tulisan Mitchell berjudul Walking Down the Manny Road: Inside Bolton's Football Hooligan Gangs. Dia juga menjelaskan bahwa rival dari hooligan Bolton itu meliputi Burnley, Manchester United, dan Wigan Athletic (Mitchell 2011, hlm. 20–48).

Rujukan

  1. ^ "Another sorry outbreak of the English disease". The Independent. London. 2004-06-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 2007-07-25. 
  2. ^ "German Hooligans Make Mark in Bratislava | World Cup 2006 | Deutsche Welle | 05.09.2005". Dwworld.de. Diakses tanggal 2010-03-24. 
  3. ^ "Fence collapse hits soccer final". BBC News. 2000-12-30. Diakses tanggal 2010-03-24. 
  4. ^ Wishnu, Antonius (25 Juni 2013). "Hooligan di Indonesia, Budaya Salah Kaprah". Tempo.co. Diakses tanggal 15 Juni 2021. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Mufid, Khairul (18 Oktober 2018). "Ketika Keindahan Sepak Bola Dihancurkan Hooliganisme". Berdikari Book. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  6. ^ Bimo, Muhammad (1 Juli 2020). "Hooliganisme di Inggris yang Mendarah Daging". Ganti Gol. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-12. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  7. ^ Hasymi, Aditya (28 Januari 2021). "Sepak Bola sebagai Cerminan Watak Keras Manusia". Ganti Gol. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-12. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  8. ^ Rahmat, Arby (8 Juni 2017). "Kisah Hooligan Milwall Menantang Teroris di London". CNN Indonesia. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  9. ^ Milner, Ugie (26 September 2018). "6 Film Ini Menggambarkan Kegilaan Suporter Sepak Bola". IDN Times. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  10. ^ Aprialdi, Randy (31 Mei 2020). "Mengenal Kelompok-Kelompok Hooligan di Manchester City". Liga Laga. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  11. ^ Firdaus, Riezky Augusta (6 Oktober 2018). "Hooliganisme di Inggris dan Ketidakadilan FA untuk Luton Town". Liga Laga. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  12. ^ Aprialdi, Randy (7 April 2020). "Identiknya Red Army dengan Hooliganisme di Inggris". Liga Laga. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  13. ^ Idris, Firzie A. (29 Mei 2020). "Liverpool dan Juventus Peringati 35 Tahun Tragedi Heysel". Kompas.com. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  14. ^ Febrianto, Luthfie (15 Juni 2016). Saefullah, Defri, ed. "Hooligan Rusia, Berguru Kepada Inggris dan Anti-Alkohol". Liputan6.com. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  15. ^ Satria, Lintar (20 Maret 2017). "Dokumenter Hooligan Army yang Membuat Suporter Rusia Marah". Republika. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  16. ^ Sugianto, Toni (4 Desember 2020). "Hooliganisme dalam Rivalitas West Ham vs Manchester United". Pandit Football. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  17. ^ Aprialdi, Randy (28 September 2017). "Sport Club Feyenoord, Hooliganisme dari Feyenoord Rotterdam yang Selalu Membuat Kekacauan". Pandit Football. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  18. ^ Aprialdi, Randy (15 Maret 2017). "Millwall Bushwackers, Lawan yang Paling Tidak Diinginkan di Liga Inggris". Pandit Football. Diakses tanggal 12 Juni 2021. 
  19. ^ a b c Ingle, Sean (2006-12-13). "When did football hooliganism start?". London: The Guardian. Diakses tanggal 2007-07-25. 
  20. ^ Pearson, G. (2007). "FIG FACT-SHEET FOUR: HOOLIGANISM". University of Liverpool FIG Factsheet. Liverpool FC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-13. Diakses tanggal 9 May 2012. 
  21. ^ Dunning, E, Murphy, P and Williams, J., 'The Roots of Football Hooliganism' 1988, Taylor & Francis
  22. ^ Stott, C. and Pearson, G., 'Football Hooliganism: Policing and the War on the English Disease', 2007 London: Pennant Books
  23. ^ Hall, S, 'The Treatment of 'Football Hooligans' in the Press', in Ingham et al., (1978) Football Hooliganism: The Wider Context, London: Inter-Action Inprint
  24. ^ Staff (2 April 1989). "FASHION: On the Street; A Rainbow of Raincoats". The New York Times. Diakses tanggal 9 May 2012. 
  25. ^ Robinson, Julian (22 April 2008). "Football Thug Banned After Arrest at Airport". Daily Echo. Diakses tanggal 16 Juni 2021. 
  26. ^ Aldershot News (3 November 2005). "Publisher Denies Book Glamorises Hooligans". Aldershot News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Juli 2009. Diakses tanggal 16 Juni 2021. 
  27. ^ Aprialdi, Randy (22 Juli 2020). "Ada Jejak Hooliganisme dari The Herd Arsenal". Liga Laga. Diakses tanggal 16 Juni 2021. 
  28. ^ Jackson, Jamie (22 Agustus 2010). "The Hooligans Problem and Football Violence that Just Won't Go Away". The Guardian. Diakses tanggal 16 Juni 2021. 
  29. ^ Kendrick, Mat (9 Januari 2017). "Aston Villa Fan Danny Brown Features in a Collection of Portraits Called Great Britain's Hooligans". Birmingham Mail. Diakses tanggal 16 Juni 2021. 
  30. ^ Prasetyo, Galih (15 Agustus 2013). "7 Kelompok Hooligans Paling Berbahaya". Tempo.co. Diakses tanggal 16 Juni 2021. [pranala nonaktif permanen]
  31. ^ Aprialdi, Randy (30 Oktober 2017). "Arena Pertempuran di Derby Birmingham". Pandit Football. Diakses tanggal 16 Juni 2021. 
  32. ^ Clarke, James (15 Desember 2015). "Among the Zulus". British Broadcasting Corporation (BBC). Diakses tanggal 16 Juni 2021. 
  33. ^ Ewood Park The Cradle of English Football (tanpa tanggal). "Blackburn Has no 'Lads': From the Terraces – Crowd Trouble: Blackburn Youth 'Elders'". Ewood Park The Cradle of English Football. Diakses tanggal 16 Juni 2021. 
  34. ^ Blackpool Gazette (15 November 2007). "Derby Warning to Soccer Thugs". Blackpool Gazette. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2013. Diakses tanggal 16 Juni 2021. 
  35. ^ Macclesfield Express (29 Agustus 2001). "Police Prove They're on the Ball at Moss Rose". Macclesfield Express. Diakses tanggal 16 Juni 2021. 

