Teori geosinklin

Revisi sejak 12 Oktober 2023 03.38 oleh Kuramochi Akihiko (bicara | kontrib) (Dikembalikan ke revisi 22898879 oleh Elmoukiddi (bicara) (TW))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Teori geosinklin ialah teori yang dikemukakan oleh James Hall pada tahun 1811-1898.[1] Teori ini menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan Subdisence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pegunungan lipatan (orogenesa) dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosis.

Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan sehingga batuan terlipat dan tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.

Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal usul aktivitas vulkanik dengan baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan secara eksplisit dengan teori geosinklin.

Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada Bumi merupakan gaya vertikal. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

Referensi

sunting
  1. ^ Indonesia Dokumen (19 Februari 2018). "Teori Geosinklin dan Teori Tektonik Lempeng". Diakses tanggal 10 Februari 2021.