Tolui
Tolui (ca 1191–1232) adalah putra bungsu Temüjin, pendiri Kekaisaran Mongol dengan gelar Genghis Khan, dan istri pertamanya Börte. Selaku jenderal penting pada awal penaklukan Mongol, Tolui menjadi calon utama untuk meneruskan ayahnya usai kematiannya pada 1227 dan menjabat selaku wali raja sampai pengangkatan saudaranya Ögedei pada dua tahun kemudian. Istri Tolui adalah Sorghaghtani Beki. Putra-putra mereka meliputi Möngke dan Kublai, khagan keempat dan kelima dari kekaisaran tersebut, dan Hulagu, pendiri Ilkhanat.
| |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Kelahiran | ca 1191 | ||||||||||||
Kematian | 1232 | ||||||||||||
Pasangan |
| ||||||||||||
Keturunan |
| ||||||||||||
| |||||||||||||
Wangsa | Borjigin | ||||||||||||
Ayah | Genghis Khan | ||||||||||||
Ibu | Börte Ujin |
Tolui kurang aktif ketimbang abang-abangnya Jochi, Chagatai, dan Ögedei pada kebangkitan kekuasaan ayah mereka. Namun, kala ia mencapai masa dewasa, ia dianggap sebagai prajurit terbaik dari keempatnya. Ia mengkomandani tentara di bawah naungan ayahnya pada invasi pertama Tiongkok Jin (1211–1215), dan jasa menonjolnya pada invasi Kekaisaran Khwarazmian oleh Mongol menorehkan reputasinya. Usai kejatuhan kota-kota Transoxiana pada 1220, Genghis mengerahkan Tolui pada tahun berikutnya untuk merebut wilayah Khorasan, yang mulai melakukan ketegangan terhadap pasukan Mongol. Tolui mengabulkan perintahnya dengan tanpa pantang menyerah, menyerang kota-kota besar Merv, Nishapur, dan Herat, dan merebut sejumlah wilayah lainnya. Para kronik abad pertengahan mengaitkan lebih dari tiga juta kematian pada pembantaiannya yang diperintahkan olehnya di Nishapur dan Merv. Meskipun jumlah tersebut dianggap dilebih-lebihkan oleh para sejarawan modern, hal tersebut menjadi bukti brutalitas tak lazim dari kampanye Tolui.
Karena sistem pewarisan tradisional Mongol bersifat ultimogenitur, Tolui selalu menjadi calon utama untuk menggantikan ayahnya. Posisinya diperkuat oleh penyingkiran Jochi dan Chagatai, mungkin masing-masing atas dasar ketidaksahan dan arogansinya. Genghis kemudian mengesahkan Tolui melebihi Ögedei, yang dikenal karena kemurahan hatinya. Tolui terlibat dalam kampanye terakhir ayahnya kala ayahnya wafat pada pertengahan 1227. Selaku putra bungsu, ia menjadi wali raja, menghimpun pemakaman ayahnya dan administrasi negara tersebut. Interregnum selama dua tahun mungkin diperpanjang oleh keinginan Tolui untuk menjadikan dirinya selaku khan. Meskipun demikian, ia kemudian menyatakan persekutuan terhadap Ögedei, yang dimahkotai pada 1229.
Tolui mendampingi Ögedei usai berperang melawan dinasti Jin pada 1230. Kampanye tersebut berhasil dan mereka kembali pulang ke Mongolia pada dua tahun kemudian. Pada tahun tersebut, Tolui wafat dengan alasan yang tak jelas. Catatan resmi menyatakan bahwa ia wafat pada upacara shamanik sesambil menyelamatkan Ögedei dari kutukan. Teori-teori akternatif menyatakan bahwa ia wafat akibat mabuk atau diracuni oleh Ögedei. Mengambil alih wilayah dan lahan Tolui setelah kematiannya, Sorghaghtani mengumpulkan kekayaan dan pendukung untuk mewujudkan agar putranya Möngke berkuasa pada 1251, usai kematian putra Ögedei Güyük.
