Soemantri Praptokoesoemo

Revisi sejak 22 Desember 2023 09.33 oleh Qibbor (bicara | kontrib)

Prof. Mr. Soemantri Praptokoesoemo atau Prof. Mr. Raden Mas. H. Soemantri Praptokoesoemo / Soemantri Praptokoesoemo, lahir di Kranggan, Temanggung, 12 Juni 1912 adalah putra dari Bapak RMP.Tejokoesoemo yang terakhir bekerja sebagai Asisten Wedana di Cilacap (kota). menikah dengan Rr. Oerip Yuliana Martohadinegoro [1] (Istri I) Soerti Oetami (Istri II). Merupakan seorang pejuang kemerdekaan, akademisi dan teknokrat.

Prof Mr Haji Raden Mas Soemantri Praptokoesoemo
Prof Mr Haji Raden Mas Soemantri Praptokoesoemo

Kehidupan Awal

Soemantri Praptokoesoemo adalah anak tertua dari seorang adik perempuan dan seorang adik laki-laki. Tiga bersaudara ini masih kecil-kecil ketika mereka menjadi yatim. Setelah ayahnya meninggal, mereka dibawa ibunya ke Madiun dan diserahkan kepada pamannya yang seorang Bupati Wonosobo.

Ia disekolahkan di Inlandsche School selama satu tahun. Kemudian ia pindah ke Blora mengikuti pamannya yang seorang Adjunct Djaksa. Disana ia di masukkan ke HIS Hollandsch-Inlandsche School dan tamat pada tahun 1926.

Kenangan yang membekas dalam ingatan Soemantri Praptokoesoemo kecil adalah dimana ia menyaksikan pamannya yang harus menyembah dan mlaku ndhodhok (berjalan sambil berjongkok) di hadapan residen Belanda supaya ia dapat izin masuk sekolah tersebut. Kenangan ini yang membuat ia tidak berminat menjadi pamong praja dan tidak mau masuk OSVIA Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren dan memilih MULO Meer Uitgebreid Lager Onderwijs di Surabaya (1926-1930), karena ia bercita-cita menjadi hakim. Cita cita ini timbul karena ia melihat bahwa kedudukan hakim tidak berada di bawah residen sehingga tidak perlu menyembah residen.

Pengaruh Pergerakan

Sejak di MULO, ia telah mendapat pengaruh dari Pergerakan Nasional melalui pidato-pidato dari Orang Pergerakan. Terutama karena ia merasa adanya diskriminasi terhadap murid-murid yang masuk MULO dari HIS yang mana harus memulai dari ELS Europeesche Lagere School. Pengaruh itu membawa ia dan kawan-kawan mendirikan perkumpulan anak-anak Indonesia yang bersekolah di MULO, dimana ia menjadi Wakil Ketua I.M.V Indonesische MULO Vereeniging. Selain itu ia juga menjadi anggota Jong Java. Hobbinya adalah sepak bola dan musik.

Setelah tamat dari MULO, ia di pindah ke ke Bandung dan bersekolah di AMS Algemeene Middelbare School setingkat SMA. Di sekolah ini minatnya kemudian berkembang terhadap mata pelajaran bahasa dan bahasa asing. Ia sangat tertarik terhadap bahasa Perancis, dikarenakan bahasa Perancis merupakan bahasa diplomasi pada masa itu.

Pengaruh orang-orang Pergerakan terhadap pendidikannya didapat melalui kursus-kursus yang di berikan oleh mahasiswa-mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia di Jakarta yang datang ke Kota Bandung, terutama dari Mohammad Yamin. Kemudian ia menjadi anggota Pengurus Indonesia Moeda di Bandung.

Keinginannya untuk melanjutkan dan memperdalam bahasa Perancis di Negara Perancis dan negara Belanda tidak dapat terlaksana karena ia tidak berhasil mendapatkan beasiswa. Karena itu ia terpaksa masuk Rechtshoogeschool te Batavia dan memilih jurusan Sociologisch Economissch dan selesai pada tahun 1942 dengan judul skripsi De Sociaal Economische Toestand Van De Desa Plered (Purwakarta) - Met Nadruk op de Keramische Industrie artinya Keadaaan Sosial-ekonimis desa Plered (Purwakarta) dengan menekankan pada kerajinan usaha keramik.

Selama menjadi mahasiswa ia tinggal bersama pamannya yang berdomisili di Kota Bogor. Ia ikut Unitas Studiosorum Indonesiesis (USI), juga Jong Java dan Perhimpunan Pelajar Indonesia [2](PPI)

Masa Pendudukan Jepang dan Masa Awal Kemerdekaan

Setelah menyelesaikan studinya di Rechtshoogeschool kemudian pada zaman penjajahan Jepang, ia bekerja di Gunseikanbu Naimubu Rumokyoku Koseika (Bagian Sosial Kantor Perburuhan, Departemen Dalam Negeri) di Jakarta. dengan tugas Nugyo Imin (Transmigrasi Petani) ke Lampung dan urusan Romusha juga dalam bantuan untuk fakir miskin.

Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia kantor Naimubu menjadi kantor Kementerian Sosial di bawah Menteri Iwa Koesoemasoemantri dengan program utama mencegah orang-orang Indonesia menjadi jongos atau babu orang Belanda.

