PS Petrokimia Putra Gresik
PS Petrokimia Putra Gresik adalah klub sepakbola eks-Galatama yang berasal dari Gresik, klub ini dimiliki oleh perusahaan BUMN, PT Petrokimia Gresik.
Nama lengkap | Persatuan Sepakbola Petrokimia Putra Gresik | ||
---|---|---|---|
Berdiri | 20 Mei 1988 | ||
Dibubarkan | Desember 2005 (melebur dengan Persegres Gresik menjadi Gresik United) | ||
Stadion | Stadion Petrokimia, Gresik, Jawa Timur, Indonesia (Kapasitas: 30.000) | ||
Pemilik | PT Petrokimia Gresik | ||
Liga | Divisi Utama | ||
Kelompok suporter |
| ||
|
Prestasi yang ditorehkan klub milik BUMN ini pada Liga Indonesia edisi pertama (ke-1) setelah peleburan Liga Galatama dengan Liga Perserikatan Divisi Utama Liga Indonesia 1994/1995, PS Petrokimia Putra langsung tancap gas dan menjadi runner-up setelah dikalahkan Persib Bandung.
Dan barulah pada Liga Indonesia edisi ke-7 Divisi Utama Liga Indonesia 2002, PS Petrokimia Putra berhasil mencapai prestasi terbaiknya dengan meraih gelar Juara Divisi Utama LI 2002 setelah di babak final menang 2-1 atas Persita Tangerang melalui perpanjangan waktu.
Pada akhir 2005, PS Petrokimia Putra dilaporkan mengalami krisis keuangan dan melalui proses yang panjang disertai dukungan Ultras Gresik akhirnya PS Petrokimia Putra meleburkan diri dengan klub eks-Perserikatan Persegres Gresik menjadi wajah sepakbola Gresik yang baru Gresik United.
Julukan (Maskot)
PS Petrokimia Putra Gresik memiliki julukan Kebo Giras karena sesuai dari logo PT. Petrokimia Gresik yang terdapat logo Kerbau yang Giras (cekatan), PT. Petrokimia Gresik sendiri merupakan yang memiliki saham PS Petrokimia Putra
Supporter
PS Petrokimia Putra memiliki pendukung fanatik Ultras Gresik, yang berdiri pada 5 November 1999 dengan jargon Salam Satu Jiwa.
Pemain (2007–08)
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
|
|
Jejak Petrokimia Putra
Target Antara Petrokimia KEJUARAAN antarklub ASEAN mulai digelar pada hari ini. Pembukaannya dilakukan di Gresik oleh Ketua Umum PSSI Agum Gumelar. Ada dua tim Indonesia yang berlaga dalam kejuaraan antarklub paling bergengsi di kawasan Asia Tenggara ini, yakni Petrokimia Putra Gresik dan Persita Tangerang. Siapakah Petro Putra? Mampukah juara Kompetisi Liga Indonesia (KLI) VIII itu berbicara?
Petrokimia Putra Gresik adalah tim lawas di deretan klub-klub Divisi Utama Indonesia. Klub ini berdiri pada Jumat Pon 20 Mei 1988. Pendirinya pihak manajemen PT Petrokimia Gresik. Sejak berdiri hingga sekarang, klub yang didanai pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik tersebut telah 15 tahun berkiprah di Divisi Utama Liga Indonesia.
"Kami termasuk klub lawas. Sebab, banyak klub lahir sebelum dan sesudah Petro Putra lahir kini mrotholi dan tak lagi berkiprah di Divisi Utama," ujar salah satu pengurus Petro Putra dr Sugeng Suparlan kepada Suara Merdeka.
Ya, Petro Putra termasuk klub lama di Indonesia. Mungkin seangkatannya yang masih bertahan adalah Arema Malang, PKT Bontang, dan Semen Padang. Banyak klub besar di Indonesia yang pernah satu kelas dengan Petro Putra kini tinggal nama alias almarhum. Misalnya, Kramayudha Tiga Berlian Jakarta, Bandung Raya Bandung, Niac Mitra Surabaya, Warna Agung Jakarta, Pardedetex Medan, Medan Jaya Medan, Assyabaab Surabaya, Perkesa 1978 Sidoarjo, BPD Jateng, Yanita Utama Bogor, Makassar Utama, Indonesia Muda (IM) Jakarta, dan lain-lain.