Masa hidup
Masa hidup di bawah kekuasaan Genghis (ca 1191–1227)
Tahun kelahiran Tolui dipersengketakan. Meskipun sejarawan Christopher Atwood meyakini bahwa ia lahir pada 1191 atau 1192,[2] sinologis Frederick W. Mote dan Paul Ratchnevsky menyatakan bahwa tanggal kelahirannya adalah akhir 1180-an.[3] Ia merupakan putra keempat dari pasangan Temüjin, kelak Genghis Khan, dan Börte, istri pertama Temüjin. Abang-abangnya adalah Jochi (l. ca 1184), Chagatai (l. ca 1185), dan Ögedei (l. ca 1186).[4] Ia juga memiliki lima saudari kandung—dalam urutan kelahiran, mereka meliputi Qojin, Chechiyegen, Alaqa, Tumelun, dan Altun.[5] Nama "Tolui" (abjad Mongolia: ᠲᠤᠯᠤᠢ, bahasa Mongol: Толуй, artinya: "cermin") juag ditransliterasikan menjadi Toli, Tuluy, serta pengucapan lainnya.[6] Sejarawan Isenbike Togan menganggap bahwa "Tolui" adalah gelar yang diberikan oleh Genghis untuk menggantikan epitet pra-kekaisaran "otchigin", yang secara tradisional diberikan kepada putra bungsu.[7]
Tak lama usai kampanye Temüjin melawan Tatar ca 1196, Tolui, yang kala itu masih muda, menjadi korban upaya penculikan dalam dua sumber: syair Mongolia abad ke-13 Sejarah Rahasia Bangsa Mongol dan catatan sejarah Jami' al-tawarikh karya sejarawan Persia abad ke-14 Rashid al-Din. Menurut Sejarah Rahasia. Tolui yang berusia lima tahun diselamatkan oleh Altani, istri dari panglima Boroqul, yang menangkap penculik Tatar sampai dua orang Mongol lainnya membunuhnya. Di sisi lain, Rashid al-Din menututkan bahwa Tolui diselamatkan oleh saudara angkatnya Shigi Qutuqu, yang kala itu berusia remaja, dengan bantuan anjing gembala Mongol.[8] Usai kekalahan dan kematian khan Kereit Toghrul pada 1203, Tolui mengambil kemenakan Toghrul Sorghaghtani Beki dan cucunya Doquz Khatun, yang keduanya merupakan kristen Nestorian, menjadi para istrinya.[9] Tolui dan Sorghaghtani dikaruniai putra sulung, Möngke, pada 1209. Kublai dan Hulagu masing-masing menyusul pada 1215 dan 1217, sementara putra bungsunya Ariq Böke lahir lebih dari satu dasawarsa setelahnya.[10]
Tolui dianggap selaku prajurit terbaik dari para putra Temüjin, yang menggelari dirinya sendiri menjadi Genghis Khan dalam sebuah kurultai pada 1206.[11] Ia mengkomandani pasukan pada dinasti Tiongkok Jin. Kala Genghis terluka oleh panah saat pengepungan Xijing (kini Datong), Tolui diangkat untuk mengkomandoi pasukan pengepungan sampai Mongol menarik diri.[12] Dengan saudara iparnya Chigu, ia menyerang menyerang tembok Dexing pada musim gugur 1213 saat persiapan untuk menyerang Perlintasan Juyong.[13]
Kampanye Khorasan (1221)
Pada invasi Kekaisaran Khwarazmian, yang dimulai pada 1219, Tolui awalnya menyertai pasukan ayahnya. Mereka melakukan pengepungan di Otrar untuk menyerang pusat-ousat besar Transoxiana—ibukota Khwarazmshah Samarkand dan tetangganya Bukhara—pada awal 1220.[14] Bukhara direbut pada bulan Februari setelah pengepungan balik, sementara Samarkand jatuh pada dua bulan kemudian.[15] Genghis bergerak ke selatan menuju pegunungan Turkestan. Disana, ia menempatkan tentaranya selama musim panas sementara para panglimanya Jebe dan Subutai bergerak ke barat dan para putranya melakukan berbagai operasi. Pada musim gugur, ia diperintahkan untuk menyerang dan merebut Termez.[16] Tolui dan ayahnya menjalani musim dingin pada 1220–21 bersepakat dengan para pemberontak di hulu sungai Vakhsh yang kini berada di Tajikistan. Pada waktu itu, Jebe dan Subutai bergerak ke Iran barat, dan kota-kota yang sebelumnya direncanakan pada mereka di wilayah Khorasan telah menjadi lebih nampak. Menantu Genghis Khan Toquchar dibunuh dalam sebuah pemberontakan di Nishapur pada November 1220.[17] Usai merebut Balkh pada awal 1221 dan meneruskan pengepungan Taliqan, Genghis mengerahkan Tolui ke Khorasan untuk meredakannya dengan tanpa perlawanan yang tersisa di wilayah luas dan kaya tersebut. Tugasnya untuk meredam dan menduduki wilayah tersebut beserta kota-kotanya menjadi memungkinkan, dan ia memegang tugas tersebut "dengan sepenuh hati dari wilayah yang tak pernah dipulihkan", menurut penuturan sejarawan J.A. Boyle.[18]
