Kastel Batavia

bangunan istana di Indonesia
Revisi sejak 17 November 2023 03.54 oleh Pierrewee (bicara | kontrib) (Galeri)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kastel Batavia (Bahasa Belanda: 't Kasteel Batavia, bahasa Melayu Batavia: Kotta Ientang di Benoa Batawi, bahasa Portugis Tugu: Oen Foertalëja de Batavia[1]) adalah sebuah benteng yang terletak di muara Sungai Ciliwung di Jakarta. Kastel Batavia merupakan pusat pemerintahan Perusahaan Hindia Timur Belanda di Asia.[2] Kastel Batavia juga merupakan kediaman Gubernur Jenderal, pejabat tertinggi VOC di Hindia Timur yang mengetuai Dewan Hindia, komite eksekutif yang mengambil keputusan di Hindia Timur. Kastel Batavia dibongkar pada tahun 1809 oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.[2][3]

Kastel Batavia, pusat pemerintahan imperium perdagangan Asia, Perusahaan Hindia Timur Belanda, yang membentang dari Tanjung Harapan sampai Jepang.

Sejarah

sunting

Kastel Batavia awalnya adalah sebuah benteng kecil yang dikembangkan menjadi kastel sejak tahun 1620, ketika VOC berhasil menduduki Jayakarta.[3] Pada tahun 1629, benteng kecil tersebut diperbesar dan diperkuat untuk dijadikan sebagai pertahanan kota Batavia dari kepungan tentara Kesultanan Mataram.[4]

Pieter Both, Gubernur Jenderal Hindia Belanda terpilih pertama, mengangkat Kapten Jacques l'Hermite untuk membeli 2.500 vadem persegi (10.000 yard persegi)[5] tanah di Jayakarta dengan tujuan mendirikan loji (pos perdagangan) VOC.[6] Permintaan itu dikabulkan oleh Pangeran Jayawikarta, penguasa Jayakarta, dengan uang dalam jumlah yang besar (1200 riyal).[7] Tanah ini terletak di tepi Sungai Ciliwung timur, dekat daerah kota Tionghoa.[8] Pada tahun 1612, Belanda membangun sebuah loge (loji), huis (rumah), dan factorij (pabrik) di atas tanah ini; keseluruhannya dikenal sebagai Nassau Huis.[6][5] Perjanjian ini dipertahankan semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Gerard Reynst dan kemudian Laurens Reael.[6]

Kastel Batavia memiliki parit yang memgelilingi seluruh bagian benteng. Kastel Batavia dibongkar pada tahun 1809 oleh Herman Willem Daendels karena material bangunannya dibutuhkan untuk pembangunan kawasan kota baru di Weltevreden (sekarang mencakup wilayah Kelurahan Gambir, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat).[3] Batu-batu sisa kastel digunakan untuk membangun Istana baru untuk Daendels di Weltevreden.[4]

Setelah Kastel Batavia dibongkar pada tahun 1809, sebuah jalan tembus yang menghubungkan kawasan pusat Kota Batavia (kini kawasan Kota Tua) dengan Pelabuhan Sunda Kelapa dibangun. Jalan tersebut bernama "Kasteelweg" yang berarti "Jalan Kastel". Nama Kasteelweg diubah menjadi "Jalan Tongkol" pada tahun 1950.[3]

Sebelum tahun 1874, 4 sudut pertahanan (bastion) Kastel Batavia masih tersisa hingga benar-benar menghilang dari peta tahun 1874 hingga seterusnya.[4]

Sisa-sisa dari Kastel Batavia pernah digali pada tahun 1940. Pada saat itu, bagian yang ditemukan adalah landpoort (pintu yang menghadap ke daratan (selatan kastel)).[4]

Arsitektur

sunting

Kastel Batavia memiliki empat sudut pertahanan (bastion) yang masing masing menghadap ke arah barat laut, timur laut, tenggara dan barat daya. Kastel Batavia memiliki poros atau axis yang menghubungkan waterpoort (pintu yang menghadap ke laut (utara kastel)) dan landpoort (pintu yang menghadap ke daratan (selatan kastel)). Poros Kastel Batavia dibangun sejajar dengan jalan lurus menuju Stadhuis van Batavia (kini menjadi Museum Fatahillah).

Waterpoort (pintu yang menghadap ke laut (utara kastel)) sebenarnya direncanakan menjadi gerbang yang dibangun dari susunan batu pasir yang dikirim dari Eropa. Namun kapal yang mengangkut material untuk waterpoort Kastel Batavia tenggelam di pantai Australia bagian barat pada tahun 1629.[4]

Keadaan terkini

sunting

Area lahan bekas Kastel Batavia kini menjadi lahan kosong yang dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Parit selatan Kastel Batavia kini menjadi kawasan permukiman penduduk, pertokoan, dan berbagai jenis usaha seperti terpal.

Area lahan bekas Kastel Batavia saat ini sedang dilakukan pembangunan rumah susun. Bersamaan dengan pembangunan rumah susun tersebut, dilakukan juga ekskavasi atau penggalian arkeologi untuk mencari bukti keberadaan Kastel Batavia. Ekskavasi arkeologi tersebut wajib dilakukan sebagai masukan dari tata letak dari pembangunan tahap kedua dari rumah susun tersebut. Ekskavasi arkeologi tersebut terlaksana berkat kerjasama Pusat Konservasi Cagar Budaya Pemprov DKI Jakarta dan Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Jabodetabek.[3]

Ekskavasi tersebut berhasil menemukan lantai dari poros Kastel Batavia yang terbuat dari susunan batu bata. Lantai poros kastel tersebut ditemukan pada kedalaman 2 meter dari permukaan tanah saat ini.[4]

Galeri

sunting

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Dominicus, Lodewyk (1780). Nieuwe Woordenschat, uyt het Nederduitsch in het gemeene Maleidsch en Portugeesch, zeer gemakkelyk voor die eerst op Batavia komen. Batavia. hlm. 17. 
  2. ^ a b Ensiklopedi Jakarta - Kasteel van Batavia 2010.
  3. ^ a b c d e KASTEELWEG - Jalan Tongkol, diakses tanggal 2022-09-26 
  4. ^ a b c d e f WATERPOORT KASTIL BATAVIA DITEMUKAN, diakses tanggal 2022-10-03 
  5. ^ a b American Universities Field Staff 1966, hlm. 237.
  6. ^ a b c Ito 2007, hlm. 196-8.
  7. ^ Ensiklopedi Jakarta - Jacatra Fort 2010.
  8. ^ Kratoska 2001, hlm. 120.

Daftar pustaka

sunting

6°7′39″S 106°48′41″E / 6.12750°S 106.81139°E / -6.12750; 106.81139