Toraja Koro
Toraja Koro[1] (ejaan Van Ophuijsen: Toradja Koro) adalah pembagian wilayah Toraja Barat oleh Walter Kaudern di zaman Hindia Belanda menjadi dua wilayah, sehingga di tahun 1938[2] wilayah Lore (Lanschap Lore) dipisahkan dari wilayah Poso-Tojo yang menurut peneliti Hindia Belanda wilayah Lore di huni oleh penduduk To Lore di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.[3]
Walter Alexander Kaudern atau Walter Kaudern (24 Maret 1881 – 16 Juli 1942[4]), adalah seorang etnografer Swedia. Kaudern mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1910 dan menjadi kurator dari Museum Gothenburg koleksi etnografi.
Pada penulisannya mengenai Toraja Koro (Lore) yang terdiri dari wilayah To Napu (Sigi), Bada, dan Besoa. Desa-desa tua yang terdiri dari Desa Doda, Desa Bariri, Desa Hanggira, Desa Podonia, Desa Rano, dan Desa Bangkeloeho[5] di wilayah Toraja Koro (Lore) yang dulunya merupakan desa tua peninggalan Suku Bare'e di wilayah To lage (Poso) yang disebut Belanda dengan nama Bare'e-Toraja (Grup Poso-Tojo), penduduk Bare'e-Toraja tentu saja berbudaya Suku Bare'e karena memang aslinya adalah Suku Bare'e dari wilayah To Lage dan Suku Bare'e To Lage ini sudah pasti setia kepada Kerajaan Tojo yang pada tahun 1770 Suku Bare'e To Lage termasuk wilayah Toraja Koro (Lore) ikut mendirikan Kerajaan Tojo.
Dan untuk Grup Poso-Tojo terkenal sebuah Legenda Pamona yang wajib diimani oleh semua Kekristenan di Poso secara turun temurun, Legenda Pamona yang menceritakan sejarah batu menhir Watu Mpogaa yang kini telah menjadi satu-satunya batu menhir milik umat Kristen di Poso, Watu Mpogaa[6] yang mana di tahun 1912 tiga batunya tetap ada. Setiap batu kemungkinan berasal dari salah satu dari enam suku utama dari wilayah (yang berbudaya) Bare'e-(Toraja), sedangkan To Napu yang berbudaya Sigi-(Toraja), dan penyebaran penduduk dari Bekas Desa Pamona ini berimigrasi ke wilayah Wotu, dan kemudian menamakan suku mereka dengan nama suatu suku yang amat sangat jauh berbeda budaya dan bahasa[7]nya dengan suku bare'e.
Sejarah
Albertus Christiaan Kruyt atau A. C. Kruyt adalah orang pertama yang merintis pekabaran Injil di Sulawesi Tengah, terutama di Poso.[8]
Kruyt memperkenalkan istilah Toraja untuk menyebut para penduduk yang mendiami wilayah pedalaman di tengah Pulau Sulawesi. Kata ini digunakan untuk menggantikan istilah Alifuru yang diperkenalkan oleh Johann Gerard Friedrich Riedel—karena dinilai merendahkan.[9] Kruyt kemudian mengkategorikan Toraja menjadi 3 kelompok, yaitu Grup Sadang yang umumnya menetap di lembah Sadang, Grup Parigi-Kaili yang menghuni Lembah Palu dan pesisir Teluk Tomini, serta Grup Poso-Tojo yang sebagian besar berdiam di wilayah sekitar sungai dan Danau Poso, dan juga di wilayah Tojo.[10]
Untuk Grup Poso-Tojo terkenal sebuah Legenda Pamona yang wajib diimani oleh semua Kekristenan di Poso secara turun temurun, Legenda Pamona yang menceritakan sejarah batu menhir Watu Mpogaa yang kini telah menjadi satu-satunya batu menhir milik umat Kristen di Poso, Legenda Pamona yaitu para tua-tua masyarakat desa Pamona (Dorp Pamona) berkumpul dan memutuskan untuk saling meninggalkan, karena mereka sudah tidak mempunyai kepala desa i dori lagi karena ditangkap Kerajaan Luwu. Di bawah pimpinan enam saudara laki-laki dan satu saudara perempuan, Toraja tersebut menyebar ke seluruh daerah aliran sungai Posso, setelah sebelumnya menanam tujuh buah batu Watu Mpogaa[11] (ejaan Van Ophuijsen: Watoe Mpoga'a; artinya “batu pemisah”) yang mana di tahun 1912 tiga batunya tetap ada. Setiap batu kemungkinan berasal dari salah satu dari enam suku utama dari wilayah (yang berbudaya) Bare'e-(Toraja), sedangkan To Napu yang berbudaya Sigi-(Toraja), dan penyebaran penduduk dari Bekas Desa Pamona yang bahasa asli sukunya lebih dekat ke Bahasa Taa ini berimigrasi ke wilayah Wotu, dan kemudian menetap disana. Sesampainya mereka di Wotu, penduduk dari bekas Desa pamona ini barulah menamakan suku mereka dengan nama suatu suku yang amat sangat jauh berbeda budaya dan bahasa[12]nya dengan suku bare'e.