Tentara Tolui terdiri dari sepersepuluh pasukan invasi Mongol yang didapatkan lewat wajib militer Khwarazmian. Sejarawan Carl Sverdrup memperkirakan jumlahnya sekitar 7.000 pasukan.[20] Ia berkirab ke wilayah barat dari Balkh sampai Murichaq, kini perbatasan Afganistan–Turkmenistan, dan kemudian melintasi sungai Marghab dan anak sungainya Kushk untuk menghampiri kota Merv dari selatan. Ia mengerahkan pasukan serbu Turkmen pada malam 24 Februari. Serangan kejut tersebut menempatkan para penyerbu di luar penjagaan, dan orang-orang yang tak dibunuh oleh Mongol atau tak tenggelam di sungai terpencar. Pasukan Mongol datang ke Merv pada keesokan harinya.[21] Usai menduduki kota tersebut selama enam hari, Tolui datang untuk memutuskan pembangunan benteng kota tersebut agar dapat bertahan dari penyerbuan jangka panjang. Menjadi khawatir akan serangan umum pada hari ketujuh, penduduk kota, yang dua kali mengupayakan pengerahan tak berdampak, kehilangan kehendak untuk memberontak dan menyerah kepada Mongol, yang berjanji untuk memperlakukan mereka secara adil.[22] Namun, Tolui merombak pengawalannya dan memerintahkan agar seluruh penduduk ditempatkan ke tanah datar dan dihadapkan pada pedang, kecuali sejumlah kecil artisan dan anak-anak. Setiap prajurit Mongol dilaporkan diperkenankan membujuk antara tiga dan empat ratus orang. Pembuat kronik kontemporer Ibnu al-Athir memperkirakan 700.000 orang tewas, sementara pembuat kronik Ata-Malik Juvayni, yang menulis beberapa dasawarsa kemudian, mencatat bahwa seorang rohainiwan menjalani tiga belas hari mencatat korban tewas dan menyatakan jumlah 1.300.000.[23]
Sementara itu, Tolui berkirab ke barat daya menuju Nishapur, yang menyaksikan sejumlah peristiwa sepanjang perang tersebut. Muhammad II, penguasa Kekaisaran Khwarazmian, datang nyaris setahun sebelumnya pada 18 April 1220, kabur dari pergerakan Mongol di Transoxiana. Ia berangkat pada pertengahan Mei tahun tersebut, tepat pada waktu melarikan pasukan Jebe dan Subutai, yang datang keesokan harinya.[24] Kota tersebut diserahkan kepada para panglima, yang meminta mereka untuk mengurangi tembok mereka dan membantu Mongol yang melewatinya. Namun, kota tersebut tak tak menerima perintah tersebut dan malah mulai menyebabkan ketegangan terhadap Mongol, menewaskan Toquchar kala ia berniat untuk mengerahkan kendali.[25] Jalal al-Din, putra sulung dan pewaris Muhammad II yang kala itu telah wafat, datang ke kota tersebut pada 10 Februari 1221, berniat untuk lari dari pengepungan Mongol di Gurganj, ibukota kekaisaran. Ia bertahan di kota tersebut hanya selama dua hari sebelum pergi dengan pengarahan dari Zozan.[26]
Tolui datang ke kota tersebut pada 7 April. Sadar akan jumlah pasukannya, para penduduk langsung berniat untuk sepakat untuk menyerah. Karena membunuh menantu khan yang berada dalam telah berada dalam kubur menyinggung Mongol, seluruh proporsal dtolak. Penyerangan dimulai sebelum akhir hari tersebut, dengan tembok diterobos pada 9 April dan kota tersebut ditaklukan keesokan harinya.[27] Menurut Juvayni, kota tersebut berniat membalas. Janda Toquchar menaungi pembantaian seluruh penduduk kota tersebut, dengan pengecualian 400 pengrajin. Tak seperti di Merv, seluruh anak dibunuh, dan jasad-jasad yang diduga berjumlah 1.747.000 korban, meliputi seluruh kucing dan anjing di kota tersebut, bertumpuk dalam jumlah besar.[28] Tanahnya kemudian dibajak sepenuhnya.[29] Kala berkirab ke wilayah tersebut, Tolui juga mengirim detasemen-detasemen melawan kota-kota sekitar seperti Abiward, Nasa, Tus, dan Jajarm.[30]
