Bahasa Melayu Kelantan-Pattani

bagian dari rumpun bahasa Austronesia

Bahasa Melayu Kelantan-Pattani (bahasa Thai: ภาษายาวี; Jawi di Pattani; baso Kelaté di Kelantan) adalah sebuah bahasa dalam rumpun Austronesia dan sub-rumpun Melayik yang dituturkan di negara bagian Kelantan dan provinsi tetangga dari bagian paling selatan Thailand yang berdekatan. Bahasa ini dituturkan sebagai bahasa utama untuk orang Melayu Thailand, juga sebagai basantara untuk etnis Thailand Selatan di area rural, orang Muslim dan non-Muslim Sam-Sam, dan kebanyakan juga dituturkan oleh keturunan campuran Melayu-Thailand.

Bahasa Melayu Kelantan-Pattani
بهاس ملايو كلنتن-ڤطاني
Baso Taning, Baso Kelaté
Dituturkan diMalaysia, Thailand
WilayahMalaysia:
Kelantan
Merapoh, Pahang
Besut dan Setiu, Terengganu
Baling, Sik dan Padang Terap, Kedah
Hulu Perak (Pengkalan Hulu dan Grik), Perak

Thailand:
Wilayah Patani, Provinsi Songkhla (Sabayoi, Chana, Nathawi, Thepha), Minburi (Min Buri), Lat Krabang, Khlongsamwa, Nong Chok)
EtnisMelayu Patani
Melayu Bangkok
Melayu Kelantan
Melayu Baling
Melayu Perak
Melayu Reman
Penutur
sekitar 3 juta di Thailand (2006)[1]
sekitar 2 juta di Malaysia
Perincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[2]

Aksara Latin, Aksara Thai, Aksara Jawi
Kode bahasa
ISO 639-3mfa (Pattani)
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
zlm-kel
Glottologpatt1249[3]
IETFmfa
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Vulnerable

Bahasa Melayu Kelantan-Pattani diklasifikasikan sebagai bahasa rentan (VU) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC5 Developing
Bahasa Melayu Kelantan-Pattani dikategorikan sebagai C5 Developing menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mengalami peningkatan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [4][5][6]
Lokasi penuturan
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 6°23′N 101°25′E / 6.383°N 101.417°E / 6.383; 101.417 Sunting ini di Wikidata
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Melayu Kelantan-Pattani sangat berbeda dengan varietas bahasa Melayu lainnya karena isolasi secara geografis dari dunia Melayu sekitarnya oleh pegunungan tinggi, hutan hujan lebat dan Teluk Thailand. Di wilayah Thailand, bahasa ini juga dipengaruhi oleh bahasa Thailand.

Selain itu, bahasa Melayu Kelantan-Pattani juga sangatlah berbeda dengan Melayu baku, sehingga bahasa ini tidak dapat dipahami oleh penutur Melayu Baku, dan hal ini juga mempengaruhi penutur di daerah Thailand yang tidak diajarkan varietas baku bahasa Melayu. Hal ini diperparah dengan tidak adanya seperti pengajaran Bahasa Melayu Baku sebagai subjek pembelajaran wajib dalam kurikulum sekolah seperti layaknya di Malaysia di daerah Thailand, sehingga ada kemungkinan pengaruh bahasa ini lebih sedikit yang berasal dari Bahasa Melayu Baku, tetapi berpotensi lebih banyak dari Thailand. Bahasa ini juga berbeda dari bahasa Melayu Kedah, Melayu Pahang, dan Melayu Terengganu yang letaknya berdekatan.

Bahasa ini sering disebut sebagai phasa Yawi (bahasa Thai: ภาษายาวี; IPA: [pʰāːsǎː jāːwīː]) di Thailand, nama ini berasal dari salah pengertian sekaligus pandanan nama dari abjad Arab yang dimodifikasi untuk menulis bahasa Melayu, yakni aksara Jawi (Jawi: جاوي; IPA: [ɟaˈwi]). Bahasa ini juga dikenal di Thailand sebagai phasa Malayu Pattani (bahasa Thai: ภาษามลายูปัตตานี; IPA: [pʰāːsǎː mālāːjūː pàttāːnīː]), nama ini juga mirip dengan penamaan di bahasa Melayu, yakni bahasa Melayu Patani (Jawi: بهاس ملايو ڤطاني, Rumi: bahasa Melayu Patani, pengucapan setempat: [baˈsɔ ˈnːaju ˈtːaniŋ]). Selain itu, bahasa ini juga sering dikenal sebagai bahasa Patani di Pattani.

Dalam bahasa Melayu Kelatan itu sendiri, bahasa ini dikenal sebagai baso Kelaté dan juga baso Besut atau Kecek Kelaté-Besut di daerah Besut dan Setiu di negara bagian Terengganu.

Fonologi

sunting

Terdapat 21 konsonan dan 12 vokal dalam bahasa Melayu Kelantan-Pattani.[7] Fonem /r/ dan /z/ hanya terjadi dalam kata pinjam ataupun penamaan.

Konsonan

sunting
Nawawit (1986)
Dwibibir Rongga-gigi langit-langit langit-langit belakang Celah-suara
Sengau m n ɲ ŋ
Letup nirsuara p t c k ʔ
Bersuara b d ɟ ɡ
Geseran Nirsuara s h
Bersuara z ɣ
Semivokal w j
Sisian l
Getar r
Nawawit (1986)
Depan Madya Belakang
lisan sengau lisan sengau lisan sengau
Tertutup i ɨ u ũ
Tengah o
Terbuka ɛ ɛ̃ a ã ɔ ɔ̃
Adi Yasran (2010), Teoh (1994)
Depan Madya Belakang
Tertutup i u
Tengah e ə o
Terbuka a

Catatan:

  • Vokal takbulat tertutup madya /ɨ/ kemungkinan merupakan pepet /ə/ menurut (1994) dan Adi Yasran (2005)
  • Sebelum fonem koda akhiran /k/ dan /h/ dan kata-kata dengan vokal akhiran terbuka, /a/ diucapkan sebagai:
    • Vokal takbulat terbuka belakang [ɑ] menurut Adi Yasran (2006, 2010)[8][9] dan Zaharani (2006)[8]
    • Vokal bulat setengah terbuka belakang [ɔ] menurut Nawanit (1986)
    • Vokal hampir-terbuka madya [ɐ] menurut Teoh (1984)[10]
  • Banyak sumber, seperti Adi Yasran (2010) dan Teoh and Yeoh (1988) yang menyatakan bahwa vokal sengau dalam bahasa Melayu Kelantan-Pattani Malay tidak terhitung sebagai fonem.

Referensi

sunting
  1. ^ Bahasa Melayu Kelantan-Pattani di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ Ethnologue (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-25, 19), Dallas: SIL International, ISSN 1946-9675, OCLC 43349556, kode Ethnologue.com mfa, Wikidata Q14790 
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Kelantan-Pattani Malay". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  5. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  6. ^ "Bahasa Melayu Kelantan-Pattani". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  7. ^ Nawanit Yupho 1989, hlm. 126–127.
  8. ^ a b Adi Yasran Abdul Aziz & Zaharani Ahmad, hlm. 76.
  9. ^ Adi Yasran Abdul Aziz 2010, hlm. 1.
  10. ^ Adi Yasran Abdul Aziz 2010, hlm. 14–15.

Bacaan lebih lanjut

sunting

Pranala luar

sunting