Sutopo Juwono

anggota militer Indonesia
Revisi sejak 18 November 2023 04.41 oleh Pitchrigi (bicara | kontrib)

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sutopo Juwono (14 Mei 1927 – 19 Februari 1999)[1] adalah seorang purnawirawan perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen pada tahun 1970 hingga 1974 dan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional dari tahun 1978 sampai 1983. Sutopo menikah dengan Sunarni Gondosaputro dan dianugerahi lima anak (satu di antaranya meninggal pada tahun 1980).

Letjen TNI (Purn.)
Sutopo Juwono
Gubernur Lemhannas Ke-5
Masa jabatan
1978–1983
Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara Ke-7
Masa jabatan
21 November 1968 – 16 Januari 1974
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Soedirgo
Pengganti
Yoga Soegomo
Sebelum
Pangdam X/Lambung Mangkurat Ke-5
Masa jabatan
15 November 1965 – 19 Maret 1966
Informasi pribadi
Lahir(1927-05-14)14 Mei 1927
Klaten, Jawa Tengah
Meninggal19 Februari 1999(1999-02-19) (umur 71)
Singapura
Suami/istriNy. Sunarni Gondosaputro
Anak5
Karier militer
PihakIndonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Pangkat Letnan Jenderal TNI
SatuanInfanteri
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Penghargaan

Sutopo menerima banyak penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya;[2]

     
     
     
     
     
     
Baris ke-1 Bintang Mahaputera Utama (8 Agustus 1973)[3] Bintang Gerilya Bintang Dharma
Baris ke-2 Bintang Kartika Eka Paksi Pratama Bintang Jalasena Pratama Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama
Baris ke-3 Bintang Bhayangkara Pratama Bintang Kartika Eka Paksi Nararya Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia
Baris ke-4 Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun Satyalancana Perang Kemerdekaan I Satyalancana Perang Kemerdekaan II
Baris ke-5 Satyalancana G.O.M I Satyalancana G.O.M II Satyalancana Dwidya Sistha
Baris ke-6 Satyalancana Wira Dharma Satyalancana Penegak Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) - Malaysia (1972)[4]

Karier Militer

Selepas Sekolah Teknik Menengah (STM) jurusan kimia teknik, Sutopo berkesempatan masuk Akademi Militer di Tokyo, Jepang. Bergabung dengan BKR (cikal bakal TNI) pada masa Revolusi Kemerdekaan, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan, Prodjohandoko dan RA Rosmi ini bertugas di bagian R (rahasia). Sutopo tercatat sebagai salah seorang pendiri Badan Rahasia Negara yang dipimpin Kolonel Zulkifli Lubis. Pada tahun 1955, Sutopo masuk Seskoad bersama sejumlah perwira yang kelak berperan dalam masa Orde Baru, seperti Daryatmo, Makmun Murod, Widodo, Poniman dan Rais Abin. Kembali dari tugas belajar pada Sekolah Staf dan Komando Tentara AS di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat, Sutopo mengajar mata kuliah Serangan Khusus dan Kerja Sama AD dan AU di Seskoad.

Ketika menjadi Kabakin, Sutopo mencatat sejumlah sukses, di antaranya membongkar penyamaran chief intelijen militer Soviet yang masuk ke Indonesia. Kariernya di Bakin berakhir bersamaan dengan meletusnya peristiwa Malari.

Kepala Staf Kodam V Jaya dalam masa penumpasan G-30-S/PKI ini juga pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Belanda periode 1974-1978. Pada masa itulah lahir Kesepakatan Wassenaar antara Indonesia dan Belanda mengenai penyelesaian orang Maluku yang menetap di sana, baik yang terlibat gerakan separatis Republik Maluku Selatan di Maluku Selatan maupun yang tidak.

Meninggal Dunia

 
Foto nisan makam R. Sutopo Yuwono di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan

Sutopo meninggal dunia pada hari Jumat, 19 Februari 1999 pukul 06.45 di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, karena penyakit paru-paru basah yang dideritanya.[1] Jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan, pada hari Minggu, 22 Februari 1999.

Referensi