Daftar pustaka

Buku

  • Arifin, Yusuf Dalipin (2017). Dongeng dari Negeri Bola. Yogyakarta: Indie Book Corner. ISBN 978-602-3092-89-5. 
  • Bannon, James (2013). Running with the Firm. London: Ebury Publishing. ISBN 978-144-8175-31-4. 
  • Blaney, Colin (2013). Hotshot: The Story of a Little Red Devil, My Life as a Football Hooligan Gang Leader. Preston: Milo Books. ISBN 978-190-8479-41-9. 
  • Blaney, Colin (2014). The Undesirables: The Inside Story of the Inter City Jibbers. London: John Blake. ISBN 978-178-4181-05-5. 
  • Brown, Danny; Brittle, Paul (2006). Villains: The Inside Story of Aston Villa's Hooligan Gangs. Preston: Milo Books. ISBN 978-190-3854-59-4. 
  • Chester, Mark (2011). Naughty: The Story of a Football Hooligan Gang. Preston: Milo Books. ISBN 978-190-3854-26-6. 
  • Foer, Franklin (2006). Memahami Dunia Lewat Sepak Bola: Kajian Tak Lazim tentang Sosial-Politik Globalisasi. Banten: Marjin Kiri. ISBN 978-979-9998-06-4. 
  • Gall, Caroline (2009). Service Crew: The Inside Story of Leeds United's Hooligan Gangs. Preston: Milo Books. ISBN 978-190-3854-84-6. 
  • Gall, Caroline (2007). Zulus: The Story of the Zulu Warriors Football Firm. Preston: Milo Books. ISBN 978-190-3854-53-2. 
  • Layton, Michael (2015). Hunting The Hooligans: How a Covert Police Team Brought Down One of Britain's Most Violent Gangs. Preston: Milo Books. ISBN 978-190-8479-83-9. 
  • Lowles, Nick; Nicholls, Andy (2007). Hooligans: The Real History of Soccer Violence Loaded from the Aberdeen Soccer Casuals to Luton's Men in Gear the A–L of Britain's Football Hooligans Gangs. Preston: Milo Books. ISBN 978-190-3854-63-1. 
  • Mitchell, Doug (2011). Walking Down the Manny Road: Inside Bolton's Football Hooligan Gangs. Glasgow: Fort Publishing Limited. ISBN 978-190-5769-24-7. 
  • Redhead, Steve (2015). Football and Accelerated Culture: This Modern Sporting Life. London: Palgrave Macmillan. ISBN 978-131-7411-55-0. 
  • Reijnders, Stijn (2016). The Ashgate Research Companion to Fan Cultures. Abingdon: Taylor and Francis. ISBN 978-131-7043-47-8. 
  • Sharratt, Ben; Blows, Kirk (2012). Claret and Blue Blood: Pumping Life Into West Ham United. London: Mainstream Publishing. ISBN 978-178-0577-64-7. 
  • Smith, Mickey (2009). For The Claret and Blue. London: John Blake. ISBN 978-184-3586-90-6. 
  • Treadwell, J.; Hopkins, M. (2014). Football Hooliganism, Fan Behaviour, and Crime: Contemporary Issues. London: Palgrave Macmillan. ISBN 978-113-7347-97-8. 
  • Wahyudi, Hari (2009). The Land of Hooligans: Kisah Para Perusuh Sepak Bola. Yogyakarta: Garasi. ISBN 978-979-2546-45-3. 

Jurnal

Bacaan lanjutan

Pranala luar