Terdapat beberapa penjelasan soal nasib Herat, kota besar terakhir di Khorasan. Sejarawan awal abad ke-20 Vasily Bartold, megutip sejarah lokal dari 1400-an, menyatakan bahwa tak ada penduduk yang dibunuh dengan pengecualian garisun. Sementara itu, pembuat kronik Minhaj-i Siraj Juzjani, yang nyaris bertarung dengan Mongol, mencatat bahwa usai pengepungan delapan bulan, kota tersebut direbut dan penduduknya dijagal.[31] Menurut kronik yang ditemukan kembali pada 1944, dua pengepungan Herat kini diketahui. Yang pertama dimulai dengan penghukuman mati utusan Mongol di kota tersebut. Tolui yang tersulut meluncurkan serangan delapan hari, yang berpuncak pada kematian malik (gubernur) kota tersebut. Dari ujung kota tersebut, Tolui menyatakan bahwa para penduduk akan dibiarkan jika mereka menyerah. Tak seperti di Merv, Mongol menghargai perkataan mereka, hanya membantai 12.000 pasukan di garisun kota tersebut. Mengangkat orang Mongol untuk memerintah kota tersebut, Tolui meninggalkan wilayah tersebut untuk bergabung kembali dengan ayahnya di Taliqan pada pertengahan 1221.[32] Kemudian, para penduduk memberontak dan dikepung berbulan-bulan oleh panglima Mongol Eljigidei, yang dikatakan menewaskan antara 1.600.000 dan 2.400.000 orang kala ia menjarah kota tersebut, dalam pembantaian yang berlangsung selama tujuh hari pada Juni 1222.[33]
Jumlah korban tewas yang biasanya dikaitkan dengan kampanye Tolui di Khorasan dipandang dilebih-lebihkan oleh para sejarawan modern. Kota-kota Merv, Nishapur, dan Herat hanya dapat mendukung penduduk yang mengabarkan mereka,[34] dan penduduk yang dilaporkan kembali nyaris secara ajaib ke kota-kota yang dihancurkan. Putra angkat Genghis Khan Shigi Qutuqu berujar untuk memerintahkan pembantaian terhadap lebih dari 100.000 orang di Merv pada November 1221, usai pemberontakan lainnya.[35] Namun, jumlahnya secara jelas mewakili musibah demografi yang sangat ekstrim terhadap penduduk asli yang mendapatinya sulit untuk menghitung kehancuran.[36] Sejarawan Michal Biran menyatakan bahwa kecepatan yang dilakukan oleh Mongol secara pragmatis membawa gaya perang brutal Asia Timur terhadap dunia Muslim menjadi faktor dalam keterkejutan budaya tersebut.[37]
Masa kekuasaan dan pertanyaan pengganti (1227–1229)
Suku-suku padang rumput Mongol tak memiliki sistem pengganti yang pasti, namun seringkali ditujukan pada beberapa bentuk ultimogenitur (penggantian oleh putra bungsu) atas dasar bahwa tak seperti abang-abangnya, putra bungsu tak akan memiliki waktu untuk meraih penggantian untuk dirinya sendiri dan memerlukan bantuan pewarisan ayahnya.[39] Namun, ini hanya diterapkan pada harta benda, bukan gelar.[40] Melalui sistem appanage Mongol, Genghis menyerahkan wilayah dan penduduk sebagai harta benda kepada setiap anggota keluarga dekatnya. Para abangnya Qasar, Hachiun, Temüge, dan Belgutei diberi wilayah di sepanjang pegunungan Khingan Raya di timur,[41] dan wilayah tiga putra tertuanya berada di barat: untuk Jochi, di sepanjang sungai Irtysh, membentang sampai Siberia dan wilayah orang Kipchak; untuk Chagatai, bekas wilayah Qara Khitai di sekitaran Almaligh, Turkestan; untuk Ögedei, wilayah di Dzungaria;[a] dan untuk Tolui, tanah air Mongolia dekat Pegunungan Altai.[43]
Sejarah Rahasia Bangsa Mongol mencatat bahwa ia memilih penggantinya atas perantaraan istrinya Yisui kala mempersiapkan kampanye Khwarazmian pada 1219. Di sisi lain, Rashid al-Din menyatakan bahwa keputusan tersebut timbul sebelum kampanye akhir khan melawan dinasti Xia.[44] Tanpa memandang tanggal, terdapat lima kemungkinan kandidat: empat putra Genghis Khan dan saudara bungsunya Temüge, yang memiliki klaim terlemah dan tak pernah dianggap serius.[45] Bahkan meskipun terdapat kemungkinan kuat Jochi, yang lahir usai Börte diculik dan dirudapaksa oleh anggota suku Merkit, merupakan anak haram, Genghis tentunya tak menyorotinya.[46] Meskipun demikian, ia dan Jochi menjadi makin berhubungan sepanjang waktu. Ini karena keputusan Jochi untuk menetap dan membesarkan perannya sendiri. Pengabdiannya pada Pengepungan Gurganj, kala ia menghancurkan kota kaya yang akan menjadi bagian wilayahnya kemudian berujung pada kegagalannya untuk diberikan bagian rampasan perang dari Genghis, yang memicu ketegangan.[47] Genghis murka terhadap penolakan Jochi untuk menghadiri kurultai pada 1223, diduga karena ia sibuk berburu, dan mengirim Ögedei dan Chagatai untuk mengirimnya kembali kala kabar datang bahwa Jochi wafat akibat penyakit berat.[48]
