Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (disingkat TN Babul) adalah sebuah taman nasional yang ditunjuk menjadi kawasan konservasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK 398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004. TN Babul memiliki luas ± 43.750 ha yang secara admnistratif pemerintahan mencakup tiga wilayah kabupaten yang saling berbatasan, yaitu Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, dan Kabupaten Bone di Sulawesi Selatan.[1] Secara letak astronomis, TN Babul terletak antara 119°34’17”–119°55’13” Bujur Timur dan antara 4°42’49”–5°06’42” Lintang Selatan. TN Babul merupakan hasil merger lima unit kawasan konservasi yang sebelumnya sudah ada pada era 1970-1980, yaitu Taman Wisata Alam Bantimurung, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang, Cagar Alam Bantimurung, Cagar Alam Karaenta, dan Cagar Alam Bulusaraung. Selain itu terdapat kawasan hutan seluas 31.843,10 ha dengan rincian Hutan Lindung seluas 21.343,10 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 145 ha, dan Hutan Produksi Tetap seluas 10.355 ha.[2] Taman nasional ini merupakan taman nasional yang kedua setelah Taman Nasional Taka Bonerate yang ada di Sulawesi Selatan hingga saat ini. Taman nasional ini telah menjadi satu-satunya taman nasional berupa kawasan karst di Indonesia.[2]
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung | |
---|---|
IUCN Kategori II (Taman Nasional) | |
Lokasi di Sulawesi | |
Letak | Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep & Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Indonesia |
Kota terdekat | Kota Turikale (13 km) Kota Pangkajene Kota Watampone Kota Makassar (28 km) |
Koordinat | 4°54′S 119°45′E / 4.900°S 119.750°E |
Luas | 43.750 ha (437,50 km²) |
Didirikan | 2004 |
Pihak pengelola | Balai TN Babul KLHK (pengelola utama) Pemkab Maros (bagian wilayah Maros Pemkab Pangkep (bagian wilayah Pangkep) |
Situs web | www |
Sebagai salah satu kawasan konservasi, TN Babul memegang peranan penting dalam mendukung implementasi arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang dititikberatkan pada Pembangunan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Fokus prioritas pembangunan tersebut diarahkan pada upaya-upaya yang berkaitan dengan konservasi sumber daya hutan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan, dan pelaksanaan pembangunan lintas bidang, yaitu terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Sejarah
Kronik pembentukan
Pada Juli–Oktober 1857, Alfred Russel Wallace melakukan eksplorasi di Bantimurung. Tahun 1869, ia mempublikasikan hasil penelitiannya The Malay Archipelago. Setelahnya, banyak peneliti tertarik melakukan penelitian di lokasi ini. Pada Era 1970—1980, di Kawasan Karst Maros-Pangkep telah ditunjuk atau ditetapkan lima unit kawasan konservasi seluas ± 11.906,90 ha, yaitu Taman Wisata Alam Bantimurung, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang, Cagar Alam Bantimurung, Cagar Alam Karaenta, dan Cagar Alam Bulusaraung. Pada 1989, Kanwil Dephut Sulsel mengusulkan pembentukan taman nasional dengan nama TN Hasanuddin. Pada 1993, Kongres XI International Union of Speleology merekomendasikan Karst Maros-Pangkep sebagai Warisan Dunia. Pada 1995 memuat calon TN Hasanuddin seluas 86.682 ha. Pada 1997, Seminar Lingkungan Karst PSL-UNHAS merekomendasikan perlindungan Karst Maros-Pangkep. Pada 1999, Unit KSDA Sulsel I & Unhas melaksanakan penilaian potensi calon TN Hasanuddin. Pada Mei 2001, IUCN Asia Regional Office dan UNESCO World Heritage Center mengadakan The Asia-Pasific Forum on Karst Ecosystems and World Heritage di Gunung Mulu, Serawak, Malaysia. Forum ini memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Indonesia agar mengkonservasi kawasan Karst Maros-Pangkep. Pada November 2001, Bapedal Regional III mengadakan Simposium Karst Maros-Pangkep dan forum ini merekomendasikan status taman nasional dan warisan dunia. SK Menhut Nomor 70/Kpts-II/2001 mengatur Tim Terpadu untuk perubahan fungsi kawasan hutan yang dimulai dari awal 2002. Tim Terpadu dibentuk oleh Pemprov Sulsel ;2002-2004, Tim terpadu melaksanakan tugasnya sampai dengan terbitnya rekomendasi dari Bupati, DPRD & Gubernur; 2004, Menhut menerbitkan SK 398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Pada Kelompok Hutan Bantimurung-Balusaraung seluas ± 43.750 ha terdiri dari Cagar Alam seluas ± 10.282,65 ha, Taman Wisata Alam seluas ± 1.624,25 ha, Hutan Lindung seluas ± 21.343,10 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas ± 145 ha, dan Hutan Produksi Tetap seluas ± 10.355 ha terletak di Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan sebagai TN Babul.