Labelisasi Kruyt bukannya tidak ditentang oleh para akademisi lainnya. Walter Kaudern, seorang etnolog Swedia, mengkritik penerapan istilah Toraja menjadi tiga wilayah oleh Kruyt.[13] adalah Walter Kaudern seorang etnolog Swedia yang mengkritik penerapan label Toraja menjadi tiga wilayah oleh Kruyt.[13] Karena sudah dibagi oleh Kruyt, Kaudern kemudian membagi lagi tiga kategori Toraja versi Kruyt menjadi empat kategori. Kaudern tetap mempertahankan kelompok Toraja Poso-Tojo (Timur) dan Toraja Sadang (Selatan) dan kemudian membagi Toraja Parigi-Kaili (Barat) menjadi kategori Toraja Palu dan Toraja Koro.[14] Sementara di selatan orang Bugis To Luwu menolak penerapan istilah Toraja bagi penduduk Sulawesi yang beragama Kristen.[15]
Toraja Koro adalah Bare'e-Stammen
Di tahun 1938 oleh Dr.S.J.Esser (Dr.Esser) peneliti Belanda, wilayah Kerajaan Tojo di wilayah Toraja Koro di pisah menjadi wilayah Lore (Lanschap Lore) yang menurut peneliti Belanda) di huni oleh penduduk To Lore di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah tetapi bukti-bukti bahwa aslinya penduduk To Lore sebelum tahun 1938 dan sampai sekarang penduduk asli wilayah Lore adalah Suku Bare'e wilayah To Lage, adalah sangat terlihat yaitu Penduduk Landschap Lore Memakai Baju Wurake Suku Bare'e, penduduk To Lore memiliki bentuk Rumah Adat Lobo yang sama, dan yang paling penting adalah jumlah penduduk di wilayah Poso-Tojo yang berbudaya dan adat istiadat Suku Bare'e jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk di wilayah Landschap Lore.
Penduduk Lore Memakai Baju Wurake
Pada acara adat Suku Bare'e Momparilangka[16], semua wanita dari Suku Bare'e harus mengikuti Adat istiadat Momparilangka dengan menggunakan Baju Adat Dukun wanita (Wurake, Vurake) minimal lebih dari sekali dalam seumur hidupnya, dan kemudian Baju Adat Dukun wanita (Wurake) dari Suku Bare'e ini pada tahun 1938 dipakai sebagai baju adat suku-suku di wilayah Lore bentukkan Hindia Belanda yaitu : To Bada, To Besoa, dan To Tawaelia (sedoa).
Bentuk Rumah Adat Lobo yang sama
Rumah adat Lobo di wilayah Toraja Barat dan Toraja Timur seperti To Besoa, To Bada, To Kulawi, pada dasarnya sama bentuknya dengan Rumah adat Lobo Suku Bare'e.[17] Suku Bare'e biasanya hanya memiliki satu tangga, sedangkan atap kedua (rerenga) biasanya tidak ada. Yang juga hilang di Lobo ini adalah rak tempat menggantung pecahan tengkorak musuh yang kalah; sebaliknya, pada tanduk kerbau yang menghiasi tiang-tiang itu, digantungkan cincin rotan yang tak terhitung jumlahnya, yang menunjukkan berapa kali seseorang berencana membunuh musuh. Suku Toraja Gunung yaitu To Bada, dan To Besoa juga menyimpan di Lobo alat-alat pencegahan (pecahan tengkorak musuh yang telah di Molamoa) yang mereka gantungkan di tubuh mereka selama perang dan yang mereka ambil dari musuh-musuh mereka yang kalah.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Suku Bare'e[18] di wilayah Poso-Tojo yang berbudaya dan adat istiadat Bare'e memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk di wilayah Toraja Koro atau Landschap Lore, hal tersebut membuktikan asal usul Suku Bare'e yang memiliki Adat istiadat dan Budaya Bare'e berasal dari wilayah Poso-Tojo bukan dari wilayah Toraja Koro atau Landschap Lore.
Referensi
- ^ Migration of Toradja in Central Celebes (1925). [1]
- ^ DE WEST-TORADJAS OP MIDDEN-CELEBES, Dr.S.J.Esser (Dr.Esser).[2].
- ^ DORP PAMONA (Desa Pamona), Verspreiding van de posso’sch-todjo’sche groep, jilid 1 halaman 5.[3],
- ^ "Kaudern, Walter Alexander". Runeberg. Diakses tanggal 13 Januari 2017.
- ^ MIGRATION OF TORADJA IN CENTRAL CELEBES (1925), halaman 82. [4].
- ^ VERSPREIDING VAN DE POSSO’SCH-TODJO’SCHE GROEP, De Bare'e-Sprekende de Toradja Van midden celebes jilid 1 halaman 5.[5],
- ^ Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151: MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen). [6].
- ^ Enklaar 1978, hlm. 111; Schrauwers 2000, hlm. 5; Aragon 2000, hlm. 101.
- ^ Schrauwers 2000, hlm. 31.
- ^ Kaudern 1925a, hlm. 26-27; Kaudern 1925b, hlm. 1; Aizawa 2014, hlm. 164.
- ^ WATOE MPOGAA, De Bare'e-Sprekende de Toradja Van midden celebes jilid 1 halaman 5, [7],
- ^ Sumber buku "POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151: MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), ingatlah Lazarus dengan bangsawan berbaju mewah(inodo)nya , [8]
- ^ a b Kaudern 1925b, hlm. 2-3; Aragon 2000, hlm. 53.
- ^ Kaudern 1925b, hlm. 2-3; Aragon 2000, hlm. 6.
- ^ Aragon 2000, hlm. 4.
- ^ MOMPARILANGKA, De Bare'e-Sprekende de Toradja Van midden celebes jilid 1 halaman 364-366. [9],.
- ^ DE DORPS TEMPEL (LOBO), De Bare'e-Sprekende de Toradja Van midden celebes jilid 1 halaman 288. [10].
- ^ DE NAMEN OF STAMENERS, De Bare'e-Sprekende de Toradja van midden celebes jilid 1 halaman 119.[11],.