"Bertahannya Petro Putra di Divisi Utama karena di sini masih banyak orang gila bola," tambah Sugeng Suparlan sambil tertawa.
Memang, apa yang dikatakan Sugeng ada benarnya. Dalam konteks sekarang, manajemen PT Petrokimia Gresik di bawah kendali Ir Arifin Tasrief termasuk orang-orang yang gila bola. Selain dia, di Petrokimia Gresik ada nama Andy Setiadi, Imam Supardi, Sugeng Suparlan, Soepardi, Asril Aziz, dan lain-lain yang sangat concern mempertahankan klub berlogo kebo giras ini bertahan di Divisi Utama.
Sangat Riskan
Di bawah besutan Alexander Sikov asal Moldova, tim ini sampai putaran kedua KLI IX tetap menempati peringkat terbawah papan tengah. Kondisi tersebut sangat riskan bagi survive-nya Petro Putra di Divisi Utama. Tak menutup kemungkinan jika tak ada pembenahan mendasar, baik aspek teknis maupun nonteknis, Petro Putra terjerembab ke jurang degradasi. Ekstremnya, di KLI IX, Petro Putra bisa saja mengikuti jejak PSIS yang terjun bebas ke Divisi I setelah jadi jawara di KLI V.
"Pengalaman buruk PSIS jangan sampai terjadi pada kami," kata Manajer Tim Petro Putra Imam Supardi.
Lima belas tahun kiprah Petro Putra di Divisi Utama bukan tempo pendek. Mungkin rekor itu hanya mampu disamai Arema. Banyak klub Divisi Utama seangkatan dengan Petro Putra kini tinggal nama. Selain itu, banyak pula sejarah penting yang patut dicatat dari klub yang bermarkas di Kota Gresik tersebut.
Setidaknya ada tiga momentum penting dalam 15 tahun perjalanan Petro Putra di dunia persepak bolaan nasional. Pertama, laga perdana klub ini mengikuti Kompetisi Liga Indonesia (dulu Galatama) pada 1988-1989. Ketika itu, kompetisi sepak bola secara nasional ada dua kutub besar. Yakni, Galatama yang diikuti klub-klub semiprofesional dan perserikatan yang diikuti klub yang didanai dan dikelola pemda.
Ketika kali pertama masuk Galatama, sebenarnya di Gresik ada klub perserikatan yang bertengger di Divisi Utama perserikatan, yakni Persegres. Bahkan, sebagian pemain Petro Putra angkatan pertama alumni Persegres. Ketika itu, antusiasme warga Gresik lebih condong ke Persegres daripada ke Petro Putra.
Beberapa pemain angkatan pertama Petro Putra yang alumni Persegres, antara lain Sasono Handito (kiper), Ferril Raymond Hattu, Rubianto, Reno Latupeirissa, Karyanto, Abdul Muis, Masrukan, Lutfi, Hasan Maghrobi, Derry Krisyanto, dan lain-lain. Mereka di bawah pelatih Bertje Matulapelwa dengan asisten pelatih Hendrik Montolalu dan Slamet Haryono. Hendrik merupakan mantan kiper Niac Mitra Surabaya dan kini menangani tim Divisi I Persedikab Kabupaten Kediri.
Momentum Kedua
Momentum penting kedua dicatat Petro Putra pada KLI I 1994-1995. Ketika itu, Petro Putra oleh banyak kalangan persepak bolaan nasional diberi gelar "juara tanpa mahkota". Kenapa demikian?
Sebab, di partai final KLI I di Stadion Bung Karno Jakarta, Petro Putra yang saat itu di bawah besutan pelatih Andi Muhammad Teguh dengan asisten pelatih Ferril Raymond Hattu dan Bambang Purwanto dipaksa kalah dari Persib Bandung dengan skor 0-1.
Padahal, dalam pertandingan tersebut, Petro Putra memasukkan gol lebih dulu melalui kaki Jacksen F Tiago. Namun, gol tersebut dianulir wasit tanpa alasan jelas.