TN Babul dibentuk dari penggabungan beberapa lokasi kawasan konservasi dan hutan lindung serta hutan produksi. SK Menhut berisi tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap menjadi TN Babul. Penunjukan menjadi taman nasional melalui proses yang cukup panjang. Proses tersebut dimulai pada tahun 1993 oleh desakan UNESCO kepada Pemerintah Indonesia untuk segera melindungi ekosistem karst melalui penetapan kawasan konservasi, untuk selanjutnya diusulkan menjadi Situs Warisan Dunia (World Heritage Site). Taman nasional ini memiliki luas 43.750 ha yang terdiri dari wilayah Cagar Alam Karaenta seluas ± 1.226 ha, wilayah Cagar Alam Bantimurung seluas ± 1.000 ha, wilayah Taman Wisata Alam Bantimurung seluas ± 1.000 ha, wilayah Taman Wisata Alam Gua Pattunuang seluas ± 118 ha, dan wilayah Cagar Alam Bulusaraung seluas ± 5.690 ha.
Pada 25 Oktober 2019, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung ditetapkan sebagai kawasan Taman Warisan ASEAN (ASEAN Heritage Park). Penetapan ini dilakukan pada acara Sixth ASEAN Heritage Park Conference yang diselenggarakan di Laos, 21-25 Oktober 2019.
Penamaan
Sebelum secara resmi dinamakan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, taman nasional ini diwacanakan dengan nama Taman Nasional Hasanuddin. Penamaan Taman Nasional Hasanuddin erat kaitannya dengan tokoh pahlawan nasional asal Sulawesi Selatan, yakni Sultan Hasanuddin. Namun, lambat laun tahun 2004 taman nasional ini secara resmi dinamakan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung karena taman nasional ini berada pada dua kawasan gugusan pegunungan karst, yakni gugusan pegunungan karst Bantimurung di Kabupaten Maros dan gugusan pegunungan karst Bulusaraung di Kabupaten Pangkep.
Kondisi geografis
Geologi
Secara geologis, perbukitan karst yang ada di kawasan TN Babul didominasi oleh sebaran batugamping yang terbentuk di dasar laut sejak awal masa eosen dan terangkat ke permukaan laut selama periode waktu yang panjang. Sifat batugamping yang mudah tertembus air memungkinkan terbentuknya rongga-rongga yang selanjutnya membentuk fenomena gua-gua alam. Setelah ribuan atau bahkan jutaan tahun berlalu, bersamaan pula dengan surutnya air laut, maka gua-gua tersebut dijadikan sebagai tempat hunian yang ideal oleh manusia pada saat itu. Bukti-bukti temuan seperti alat-alat maros point, flakes, blade, microlith, sampah dapur, dan perhiasan dapat memperkuat teori fungsi gua pada suatu masa tertentu (masa prasejarah).
