Jochi
Jochi (bahasa Mongol: Жочи; Jochi), juga dikenal sebagai Jüchi (bahasa Mongol: Жүчи; Jüchi) atau Tushi (bahasa Mongol: Туши; Tushi); ca 1182 – ca 1225)[1] adalah seorang pangeran pada zaman Kekaisaran Mongol awal. Kehidupannya ditandatai oleh kontroversi atas peristiwa kelahirannya dan berpincak pada keanehannya dari keluarganya. Sehingga, ia menjadi panglima militer berpengaruh dan tokoh menonjol keluarganya yang memerintah atas kekhanan Gerombolan Emas.
Jochi | |
---|---|
Khan Ulus Jochi | |
Pendahulu | tidak ada |
Penerus | Orda Batu |
Kelahiran | ca 1182 |
Kematian | ca 1225 |
Keturunan | Orda Khan Batu Khan Berke Khan lain-lain |
Dinasti | Borjigin |
Ibu | Börte |
Jochi adalah putra dari Börte, istri p Жүч ertama pemimpin Mongol Temüjin. Selama beberpaa bulan sebelum kelahiran Jochi, Börte telah menjadi tahanan suku Merkit, kala ia terpaksa menikah dan diperkosa oleh salah satu dari mereka. Meskipun terdapat keraguan menonjol atas identitas orangtua Jochi, Temüjin menganggapnya sebagai putranya dan sehingga merawatnya. Kebanyakan orang Mongol, terutama putra Börte berikutnya Chagatai, tak sepakat; ketegangan tersebut kemudian berujung pada Jochi dikecualikan dari suksesi takhta Mongol.
Usai Temüjin mendirikan Kekaisaran Mongol pada 1206 dan menyandang nama Jenghis Khan, ia mempercayakan Jochi denagn sembilan ribu prajurit dan wilayah luas di barat wilayah jantung Mongol; Jochi mengkomandani dan ikut serta dalam sejumlah kampanye untuk mengamankan dan memperluas kekuatan Mongol di wilayah tersebut. Ia juga menjadi panglima berpengaruh pada invasi Kekaisaran Khwarazmia (1219–1221), kala ia menduduki kota-kota dan suku-suku di utara. Namun, pada Pengepungan Gurganj 1221, ketegangan timbul antara dirinya, saudara-saudaranya, dan Jenghis, yang tak pernah sembuh. Jochi masih diasingkan dari keluarganya kala ia wafat akibat penyakit pada ca 1225. Putranya Batu diangkat untuk memerintah wilayahnya pada pendiriannya.
Kelahiran dan orangtua
suntingIbu Jochi, Börte, lahir dari suku Onggirat, yang hidup di sepanjang pegunungan Khingan Raya di selatan sungai Ergüne, yang kini berada di Mongolia Dalam.[2] Pada usia sepuluh tahun, ia dijodohkan dengan pemuda Mongol bernama Temüjin, putra kepala suku Mongol Yesugei.[a] Tujuh tahun kemudian (ca 1178), usai ia menjalani masa remaja, mereka menikah.[4] Mereka mendapatkan anak sulung mereka, seorang putri bernama Qojin, pada 1179 atau 1180.[5] Dengan membentuk aliansi dengan para pemimpin stepa terkenal, seperti temannya Jamukha dan bekas sekutu ayahnya Toghrul, dan dengan bantuan karismanya, Temüjin mulai mengumpulkan pengikut dan meraih kekuasaan.[6] Kabar kebangkitannya tersebar dan kemudian mendapatkan perhatian dari suku Merkit, suku tempat Yesugei menculik ibu Temüjin Hö'elün, menjadikannya musuh bebuyutan; mereka memutuskan untuk balas dendam terhadap pewaris Yesugei.[7]
Karena dampak mereka, peristiwa berikutnya dianggap sangat kontroversial: kebanyakan penulis kontemporer tak menyebutkan peristiwa apapun, selain dua sumber yang melakukannya (Sejarah Rahasia Bangsa Mongol, sebuah syair epik pertengahan abad ke-15, dan Jami al-tawarikh karya sejarawan Persia abad ke-14 Rashid al-Din) yang sangat berseberangan.[8] Pada 1180 atau 1181,[9] pasukan besar Merkit menyerbu kemah Temüjin; kala sebagian besar keluarganya memutuskan untuk kabur, Börte ditangkap.[10] Ia dipaksa menikahi Chilger-Bökö, adik suami asli Hö'elün. Sementara itu, Temüjin membujuk sekutunya untuk mengumpulkan pasukan besar untuk membantunya menyelamatkan Börte.[11] Di bawah komando Jamukha, pasukan terpadu berkampanye melawan Merkit dan mengalahkan mereka, memulangkan Börte dan mengambil sejumlah besar jarahan.[12]