Sikap Chagatai terhadap kemungkinan penerus Jochi—yang ia juluki kakaknya "bajingan Merkit" dan mendampinginya di depan ayahnya—memimpin Genghis untuk memandangnya selaku sosok yang tak berkompromi, arogan, dan berpikiran sempit, disamping pengetahuan besarnya soal hukum adat Mongol.[49] Penyingkirannya menyisakan Ögedei dan Tolui selaku dua calon utama. Tolui tanpa ditanya menjadi petinggi dalam hal militer. Kampanyenya di Khorasan memecah Kekaisaran Khwarazmian, sementara Ögedei sangat kurang dapat menjadi panglima dan dikenal karena sering minum-minum melewati standar Mongol.[50] Namun, ia sangat digemari oleh semua orang di negara tersebut dan dikenal karena kemurahan hati, keberanian, dan keberkehendakan untuk menengahi dan berkompromi. Menyadari kekurangan keterampilan militernya sendiri, ia menempatkan kepercayaannya pada para bawahan handalnya. Ia juga lebih nampak menyajikan tradisi Mongol ketimbang Tolui, yang istrinya Sorghaghtani, yang menganut Kristen Nestorian, menjadi pelindung banyak agama lainnya.[51]
Tolui mendampingi ayahnya Genghis Khan kala Genghis Khan gugur pada 1227 kala kampanye melawan Xia. Selaku putra bungsu, Tolui menjabat sebagai wali raja dan mengurusi kekaisaran. Diyakini dikarenakan tradisi sebelumnya, ia menghimpun landasan terhadap apa yang dilakukan usai kematian khan. Ini meliputi pertimbangan seluruh tindakan serangan militer yang melibatkan pasukan Mongol, pengadaan masa berkabung dalam jangka panjang, yang akan dinaungi wali raja, dan mengadakan kurultai yang akan mencalonkan para penerus dan memilih mereka.[52] Bagi Tolui, ini dianggap sebagai kesempatan. Ia masih menjadi calon kuat selaku pengganti dan mendapat dukungan dari keluarga Jochi. Namun, kurultai umum manapun, yang dihadiri oleh para panglima yang diangkat dan dihormati oleh Genghis, akan menyoroti keinginan bekas penguasa mereka tanpa pertanyaan dan melantik Ögedei sebagai penguasa. Keengganan Tolui untuk mengadakan kurultai dianggap disebabkan oleh kabar ancaman yang ditujukan terhadap ambisinya.[53] Pada akhirnya, Tolui dibujuk oleh birokrat Yelu Chucai untuk mengadakan kurultai. Pada 1229, Ögedei diamhkotai sebagai khan, dengan Tolui tercatat sebagai orang pertama yang mengakui penguasa baru tersebut. Sejarah Rahasia yang ditulis oleh para pembuat kronik pendukung Tolui, mungkin melebih-lebihkan perannya.[54]
Masa hidup di bawah kekuasaan Ögedei dan kematian (1229–1232)
Sisa-sisa dinasti Jin di Shaanxi memberikan kesulitan untuk menangani permulaan masa kekuasaan Ögedei: panglima utama mereka mengalahkan panglima Mongol pada 1230 di Perlintasan Tongguan. Ögedei mengerahkan dirinya ke medan tersebut pada musim gugur, didampingi oleh Tolui dan putranya Möngke, yang dibesarkan oleh istri ketiga Ögedei yang tak memiliki anak, Angqui.[55] Kebanyakan peristiwa dalam kampanye tersebut saling bertentangan dalam sumber-sumber karena kesulitan krnologi dan kemudian penekanan informasi tabu: anggapan yang dituturkan oleh sejarawan Christopher Atwood. Kekalahan di Perlintasan Tongguan nampaknya dipicu oleh dua orang lebih, mungkin meliputi Subutai. Anggapan tersebut mengancam stabilitas masa kekuasaan Ögedei dan sehingga ia mundur secara pribadi, didampingi oleh keluarga dekatnya.[56] Sejumlah sumber yang dituliskan pada masa kekuasaan putra Tolui, Kublai, mengaitkan kekalahan kepanglimaan parah Ögedei dan menjunjung Tolui atas kemenangan berikutnya dan menepis keluhan-keluhan saudaranya dengan kata-kata bijak.[57]
Dengan Perlintasan Tongguan direbut oleh Jin dan pasukan Mongol mengalami bencana kelaparan di provinsi Shaanxi, para saudara menarik diri ke Mongolia Dalam untuk perencanaan. Mereka memutuskan untuk mengadopsi salah satu gagasan ayah mereka: dalam gerakan menjepit masif, Tolui, didampingi oleh Subutai dan Shigi Qutuqu, akan melintasi Tongguan dengan mendorong wilayah kekuasaan Song ke selatan Shaanxi, sementara Ogedei berkirab menuju ibikota Jin Kaifeng di sepanjang Sungai Kuning.[58] Strategi berresiko tersebut terbayarkan—meskipun pasukan Tolui diduga menderita kerugian sehingga mereka terpaksa melakukan kanibalisme—ia berhasil mewujudkan tujuan-tujuan terhadap wilayah Song yang tak tersentuh, melintasi kembali provinsi Jin Henan, dan menghadapi musuh di Gunung Sangfeng pada 9 Februari 1232. Tentara Tolui kalah jumlah oleh ketimpangan besar, Jin mengancam untuk merudapaksa seluruh wanita Mongol dalam ketentaraan. Usai pasukan Tolui meraih kemenangan, mereka membalasnya dengan mensodomi seluruh pasukan Jin.[59] Keberhasilan Tolui memperkuat pendiriannya dalam istana Mongol, sementara penampilan militer Ogedei melemahkan dirinya sendiri.[60]