Topografi
Sebagaimana pada umumnya kawasan dengan lanskap karst, bentuk permukaan kawasan TN Babul bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit sampai dengan bergunung. Bagian kawasan yang bergunung terletak pada sisi timur laut kawasan atau terletak pada blok Pegunungan Bulusaraung di Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros dan Gunung Bulusaraung sendiri di Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep. Puncak tertinggi terletak pada ketinggian 1.565 mdpl di sebelah utara Pegunungan Bulusaraung. Puncak Gunung Bulusaraung sendiri terletak pada ketinggian 1.353 mdpl. Sisi ini dicirikan oleh kenampakan topografi relief tinggi, bentuk lereng yang terjal dan tekstur topografi yang kasar. Daerah perbukitan dicirikan oleh bentuk relief dan tekstur topografi halus sampai sedang, bentuk lereng sedang sampai rendah, bentuk bukit yang tumpul dengan lembah yang sempit sampai melebar. Daerah perbukitan ini dikelompokkan ke dalam perbukitan intrusi, perbukitan sedimen, dan perbukitan karst. Kawasan dengan topografi dataran dicirikan oleh bentuk permukaan lahan yang datar sampai sedang dan sedikit bergelombang, relief rendah dan tekstur topografi halus. Bentuk permukaan seperti ini banyak dijumpai diantara perbukitan karst yang berbentuk menara.
Batas wilayah
TN Babul memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah | Berbatasan |
---|---|
utara | Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru & Kabupaten Bone |
selatan | Kabupaten Maros |
barat | Kabupaten Maros & Kabupaten Pangkep |
timur | Kabupaten Maros & Kabupaten Bone |
Lokasi administratif
- Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros
- Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros
- Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros
- Kecamatan Camba, Kabupaten Maros
- Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros
- Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep
- Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep
- Kecamatan Tondong Tallasa, Kabupaten Pangkep
- Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone
Potensi
Flora dan fauna
Flora
Flora TN Babul merupakan jenis-jenis dari vegetasi karts dan hutan daratan rendah, antara lain:
- Palanqium sp (habitat karts)
- Calophilum sp (habitat karts)
- Leea indica (habitat karts)
- Sapotaceae (habitat karts)
- Polyalthia insignis (habitat karts)
- Pangium edule (habitat karts)
- Aleurites moluccana (habitat karts)
- Celastroceae (habitat karts)
- Cinamomum sp (habitat karts)
- Leea aculata (habitat karts)
- Vitex cofassus (bitti, habitat hutan daratan rendah)
- Palaquium obtusifolium (nyato, habitat hutan daratan rendah)
- Pterocarpus indicus (cendrana, habitat hutan daratan rendah)
- Ficus sp (beringin, habitat hutan daratan rendah)
- Sterquila foetida (habitat hutan daratan rendah)
- Dracontomelon dao (Dao, habitat hutan daratan rendah)
- Dracontomelon Mangiferum (habitat hutan daratan rendah)
- Arenga pinnata (aren, habitat hutan daratan rendah)
- Colona sp (habitat hutan daratan rendah)
- Dillenia serrata (habitat hutan daratan rendah)
- Alleurites moluccana (kemiri, habitat hutan daratan rendah)
- Diospyros celebica (kayu hitam, habitat hutan daratan rendah)
- Buchanania Arborescens (habitat hutan daratan rendah)
- Antocepalus cadamba (habitat hutan daratan rendah)
- Myristica sp (habitat hutan daratan rendah)
- Kneam sp (habitat hutan daratan rendah)
- Calophyllum inophyllum (habitat hutan daratan rendah)
Fauna
Fauna TN Babul merupakan jenis yang khas dan endemik, antara lain:
- Enggang sulawesi (Ryticeros cassidix)
- Enggang kerdil (Peneloppides exahartus)
- Musang sulawesi (Macrogolidia mussenbraecki)
- Kelelawar
- Kera sulawesi (Macaca maura)
- Kuskus (Phalanger celebencis)