Namun, ada masalah—Börte sedang hamil besar dan kemudian, di kemah Jamukha, melahirkan Jochi. Karena Chilger-Bökö secara tanpa ragu telah memperkosanya, dan karena ia berada di kalangan suku Merkit selama nyaris sembialn bulan, identitas orangtua Jochi diragukan;[13] ini nampak pada namanya, yang artinya "tamu" dalam bahasa Mongolia.[14] Kala Temüjin selalu menganggap Jochi sebagai putra kandungnya dan sehingga merawatnya, kebanyakan orang Mongol, seperti adiknya Chagatai, menganggapnya sebagai anak haram yang diturunkan oleh Chilger-Bökö.[15]
Masa dewasa
suntingPernikahan dan keluarga
suntingJochi tak muncul lagi dalam sumber-sumber sejarah sampai 1203.[16] Pada waktu itu, Jochi telah dewasa untuk menikah. Temüjin berniat untuk menjodohkannya dengan putri sekutunya Toghrul, namun rencana tersebut dipandang sebagai penghinaan oleh orang-orang Toghrul dan kemudian berujung pada perang antara dua pemimpin tersebut.[17] Usai kekalahan Toghrul, Jochi diberi salah satu kemenakannya, Begtütmish, sebagai istri.[18] Ia juga menikahi wanita lain: kemenakan Börte, Öki; kerabatnya, Sorghan; dan beberapa wanita kurang berpengaruh, yakni Qutlugh Khatun, Sultan Khatun, Nubqus, Shīr, Qarajin, dan Kul. Selain itu, Jochi mengambil para gundik. Tidak diketahui siapa istri utama Jochi. Namun, istri utamanya diyakini adalah Öki atau Sorghan.[19]
Para putra paling berpengaruh dari Jochi adalah Orda Khan dan Batu Khan. Mereka masing-masing adalah anak dari Sorghan dan Öki. Entah wanita tersebut atau Begtütmish adalah ibu dari putra terkenal Jochi lainnya, Berke. Selain ketiganya, ia merawat putra dan putri lainnya, namun tak ada yang memiliki karir signifikan. menunjukkan status rendah dari para ibu mereka.[20] Para keturunan putranya yang lebih mudah tak pernah disempatkan pada silsilah Jochi untuk mengesahkan hak mereka untuk berkuasa: ini meliputi Khiḍr Khan dari garis Shiban, dan Tokhtamysh yang diturunkan dari putra bungsu Jochi, Tuqa-Timur.[21]
Komando awal
suntingPada 1206, saat menyatukan suku-suku Mongolia, Temüjin mengadakan pertemuan besar yang disebut kurultai kala ia menyandang nama "Jenghis Khan".[22] Ia juga mulai merombak bangsa barunya, membagi bangsa tersebut di antara para anggota dinasti pemerintahannya. Sebagai putra sulung, Jochi meraih bagian terbesar—sembilan ribu prajurit bawahan, semuanya dengan keluarga dan gembala mereka sendiri; Chagatai meraih delapan ribu, dan adik-adik mereka Ögedei dan Tolui masing-masing meraih lima ribu.[23] Sebagaimana yang diharapkan untuk anak sulung, Jochi meraih wilayah yang paling jauh dari tanah air untuk ulus-nya (domain): mereka berada di Mongolia barat sepanjang Sungai Irtysh.[24]
Alokasi tersebut dibuat dalam harapan agar Jochi akan mengembangkannya, dan sehingga pada 1207–08 ia berkampanye melawan dan menundukkan Hoi-yin Irgen , sekumpulan suku di tepi taiga Siberia antara sungai-sungai Angara dan Irtysh.[25] Jochi menjalin aliansi pernikahan dengan suku Oirat, yang pemimpinnya Qutuqa Beki memandu bangsa Mongol ke Kirgiz Yenisei dan anggota Hoi-yin Irgen lainnya. Suku-suku tersebut kemudian mengajukan diri, dan Jochi memegang kendali atas perdagangan bahan pokok dan bulu di wilayah tersebut, serta pertambangan emasnya.