Kiprah Petro Putra di KLI I pada 1994-1995 memang luar biasa. Pada KLI I tersebut PSSI mengeluarkan kebijakan memperbolehkan klub-klub peserta mendatangkan pemain asing. KLI ini merupakan sinergi antara klub-klub Galatama dan perserikatan. Tiap-tiap tim boleh mendatangkan maksimal tiga pemain asing.
Petro Putra ketika itu mendatangkan tiga pemain asing, yakni Derryl Sinnerine asal Trinidad and Tobaggo. Posisinya sebagai kiper. Lalu Carlos de Mello di posisi playmaker dan Jacksen F Tiago sebagai striker.
Selain Jacksen dan Carlos, tim Petro Putra KLI I melahirkan banyak bintang baru, seperti Widodo C Putra, Eri Irianto (meninggal dunia saat memperkuat Persebaya), dan Suwandi HS. Ketiganya kemudian jadi langganan masuk pelatnas PSSI.
Puncak
Lantas apa momentum sejarah ketiga bagi Petro Putra? Yakni, saat tim ini jadi jawara KLI VIII. Prestasi tersebut seolah-olah menjadi puncak kiprah Petro Putra di deretan utama persepak bolaan nasional. Biasanya jawara KLI direbut tim-tim dari kota-kota besar dan secara tradisional memiliki kiprah dan prestasi sepak bola yang melegenda. Misalnya, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, PSIS Semarang, Persija Jakarta, PSMS Medan, PSM Makassar, dan lain-lain.
Namun, di KLI VIII Petro Putra tampil luar biasa. Tim ini hanya kalah dalam dua pertandingan, yakni melawan PKT dan Barito Putra. Selebihnya, Petro Putra yang saat itu ditukangi Serghei Dubrovin dari Moldova dengan asisten pelatih Sanusi Rachman dan Rubianto mampu melalap lawan-lawannya dengan kemenangan meyakinkan.
Formasi pemain Petro Putra pada KLI VIII sebenarnya tak istimewa. Kalaupun ada pemain dengan nama besar, mungkin hanya Widodo C Putra, Khusairi, dan Suwandi HS. Selebihnya pemain debutan baru atau pemain lama yang berkiprah biasa-biasa saja di blantika KLI.
Kini, di KLI IX Petro Putra melakoni pertandingan demi pertandingan dalam kondisi terseok-seok. Kadang-kadang tim ini meraih kemenangan gemilang saat melawan tim bagus, seperti menahan seri PSM di Makassar. Namun, pada lain kesempatan, gawang Petro Putra tak jarang menjadi lumbung gol, seperti ketika bertandang ke Tangerang melawan Persita di putaran pertama, lantas dibantai Persik di Kediri dan digunduli Persipura di Jayapura.
Konsistensi dan stabilitas permainan anak-anak asuh Sikov di KLI IX ini sangat labil. Kenapa semua itu terjadi? Imam Supardi dan Sugeng Suparlan mengemukakan, tak adanya tempo recovery, banyaknya turnamen yang diikuti Petro Putra setelah KLI VIII, dan keterlambatan Serghei Dubrovin datang ke Gresik pra-KLI IX adalah faktor-faktor penyebab Petro Putra tertatih-tatih dalam KLI IX.
Kendati demikian, di kejuaraan antarklub ASEAN Petro Putra turun gelanggang dengan spirit menyala.
"Target kami masuk semifinal. Kejuaraan ini hanya sasaran antara bagi kami," ujar Imam Supardi.
Justru di lanjutan KLI IX anak-anak asuhan Sikov harus lebih memantapkan performance mereka. Sebab, kalau tak berhati-hati, Petro Putra akan mengikuti jejak PSIS. "Kami tak ingin peristiwa PSIS terjadi pada kami. Karena itu, kami all out berjuang mempertahankan tim ini di Divisi Utama Indonesia," katanya.
Sugeng berharap, puncak performa para pemain Petro Putra terjadi pada lanjutan KLI IX. Dengan demikian, sisa pertandingan yang dijalani tim berjuluk Kebo Giras, baik partai tandang maupun kandang, berakhir dengan kemenangan yang ujung-ujungnya Petrokimia tetap di Divisi Utama.