Tengkolok

tengkolok atau tanjak adalah sebuah penutup kepala, yang bisa ditemukan di berbagai negara Asia Tenggara
Revisi sejak 11 November 2023 14.13 oleh Astari28 (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Tengkolok, atau yang disebut juga sebagai Tanjak, serta dikenali pula dengan nama Destar, dan Lacak (Minangkabau: Deta; Melayu Kelantan-Pattani: Semutar; Melayu Jambi: Lacak)[6][7] merupakan sebuah penutup kepala tradisional yang biasanya dikenakan oleh etnis Melayu dan Indonesia.[8][9] Biasanya, tengkolok digunakan oleh kaum laki-laki, meskipun begitu tengkolok juga digunakan oleh perempuan.[6] Tengkolok biasanya dibuat dari kain songket yang dilipat dengan sedemikian rupa (atau yang terkadang disebut sebagai solek). Pada masa lampau, tengkolok digunakan sebagai perlengkapan pakaian di Palembang yang dipakai oleh bangsawan dan tokoh masyarakat. Sementara pada masa sekarang, tengkolok digunakan untuk fungsi keupacaraan, misalnya pernikahan.[10]

Tengkolok
Sekelompok etnis Minangkabau yang mengenakan tengkolok
JenisPenutup kepala tradisional
BahanSongket
Tempat asalAsia Tenggara Maritim[1]
PemanufakturSuku Melayu[2][3][4] Banjar, Minangkabau,[5] Bugis, Makassar, Minahasa, Bajau, dan Kadazan
 
Tengkuluk perempuan Jambi

Istilah "tengkolok", "Tanjak", dan "setanjak" merupaka sebuah sinonim. Kata "tengkolok" sendiri juga dapat diartikan sebagai "penutup kepala yang dikenakan oleh perempuan".[7] Akan tetapi, pengartian tengkolok sebagai penutup kepala yang dikenakan perempuan jarang digunakan pada masa sekarang, kecuali di beberapa wilayah di Jambi[6] maupun wilayah lain yang masih menuturkan bahasa yang serumpun, seperti bahasa Minangkabau).[11]

Namun, beberapa beranggapan bahwa "tengkolok", "tanjak", dan "destar" merupakan hal yang berbeda jika ditinjau dari jenis kain maupun cara pelipatan, meskipun kegunaanya sama. Tengkolok biasanya diartikan sebagai penutup kepala dari kain yang berkualitas baik dan memiliki banyak lipatan dan lapisan. Destar memiliki lipatan dan lapisan yang lebih sedikit dari tengkolok. Sedangkan tanjak memiliki lipatan yang serupa dengan tengkolok, akan tetapi lebih sederhana.[12][13]

Sejarah

sunting
 
Tanjak Melayu Deli Masa Kini

Kerajaan Sriwijaya

sunting

Menurut sejarah, tengkolok atau tanjak pertama kali digunakan oleh masyarakat Sriwijaya di Sumatra. Konon katanya orang-orang Melayu Sriwijayalah yang pertama kali menggunakan tanjak dalam keseharian mereka.

Tetapi menurut pendapat beberapa ahli tanjak sudah ada jauh sebelum zaman sriwijaya, terutama di pulau melaka

Masa kini

sunting

Pada tahun 2019 Tanjak Palembang dicatat oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTB).[9] Untuk melestarikan Tanjak, Pemerintah Sumatera Selatan menghimbau kepada masyarakatnya untuk memakai tanjak. Gubernur Sumatera Selatan mengeluarkan Peraturan Daerah yaitu mewajibkan setiap bangunan di Sumatera Selatan wajib memakai ornamen atau atribut lambang/simbol berupa Tanjak, Songket atau ornamen khas budaya Sumatera Selatan lainnya, baik di gapura atau bagian bangunan tersendiri.[14][15]

Penggunaan

sunting

Pemerintahan

sunting
 
Gambar yang menunjukkan tengkolok yang digunakan dalam tata busana Yang di-Pertuan Agong, yakni Tengkolok Diraja (bahasa Indonesia: Tengkolok Kerajaan)

Tengkolok pada masa lampau biasanya digunakan oleh pemimpin maupun tokoh masyarakat. Pemimpin Tertinggi Malaysia, yakni Yang di-Pertuan Agong, menggunakan tengkolok sebagai bagian dari tata busana. Tengkolok yang diberi nama sebagai "Tengkolok Diraja" itu terbuat dari sutra hitam dengan benang emas. Di bagian depan terdapat bulan sabit dan bintang berujung sebelas yang terbuat dari emas putih bertatahkan berlian, bergambar Lambang Negara.[16]