Tolui wafat setahun kemudian dengan alasan misterius di dekat Beijing. Ia bergerak menuju utara dengan abangnya kala Subutai mengepung Kaifeng.[61] Menurut catatan resmi dalam Sejarah Rahasia, ia mengorbankan nyawanya dalam upacara shamanik untuk menyelamatkan Ögedei, yang dikutuk oleh arwah-arwah penasaran Tiongkok Jin. Meskipun para shaman berniat untuk menyingkirkan arwah-arwah dengan pemberian rampasan, ternak atau masyarakat umum, mereka hany berkehendak untuk menerima seorang anggota keluarga kekaisaran.[62] Tolui dikatakan sukarela menerima nasib tersebut, sesuai dengan nubuat yang diduga dibuat olehnya pada masa hidup ayahnya, sebuah kisah aneh yang menimbulkan kecurigaan bahwa yang menyatakan agar Ögedei telah membunuh Tolui.[63] Atwood berpendapat bahwa dugaan tersebut merupakan tujuan yang ditujukan pada Sejarah Rahasia, yang ditulis di bawah perlindungan para keturunan Tolui yang ingin secara halus menyudutkan para pesaing Ögedeid mereka.[64] Ia mencetuskan agar memberikan pernyataan bahwa kematiannya disebabkan oleh mabuk, sesuai yang dituturkan oleh Juvayni, menjadi lebih memungkinkan. Meskipun demikian, penjelasan resmi yang dicetuskan oleh Sorghaghtani mengukuhkan pendirian keluarganya di puncak kekuasaan Mongol.[65]
Sorghaghtani mewarisi harta benda Tolui usai kematiannya atas perintah Ögedei. Dengan membekingi sebagian besar lahannya di Mongolia, ia menjadi salah satu sosok paling dihormati dan berkuasa di kekaisaran tersebut.[66] Ia memainkan peran besar dalam menanam aliansi dengan para keturunan Jochi di Tanduk Emas, yang berpuncak pada Revolusi Toluid 1252, pengangkatan putra sulungnya Möngke, dan pembersihan yang nyaris total terhadap cabang-cabang Ögedeid dan Chagataid dari keluarga kekaisaran.[67] Toluid masih menjadi pemegang gelar kekaisaran sebagaimana yang berkembang dalam dinasti Yuan di bawah kekuasaan putra kedua Kublai dan kemudian runtuh, sementara putra ketiganya Hulagu menjadi pendiri Ilkhanat di Persia.[68] Tolui kemudian diangkat ke status khagan oleh Kublai, usai ia mendirikan dinasti Yuan pada akhir abad ke-13, kala ia dan Sorghaghtani juga menjadi sosok besar dalam pemujaan Delapan Yurt Putih di Mongolia, yang kini bermarkas besar di Mausoleum Genghis Khan.[69]
Keluarga
Khagan atau wali raja Kekaisaran Mongol ditebalkan. Sumber:[70]
Hoelun | Yesugei | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Börte | Genghis Khan | Hasar | Hachiun | Temüge | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jochi | Chagatai | Ögedei | Tolui | Sorghaghtani Beki | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Güyük | Möngke | Kublai | Hulagu | Ariq Böke | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Zhenjin | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Temür | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Referensi
Catatan
Kutipan
- ^ a b c d Moule 1957, hlm. 102.
- ^ Atwood 2004, hlm. 46, 542.
- ^ Mote 1999, hlm. 428; Ratchnevsky 1991, hlm. 228.
- ^ Atwood 2004, hlm. 4; Mote 1999, hlm. 428.
- ^ May 2018, hlm. 51.
- ^ Atwood 2004, hlm. 542; Togan 2016, hlm. 417–418.
- ^ Togan 2016, hlm. 416–420.
- ^ Ratchnevsky 1993, hlm. 77–78; Atwood 2004, hlm. 542.
- ^ Atwood 2004, hlm. 425, 542; Mote 1999, hlm. 417–420; Ratchnevsky 1991, hlm. 80.
- ^ Atwood 2004, hlm. 21, 511–512.
- ^ Atwood 2004, hlm. 542; Mote 1999, hlm. 428; Ratchnevsky 1991, hlm. 89–90.
- ^ May 2018, hlm. 51–52; Ratchnevsky 1991, hlm. 110.
- ^ Atwood 2004, hlm. 542; Sverdrup 2017, hlm. 114.
- ^ Jackson 2017, hlm. 77–78; Buniyatov 2015, hlm. 114–117.
- ^ Biran 2012, hlm. 56–58; Jackson 2017, hlm. 78.