[26] Ia kemudian mengerahkan pasukan Subutai untuk mengalahkan pasukan Merkit dalam pertempuran Sungai Irtysh pada akhir 1208 atau awal 1209.[27] Jochi kemudian berkampanye secara bergantian melawan Merkit dan sekutu Qangli mereka sepanjang dasawarsa berikutnya, pada akhirnya menghancurkan sisa terakhir suku tersebut pada 1217 atau 1218 bersama dengan Subutai.[28] Sejarawan Christopher Atwood berpendapat bahwa penjelasan tersebut meminimalisir peran Jochi, bahwa pada kenyataannya ia, bukan Subutai, adalah panglima utama dalam seluruh kampanye melawan Merkit dan Qangli, dan bahwa hanya untuk memerintah bekas wilayah Qangli dibenarkan oleh kesuksesan kampanye tersebut.[29]
Bersama dengan saudara-saudaranya Chagatai dan Ögedei, Jochi mengkomandani sayap kanan dalam invasi tahun 1211 terhadap dinasti Jin Tiongkok. Pasukan Mongol berkirab ke selatan dari markas besar kampanye Jenghis di wilayah yang sekarang menjadi Mongolia Dalam: mula-mula mereka menyerang kota-kota di kawasan antara Hohhot dan Datong, dan kemudian mereka melewati Pegunungan Taihang di Shanxi, tempat mereka merampas dan menjarah.[30] Ia juga ikut serta dalam pertikaian Sungai Irghiz, sebuah kejadian yang penjalinan bertarung melawan pasukan Muhammad II dari Khwarazm.[31] Sejarah Rahasia mencatat dua perbincangan antara Jochi dan ayahnya tentang kampanye-kampanyenya: yang satu kala Jenghis menolak permintaan Jochi untuk membiarkan pemanah Merkit menonjol tetap hidup, dan yang lainnya kala kepulangan kemenangan Jochi dari pertempuran meraih pujian tinggi dari ayahnya.[32]
Perang Khwarazmia dan suksesi
suntingPada 1218, Jenghis memutuskan untuk meluncurkan sebuah kampanye melawan Kekaisaran Khwarazmia Asia Tengah setelah rombongan dagang Mongol dibunuh oleh gubernur kota perbatasan Otrar dan dorongan diplomatik berikutnya mengalami kegagalan.[33] Menurut Sejarah Rahasia, Yesui, salah satu istri sekunder Jenghis, memintanya untuk memutuskan suksesi sebelum terlambat. Walau Jenghis nampak tak peduli soal kemungkinan pengesahan Jochi, Chagatai dengan keras menentang saudaranya menjadi khan berikutnya, dengan berteriak "Bagaimana bisa kita membiarkan diri kita sendiri diatur oleh anak haram Merkit ini?" Setelah omelan para saudaranya ditarik, Sejarah Rahasia melanjutkan, saran Ögedei sebagai kandidat kompromi didorong oleh para saudara sekaligus ayah mereka.[34] Karena sumber-sumber lainnya yang menampilkan pertemuan kurang menonjol yang terjadi usai kesudahan perang, beberapa sejarawan berpendapat bahwa catatan Sejarah Rahasia adalah "interpolasi pada masa berikutnya" dan Jochi hanya kehilangan tempatnya sebagai pewaris usai membuat kekeliruan pada kampanye Khwarazmia.[35]
Pasukan Mongol, yang diperkirakan berjumlah 150.000 atau 200.000 pasukan, diturunkan ke Otrar pada akhir 1219. Meninggalkan Chagatai dan Ögedei untuk mengepung kota tersebut, Jenghis menempatkan adik mereka Tolui dan bergerak ke gurun Kyzyl Kum untuk menyerang kota Bukhara.[36] Sementara itu, Jochi dikerahkan untuk berkirab ke sungai Syr Darya menuju arah ibukota Khwarazmia Gurganj dan menundukkan seluruh kota di sepanjang rute, yang Jenghis tujukan untuk menjadi bagian dari teritorial Jochi. Kota-kota Sighnaq dan Asanas utamanya menawarkan pemberontakan keras dan penduduk mereka kemudian dijagal, sementara Jand dan Yanikant diduduki tanpa banyak ketegangan.[37] Pada akhir 1220, ia bergerak ke barat daya di sepanjang pantai Laut Aral menuju Gurganj, sementara saudara-saudaranya Chagatai dan Ögedei, merebut Otrar, menggantikan posisinya.[38]