Cerita rakyat

sunting

Tengkolok digambarkan dalam salah satu cerita rakyat di Malaysia tentang Muzaffar Shah (1528–1549), putra Sultan Malaka terakhir dikarenakan kala itu Kesultanan Malaka direbut oleh Portugis pada tahun 1511, diundang untuk memerintah wilayah Perak. Muzaffar Shah memulai perjalanannya melalui laut, dengan membawa serta tanda kebesaran kesultanan Malaka. Tidak jauh dari pantai Perak, kapal tersebut mulai tenggelam. Ia mencoba meringankannya dengan membuang semua muatan yang ada. Namun hingga Muzaffar Shah melemparkan mahkota ke laut, kapal tidak bergeming. Sang sultan menganggap ini sebagai tanda dari atas dan bersumpah bahwa dia tidak akan pernah memakai mahkota itu lagi. Sejak saat itu, menurut legenda, para sultan mulai mengenakan bukan mahkota kerajaan, melainkan tengkolok.[17]

Arsitektur

sunting
 
Kenampakan Perpustakaan Nasional Malaysia dari depan

Bentuk dari tengkolok digunakan sebagai inspirasi desain dari Perpustakaan Nasional Malaysia yang terletak di Kuala Lumpur, Malaysia. Perpustakaan ini dirancang pada tahun 1994 oleh arsitek Ikmal Hashim Albakri dan Victor Chew. Desain dan konsep bangunan mencerminkan identitas Malaysia yang melambangkan "pencapaian intelektual ditambah inspirasi dari warisan budaya bangsa yang kaya" [sic].[18][19]

Referensi

sunting
  1. ^ "Sering Salah Kira, Rupanya Ini Bentuk Tanjak Asli Palembang". 
  2. ^ "Fashion Leadership Theory at Songket Lepus Palembang". 
  3. ^ "MENGENAL TANJAK PALEMBANG". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-24. Diakses tanggal 2023-02-04. 
  4. ^ Kanwil Sumsel (2019). "Sosialisasi SP2020 "Partisipasi Aktif Lembaga Pemerintah dan Swasta Dalam Menyukseskan Sensus Penduduk 2020"". sumsel.kemenkumham.go.id (dalam bahasa Indonesian). Kantor Wilayah Sumatera Selatan - Kementerian Hukum dan Ham Republik Indonesia. Diakses tanggal 5 Februari 2023. 
  5. ^ "Mendalami Suku Minang, dari Adat dan Budaya hingga Keseniannya". 
  6. ^ a b c Hartati M; Fatonah; Selfi Mahat Putri (2020). "Estetika Ragam Tengkuluk Pakaian Tradisional Masyarakat Melayu Jambi". JIUBJ. Universitas Jambi. 20 (2): 438–446. 
  7. ^ a b "Carian Umum". prpm.dbp.gov.my. Diakses tanggal 2023-01-02. 
  8. ^ "Mengenal Sejarah Tanjak Khas Palembang, Sudah Ada Sejak Abad Ke-8 Kerajaan Sriwijaya".  (Indonesia)
  9. ^ a b "Tanjak Warisan Budaya Takbenda dari Sumatera Selatan". 
  10. ^ "Warisan Budaya Malaysia: Pakaian dan Perhiasan Masyarakat Melayu – Perhiasan Kepala" (dalam bahasa Burma). Perpustakaan Negara Malaysia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-03-17. Diakses tanggal 5 Februari 2023. 
  11. ^ "Arti Tanjak Bagi Orang Melayu". 
  12. ^ Gemala Kasturi (11 Juli 2010). "Stanjak, Tanjak, Destar, Tengkolok". Diakses tanggal 5 Februari 2023. 
  13. ^ Nurulaqilah, Norsyafiqah, Julius (5 Agustus 2020). "The History of Tengkolok.pdf - THE HISTORY OF TANJAK". Universiti Teknologi Mara. Diakses tanggal 5 Februari 2023. 
  14. ^ "Tanjak Menjadi Warisan Budaya Palembang".  (Indonesia)
  15. ^ "Arsitektur Bangunan Gedung Berornamen Jati Diri Budaya di Sumatera Selatan".  (Indonesia)
  16. ^ Tengkolok Diraja // V. Pogadaev. Малайский мир (Бруней, Индонезия, Малайзия, Сингапур). Лингвострановедческий словарь. (Terjemahan: Dunia Melayu (Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura). Kamus bahasa dan daerah.) М.:"Восточная книга", 2012, hal.668
  17. ^ Tengkolok di-Raja [1] Diarsipkan 2023-02-04 di Wayback Machine.
  18. ^ ":..Portal Rasmi Perpustakaan Negara Malaysia:." www.pnm.gov.my. Diakses tanggal 5 Februari 2023. 
  19. ^ Reka Bentuk Bangunan PNM [2] Diarsipkan 2023-02-04 di Wayback Machine.