- ^ Boyle 2007, hlm. 308–311.
- ^ Boyle 2007, hlm. 311–314; Manz 2010, hlm. 134–135.
- ^ Jackson 2017, hlm. 79; Manz 2010, hlm. 134–135; Boyle 2007, hlm. 312.
- ^ Reinert 2011.
- ^ Manz 2010, hlm. 134–135; Jackson 2017, hlm. 79; Sverdrup 2017, hlm. 160–161.
- ^ Boyle 2007, hlm. 313.
- ^ Man 2004, hlm. 175–176; Boyle 2007, hlm. 313.
- ^ Boyle 2007, hlm. 313–314; Man 2004, hlm. 176–177.
- ^ Boyle 2007, hlm. 306–307.
- ^ Biran 2012, hlm. 60; Boyle 2007, hlm. 310, 314; Jackson 2017, hlm. 80.
- ^ Boyle 2007, hlm. 317.
- ^ Boyle 2007, hlm. 314; Sverdrup 2017, hlm. 161.
- ^ Atwood 2004, hlm. 343; Boyle 2007, hlm. 314–315; Morgan 1986, hlm. 74.
- ^ Biran 2012, hlm. 60; Man 2004, hlm. 174.
- ^ Jackson 2017, hlm. 80.
- ^ Boyle 2007, hlm. 315.
- ^ Boyle 2007, hlm. 315–317.
- ^ Boyle 2007, hlm. 316.
- ^ Atwood 2004, hlm. 344; Morgan 1986, hlm. 74–77.
- ^ Man 2004, hlm. 178–179.
- ^ Atwood 2004, hlm. 344; May 2018, hlm. 63; Morgan 1986, hlm. 78.
- ^ Biran 2012, hlm. 64–65.
- ^ May 2018, hlm. 66.
- ^ Fitzhugh, Rossabi & Honeychurch 2009, hlm. 109.
- ^ Togan 2016, hlm. 408–409; May 2018, hlm. 68.
- ^ Atwood 2004, hlm. 45.
- ^ Biran 2012, hlm. 69.
- ^ Favereau 2021, hlm. 65; Atwood 2004, hlm. 18; Biran 2012, hlm. 69.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 125; May 2018, hlm. 69.
- ^ May 2018, hlm. 69.
- ^ Mote 1999, hlm. 434; May 2018, hlm. 69; Favereau 2021, hlm. 65.
- ^ Barthold 1992, hlm. 457–458; Favereau 2021, hlm. 61–62.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 136–137; Atwood 2004, hlm. 278–279.
- ^ Atwood 2004, hlm. 81; May 2018, hlm. 69.
- ^ May 2018, hlm. 69–70; Barthold 1992, hlm. 463; Atwood 2004, hlm. 418.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 126–128; May 2018, hlm. 69–70; Boyle 2007, hlm. 540–541; Barthold 1992, hlm. 463.
- ^ Atwood 2004, hlm. 542; May 2018, hlm. 68–69.
- ^ Barthold 1992, hlm. 463; May 2018, hlm. 70–71, 94–95.
- ^ Barthold 1992, hlm. 463; May 2018, hlm. 94–95.
- ^ Atwood 2004, hlm. 277, 362.
- ^ Atwood 2015, hlm. 264–267.
- ^ Atwood 2015, hlm. 268–269.
- ^ Atwood 2015, hlm. 270–271; Sverdrup 2017, hlm. 233–238.
- ^ Atwood 2015, hlm. 271–272; Sverdrup 2017, hlm. 250–252.
- ^ Atwood 2015, hlm. 272–273.
- ^ Man 2004; Atwood 2004.
- ^ de Rachewiltz 2015, §272.
- ^ Atwood 2004, hlm. 542; Atwood 2008, hlm. 193; May 2018, hlm. 97–98.
- ^ Atwood 2008, hlm. 198–202.
- ^ Atwood 2008, hlm. 199–202; Atwood 2015, hlm. 273–274.
- ^ Atwood 2004, hlm. 362, 512.
- ^ Atwood 2004, hlm. 512; Biran 2012, hlm. 78; May 2018, hlm. 144–151.
- ^ Morgan 1986, hlm. 117; Biran 2012, hlm. 80–81.
- ^ Atwood 2004, hlm. 161–165; Moule 1957, hlm. 102.
- ^ Mote 1999, hlm. 415.
Sumber
- Atwood, Christopher P. (2004). Encyclopedia of Mongolia and the Mongol Empire. New York: Facts on File. ISBN 978-0-8160-4671-3. Diakses tanggal 2 March 2022.
- Atwood, Christopher P. (2008). "The Sacrificed Brother in the "Secret History of the Mongols"". Mongolian Studies. 30/31: 189–206. JSTOR 43193541.