Terdapat catatan kontradiksi dari pengepungan Gurganj dan Jochi ikut serta di dalamnya. Apa yang menentukan bahwa pengepungan tersebut berjalan panjang, berlangsung antara empat dan tujuh bulan, dan bahwa ini merupakan kegarangan besar: pasukan pertahanan Khwarazmia memaksa pasukan Mongol untuk melakukan perang perkotaan dari rumah ke rumah, dengan sebagian besar kota dihancurkan dengan cara pembakaran naphtha atau dibanjiri dari bendungan-bendungan yang diruntuhkan.[39] Usai kejatuhan kota tersebut, para penduduknya dibunuh atau diperbudak.[40]
Penjelasan lazim dari pengepungan tersebut menuturkan bahwa Jochi dan Chagatai bertikai soal cara terbaik melakukan perjuangannya, kala Jochi menganggap bahwa kota kaya tersebut akan menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya dan berharap untuk menghancurkannya sedikit mungkin. Di sisi lain, Chagatai tak memegang anggapan semecam itu. Kala Jenghis mendengar soal pergesekan tersebut, ia memerintahkan agar Ögedei memutuskan untuk mengkomandoi saudara-saudaranya.[41] Namun, Atwood berpendapat bahwa penjelasan tersebut adalah reka cipta pada masa berikutnya yang dirancang untuk menekankan peran Ögedei sebagai khan kekaisaran dan Jochi pada kenyataannya masih memegang keutamaan sepanjang pengepungan tersebut.[42]
Kematian dan peninggalan
suntingApapun penjelasan yang ada, Jochi kehilangan perasaan dari ayahnya usai pengepungan.[43] Jenghis nampak menganggap pengepungan militer destruktif berkepanjangan tersebut gagal, dan juga disorot oleh kegagalan Jochi untuk memberikannya bagian hak rampasannya.[44] Usai keajadian tersebut, Chagatai dan Ögedei berangkat ke selatan untuk bergabung dengan ayah mereka dalam rangka penindakan mereka terhadap pangeran Khwarazmia Jalal al-Din, sementara Jochi bergerak ke utara, diyakini untuk menundukkan Qangli. Beberapa sumber menduga bawah ia memberikannya waktu berburu, sebuah kegiatan yang sangat disukai olehnya. Tidak jelas jika ia pernah bertemu ayahnya lagi.[45]
Meskipun Jochi mengirim sejumlah besar keledai liar dan 20.000 kuda putih kepada Jenghis sebagai hadiah pada ca 1224, hubungannya masih memburuk karena pra-pendudukan Jochi dengan wilayahnya.[46] Kala kepulangannya, Jenghis memerintahkan Jochi untuk bergabung dengannya, namun Jochi mengklaim ia terlalu sakit untuk melakukannya. Kala seorang penjelajah mengklaim bahwa ia tidak sakit dan sebenarnya berburu, Jenghis memutuskan untuk mengirimkannya untuk berlutut. Sebelum ia dapat melakukannya, pada 1225 atau 1227,[b] kabar datang bahwa Jochi wafat akibat sakit.[49] Satu catatan menyatakan bahwa Jochi ditawari oleh penghancuran di Gurganj bahwa ia membuat aliansi rahasia dengan Khwarazmia, dan mendapati bahwa, Jenghis memerintahkan agar Jochi diracun; catatan tersebut nampaknya adalah sebuah pemalsuan.[50]
Batu dikonfirmasi sebagai penguasa wilayah ayahnya oleh Jenghis—kakaknya Orda memegang posisi rendah.[51] Keturunan Jochi bertumbuh lebih independen, kemudian berkuasa atas negara yang dikenal sebagai Gerombolan Emas.[52] Meskipun mausoleum besar di Wilayah Ulytau, Kazakhstan, secara tradisional teridentifikasi sebagai tempat peristirahatan jasad Jochi, penanggalan radiokarbon mengindikasikan bahwa bangunan tersebut dibangun pada masa berikutnya dan bahwa tempat tersebut bukanlah tempat pemakaman.[53]
Referensi
suntingCatatan
suntingKutipan
sunting- ^ Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Atwood 2004, hlm. 456.