- Tarsius (Tarsius sp)
- Ikan buta (Bostrychus spp)
Gua
Di antara kokohnya pegunungan kapur, kiranya menyimpan potensi yang sangat menarik bagi wisatawan dengan minat khusus. Tercatat sekitar 400 gua berada dalam kawasan karst tersebut, 89 diantaranya merupakan gua prasejarah sebagai peninggalan manusia purba yang pernah tinggal dan hidup di gua tersebut ribuan tahun yang silam. Gua yang terdapat di TWA Bantimurung diantaranya adalah Gua Batu dan Gua Mimpi yang banyak dikunjungi khususnya para pelajar dan mahasiswa atau para remaja yang senang akan wisata dengan tantangan yang cukup ekstrem. Gua-gua tersebut memiliki stalaktit, stalakmit, flowstone, helektit, pilar, dan sodastraw. Tekstur dan bentuk-bentuknya menakjubkan, bagai ukiran patung dalam galeri, bagai lampu-lampu kristal yang bergelantungan, sementara dinding gua bagai bergordyn berlipat indah dan lantai bergelombang yang terkadang berpasir kering dan lembut merata seolah permadani alam, nan nyaman. Ornamen-ornamen tersebut dikenal sebagai ornaman terindah yang pernah ada. Di sini pengelola menempatkan juru kunci dan jasa pemandu serta lampu penerang (senter) bagi pengunjung yang ingin mengenal lebih jauh tentang gua tersebut. Bentang alam yang memiliki keunikan dan keindahan merupakan salah satu karunia yang dapat dikelola sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Juga dapat dimanfaatkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. Tentunya pengelolaan tersebut secara bersama dari pihak-pihak terkait, agar tetap terjaga kelestariannya secara berkesinambungan.
- Gua Anjing (panjang ± 60 m, Taman Wisata Alam Bantimurung)
- Gua Bantimurung (panjang ± 150 m, Taman Wisata Alam Bantimurung)
- Gua Anggawati I (panjang ± 170 m, Taman Wisata Alam Bantimurung)
- Gua Towukala (panjang ± 80 m, Taman Wisata Alam Bantimurung)
- Gua Baharuddin (panjang ± 137 m, Taman Wisata Alam Bantimurung)
- Gua Watang (panjang ± 440 m, Taman Wisata Alam Bantimurung)
- Gua Mimpi (panjang ± 1.415 m dan kedalaman ± 48 m, Taman Wisata Alam Bantimurung)
- Gua Gua Batu (Taman Wisata Alam Bantimurung)
- Gua Lubang Air (Cagar Alam Bantimurung)
- Gua Lubang Kelu (panjang ± 90 m, Cagar Alam Bantimurung)
- Gua Buttu (panjang ± 500 m, Cagar Alam Bantimurung)
- Gua Nasir (panjang ± 800 m, Cagar Alam Bantimurung)
- Gua Anggawati II (panjang ± 1.000 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua Restaurant (panjang ± 1 .400 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua de Lapisaine (panjang ± 300 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua Pattunuang I (panjang 500 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua Pattunuang II (panjang 500 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua Sambueja I (panjang 300 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua Sambueja II (panjang 1.400 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua Kado (panjang ± 1.400 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua Jaria (panjang ± 900 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua Aux mains (panjang ± 600 m, Taman Wisata Alam Gua Pattunuang)
- Gua Salukkang Kallang (panjang ± 12.463 m, Cagar Alam Karaenta)
- Gua Tanette (panjang ± 9.700 m, Cagar Alam Karaenta)
Galeri foto
-
Salah satu gua di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung.
-
Keindahan alam di dalam taman nasional.
-
Pintu masuk ke Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
-
Potret lain Macaca maura di Cagar Alam Karaenta.
-
Potret lain Macaca maura di Cagar Alam Karaenta.
Lihat pula
Referensi
- ^ Situs Taman Nasional Bantimurung-Balusaurung
- ^ a b Ahmad, Amran; A. Siady Hamzah (2016). Database Karst Sulawesi Selatan 2016 (PDF). Makassar: Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 1 & 5.