- Atwood, Christopher P. (2015). "Pu'a's Boast and Doqolqu's Death: Historiography of a Hidden Scandal in the Mongol Conquest of the Jin". Journal of Song-Yuan Studies. 45: 239–278. doi:10.1353/sys.2015.0006. JSTOR 44511263.
- Barthold, Vasily (1992). Bosworth, Clifford E., ed. Turkestan Down To The Mongol Invasion (edisi ke-Third). New Delhi: Munshiram Manoharlal. ISBN 978-8-1215-0544-4.
- Biran, Michal (2012). Genghis Khan. Makers of the Muslim World. London: Oneworld Publications. ISBN 978-1-7807-4204-5.
- Boyle, John Andrew (2007). The Cambridge History of Iran Volume 5: The Saljuq and Mongol Periods. Cambridge: Cambridge University Press. doi:10.1017/CHOL9780521069366. ISBN 978-1-1390-5497-3.
- Buniyatov, Z. M. (2015). A History of the Khorezmian State Under the Anushteginids, 1097-1231 Государство Хорезмшахов-Ануштегинидов: 1097-1231 [A History of the Khorezmian State under the Anushteginids, 1097-1231]. Diterjemahkan oleh Mustafayev, Shahin; Welsford, Thomas. Moscow: Nauka. ISBN 978-9-9433-5721-1.
- Favereau, Marie (2021). The Horde: How the Mongols Changed the World. Cambridge: Harvard University Press. doi:10.2307/j.ctv322v4qv. ISBN 978-0-6742-5999-7. JSTOR j.ctv322v4qv.
- Fitzhugh, William W.; Rossabi, Morris; Honeychurch, William, ed. (2009). Genghis Khan and the Mongolian Empire . Washington: Mongolian Preservation Foundation. ISBN 978-0-2959-8957-0.
- Jackson, Peter (2017). The Mongols and the Islamic World: From Conquest to Conversion. New Haven: Yale University Press. ISBN 978-0-3001-2533-7. JSTOR j.ctt1n2tvq0.
- Man, John (2004). Genghis Khan: Life, Death and Resurrection . London: Bantam Press. ISBN 978-0-3123-1444-6.
- Manz, Beatrice Forbes (2010). "The rule of the infidels: the Mongols and the Islamic world". Dalam Morgan, David; Reid, Anthony. The New Cambridge History of Islam Volume 3: The Eastern Islamic World, Eleventh to Eighteenth Centuries. The New Cambridge History of Islam (edisi ke-1st). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-5218-5031-5.
- May, Timothy (2018). The Mongol Empire. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-4237-3. JSTOR 10.3366/j.ctv1kz4g68.
- Morgan, David (1986). The Mongols . The Peoples of Europe. Oxford: Blackwell Publishing. ISBN 978-0-6311-7563-6.
- Mote, Frederick W. (1999). Imperial China, 900-1800. Cambridge: Harvard University Press. ISBN 978-0-6740-1212-7.
- Moule, Arthur C. (1957). The Rulers of China, 221 BC-AD 1949 . London: Routledge. OCLC 223359908.
- The Secret History of the Mongols: A Mongolian Epic Chronicle of the Thirteenth Century (Shorter Version; edited by John C. Street). Diterjemahkan oleh de Rachewiltz, Igor. Bellingham: Western Washington University. 2015. Diakses tanggal 22 November 2022.
- Ratchnevsky, Paul (1991). Genghis Khan: His Life and Legacy . Diterjemahkan oleh Thomas Haining. Oxford: Blackwell Publishing. ISBN 978-0-6311-6785-3.
- Ratchnevsky, Paul (1993). "Sigi Qutuqu (c. 1180–c. 1260)". Dalam de Rachewiltz, Igor. In the Service of the Khan: Eminent Personalities of the Early Mongol-Yüan Period (1200-1300). Wiesbaden: Harrassowitz Verlag. ISBN 978-3-4470-3339-8.
- Reinert, B. (2011). "AṬṬĀR, FARĪD-AL-DĪN". Dalam Yarshater, Ehsan. Encyclopædia Iranica, Online Edition. Encyclopædia Iranica Foundation. Diakses tanggal 15 August 2023.
- Sverdrup, Carl (2017). The Mongol Conquests: The Military Campaigns of Genghis Khan and Sübe'etei . Solihull: Helion & Company. ISBN 978-1-9133-3605-9.
- Togan, Isenbike (2016). "Otchigin's Place in the Transformation from Family to Dynasty". Dalam Zimonyi, Istvan; Karatay, Osman. Central Asia in the Middle Ages: Studies in Honour of Peter B. Golden. Turcologica. 104. Wiesbaden: Harrassowitz Verlag. hlm. 407–423. ISBN 978-3-4471-0664-1.
Tolui Wangsa Borjigin (1206–1635) Lahir: 1192 Meninggal: 1232
| ||
Gelar | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Genghis Khan |
Regen Kekaisaran Mongol 1227–1229 |
Diteruskan oleh: Ögedei Khan |