- ^ Atwood 2004, hlm. 389–391.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 49–50, 57; Ratchnevsky 1991, hlm. 20–21, 31; May 2018, hlm. 23–28.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 58.
- ^ Favereau 2021, hlm. 34; May 2018, hlm. 28–30; Ratchnevsky 1991, hlm. 31–34.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 34; Broadbridge 2018, hlm. 46–47.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 58–64; Ratchnevsky 1991, hlm. 34–37; May 2018, hlm. 30–31.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 63.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 34; May 2022a, hlm. 55.
- ^ May 2018, hlm. 30; May 2022a, hlm. 55–56; Broadbridge 2018, hlm. 59; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Favereau 2021, hlm. 34; Ratchnevsky 1991, hlm. 35–36; May 2018, hlm. 30.
- ^ Biran 2012, hlm. 35; May 2022a, hlm. 56; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 25; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Favereau 2021, hlm. 65; Biran 2012, hlm. 35; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ May 2017, hlm. 162.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 67–69; May 2022a, hlm. 59–61; Broadbridge 2018, hlm. 78–79.
- ^ May 2022a, hlm. 61.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 230–231.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 229–232.
- ^ May 2018, hlm. 302–304.
- ^ Atwood 2004, hlm. 98–99.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 30–31.
- ^ Biran 2012, hlm. 69; Favereau 2021, hlm. 65–66; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248.
- ^ May 2022b, hlm. 138; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248.
- ^ Atwood 2004, hlm. 502; May 2018, hlm. 44–45; May 2022b, hlm. 139.
- ^ May 2018, hlm. 45; Favereau 2021, hlm. 43–44.
- ^ Atwood 2004, hlm. 278; Favereau 2021, hlm. 46–47; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248.
- ^ Atwood 2017, hlm. 44–45, 50.
- ^ Favereau 2021, hlm. 48; Dunnell 2023, hlm. 35; Atwood 2004, hlm. 278; Atwood 2017, hlm. 36.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 38; May 2018, hlm. 58–59.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 116–118.
- ^ Biran 2012, hlm. 54–55.
- ^ Atwood 2004, hlm. 278, 416; Broadbridge 2018, hlm. 130; May 2018, hlm. 69; Ratchnevsky 1991, hlm. 125–126.
- ^ Broadbridge 2018, hlm. 131; Dunnell 2023, hlm. 41; Favereau 2021, hlm. 63.
- ^ Boyle 2007, hlm. 307; Dunnell 2023, hlm. 42; Biran 2012, hlm. 56.
- ^ Barthold 1992, hlm. 414–416; Chambers 1979, hlm. 10; Favereau 2021, hlm. 61.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 44; Barthold 1992, hlm. 433.
- ^ Atwood 2017, hlm. 51; Barthold 1992, hlm. 434–437.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 131; Atwood 2017, hlm. 51.
- ^ Atwood 2017, hlm. 52–53; Dunnell 2023, hlm. 44; Barthold 1992, hlm. 435; Ratchnevsky 1991, hlm. 136–137.
- ^ Atwood 2017, hlm. 53.
- ^ Atwood 2017, hlm. 54.
- ^ Favereau 2021, hlm. 61–63; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 44, 47.
- ^ Barthold 1992, hlm. 455; Atwood 2004, hlm. 278.
- ^ Atwood 2004, hlm. 278; Broadbridge 2018, hlm. 169.
- ^ Dunnell 2023, hlm. 47; Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 248–249.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 136–137; Favereau 2021, hlm. 76; Dafeng & Jianyi 1998, hlm. 290.
- ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 137; Biran 2012, hlm. 69; Barthold 1992, hlm. 458.
- ^ Favereau & Pochekaev 2023, hlm. 249.
- ^ Atwood 2004, hlm. 201–202.
- ^ Panyushkina et al. 2022.
Daftar pustaka
sunting- Atwood, Christopher P. (2004). Encyclopedia of Mongolia and the Mongol Empire. New York: Facts on File. ISBN 978-0-8160-4671-3.
- Atwood, Christopher P. (2017). "Jochi and the Early Western Campaigns". Dalam Rossabi, Morris. How Mongolia Matters: War, Law, and Society. Leiden: Brill. hlm. 35–56. ISBN 978-9-0043-4340-5.
- Barthold, Vasily (1992). Bosworth, Clifford E., ed. Turkestan Down To The Mongol Invasion (edisi ke-Third). New Delhi: Munshiram Manoharlal. ISBN 978-8-1215-0544-4.
- Biran, Michal (2012). Chinggis Khan. Makers of the Muslim World. London: Oneworld Publications. ISBN 978-1-7807-4204-5.
- Boyle, John Andrew (2007). The Cambridge History of Iran Volume 5: The Saljuq and Mongol Periods. Cambridge: Cambridge University Press. doi:10.1017/CHOL9780521069366. ISBN 978-1-1390-5497-3.
- Broadbridge, Anne F. (2018). Women and the Making of the Mongol Empire. Cambridge Studies in Islamic Civilization. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-1-1086-3662-9.
- Chambers, James (1979). The Devil's Horsemen: The Mongol Invasion of Europe. New York: Atheneum. ISBN 978-0-6891-0942-3.
- Dafeng, Qu; Jianyi, Liu (1998). "On Some Problems Concerning Jochi's Lifetime". Central Asiatic Journal. 42 (2): 283–290.
- Dunnell, Ruth W. (2023). "The Rise of Chinggis Khan and the United Empire". Dalam Biran, Michal; Kim, Hodong. The Cambridge History of the Mongol Empire. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 19–106. ISBN 978-1-3163-3742-4.
- Favereau, Marie (2021). The Horde: How the Mongols Changed the World. Cambridge: Harvard University Press. ISBN 978-0-6742-7865-3.
- Favereau, Marie; Pochekaev, Roman Yu. (2023). "The Golden Horde, c. 1260–1502". Dalam Biran, Michal; Kim, Hodong. The Cambridge History of the Mongol Empire. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 243–318. ISBN 978-1-3163-3742-4.
- May, Timothy (2018). The Mongol Empire. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-4237-3.
- May, Timothy (2022a). "The Rise of Chinggis Khan". Dalam May, Timothy; Hope, Michael. The Mongol World. Abingdon: Routledge. hlm. 51–67. ISBN 978-1-3151-6517-2.
- May, Timothy (2022b). "The Conquest of Qara Khitai and Western Siberia". Dalam May, Timothy; Hope, Michael. The Mongol World. Abingdon: Routledge. hlm. 137–149. ISBN 978-1-3151-6517-2.
- Panyushkina, Irina P.; Usmanova, Emma R.; Uskenbay, Kanat Z.; Kozha, Mukhtar B.; Dzhumabekov, Dzhambul A.; Akhatov, Gaziz A.; Jull, A. J. Timothy (2022). "Chronology of the Golden Horde in Kazakhstan: 14C Dating of Jochi Khan Mausoleum". Radiocarbon. 64 (2): 323–331. doi:10.1017/RDC.2022.24.
- Ratchnevsky, Paul (1991). Genghis Khan: His Life and Legacy . Diterjemahkan oleh Thomas Haining. Oxford: Blackwell Publishing. ISBN 978-0-6311-6785-3.
Jochi Borjigin (1206–1634) Meninggal: 1226
| ||
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Tidak ada |
Gerombolan Emas 1225–1226 |
Diteruskan oleh: Batu Khan |