Pengalaman yang sangat heroik yang di alami oleh Soemantri Praptokoesoemo pada masa ini adalah adanya insiden bendera di Kementerian dalam Negeri, karena bendera Merah Putih di turunkan oleh Kempeitai, sehingga dirasakan perlunya Menteri dalam Negeri yang saat itu di jabat oleh Wiranatakusumah V ikut menghadiri apel pengibaran bendera tersebut. Di dalam apel ini Soemantri Praptokoesoemo menjadi anggota pengibar bendera. Ia sempat di ancam Kempeitai tetapi tidak di perdulikannya. Persoalan tersebut kemudian selesai dengan pindahnya orang orang jepang yang bekerja untuk Naimubu dari kantor tersebut.

Agresi Belanda I dan II

Setelah masukknya NICA Pemerintahan Sipil Hindia Belanda, kantor Kementerian Sosial pindah ke Jalan Cemara dan setelah situasi bertambah gawat pindah ke Daerah Istimewa Yogyakarta dan selama Revolusi fisik berkantor di Jalan Code bersama-sama dengan Kementerian Penerangan dan Kementerian Pertahanan.

Departemen Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia didirikan pada tanggal 19 Agustus 1945 oleh Surat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Tugas utama adalah mengurus korban perjuangan dan pengungsi fakir miskin dan anak yatim.

Pada masa Agresi Militer Belanda II, kantor di Jalan Code dihancurkan Belanda, sehingga harus mulai lagi dari awal dimana Kantor berpindah ke Tugu No.48.

Soemantri Praptokoesoemo merupakan salah seorang penyusun organisasi Departemen Sosial. Ia juga telah menciptakan cara-cara bimbingan sosial terhadap masyarakat dengan usaha mengalihkan anak-anak bandel menjadi kurir-kurir yang berani, dengan tujuan untuk menghubungi para gerilyawan pejuang kemerdekaan dan merampas senjata-senjata Belanda.

Setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia, kementerian Sosial pindah kembali ke Jakarta, Tetapi Soemantri Praptokoesoemo tetap tinggal di Yogyakarta dan bekerja pada Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Berkas:Bersama Mohammad Hatta.jpg
kegiatan bersama Mohammad Hatta

Prof. Mr. Haji. Raden Mas. Soemantri Praptokoesoemo adalah pencipta lambang pembangunan kesejahteraan sosial . Dimana kemudian lambang tersebut digunakan menjadi Lambang Satyalancana Kebaktian Sosial. Ia menjabat sebagai Sekretaris Jendral Departemen Sosial Republik Indonesia.

Pada masa Menteri Muljadi Djojomartono ia dikirim ke Inggris 1957-1958 untuk belajar masalah kesejahteraan sosial Course of Instruction in Social Welfare selama satu tahun, yang dimana sebelumnya ia telah mendirikan Balai Penelitian Kesejahteraan Sosial di Yogyakarta [[3]] [[4]] .

Pada masa RIS Republik Indonesia Serikat ia tetap bekerja di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Pimpinan Bagian Tehnis Departemen Sosial.

Pada tahun 1956 Soemantri Praptokoesoemo menjadi Dosen Luar Biasa fakultas Sosial Politik di Universitas Gajah Mada dalam mata kuliah Capita Selecta. Pada tahun 1962 mendirikan Fakultas Kesejahteraan Sosial di Universitas Muhammadiyah Jakarta yang kemudian berubah menjadi Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, dan pada tahun 1982 menjadi Dekan di fakultas tersebut. Kemudia diangkat menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Fakultas Keguruan IKIP Bandung) pada tahun 1978.

Pada masa menjelang G-30-S/PKI ia mendirikan Ikatan Keluarga Sosial sebagai tandingan dari Sarekat Sekerdja Sosial yang kemudian di bekukan oleh dirinya sendiri selaku Sekretaris Jendral Departemen Sosial.

Soemantri Praptokoesoemo adalah pencetus ide Karang Taruna untuk menampung kegiatan para remaja.

Berkas:Bersama dengan Presiden Soeharto di kediaman beliau.jpg
bersama denga Presiden Soeharto

Prof. Mr. Haji. RM. Soemantri Praptokoesoemo pensiun dari Kementrian Sosial pada tahun 1969, namun beliau tetap berkarir sebagai pengajar atau dosen di beberapa kampus negeri dan swasta di Indonesia hingga akhir hayatnya. Ia banyak menulis artikel mengenai Pekerjaan Sosial di Indonesia.

Jabatan / Karir

1. Sekjen Departement Sosial RI 1945-1969 2. Guru Besar Universitas Muhammadiyah Jakarta 3. Guru Besar Luar Biasa IKIP Bandung 4. Dosen Luar Biasa Universitas Gajah Mada 1956 5. Guru Besar PTIK 6. Dewan Redaksi Penerbitan Buku Ilmu Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara - Anggota 7. Naimubu - Santoo Gizyutukan - Naimubu Zuki [5]

Buku / Karya Tulis / Artikel
 

1. Pademalan Sosial 2. Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia 3. Pembangunan Keluarga Sejahtera 4. Kesejahteraan anak 5. Riwayat Usaha-Usaha Kesejahteraan Sosial di Indonesia 6. Ilmu - Ilmu Sosial dan Pekerjaan Sosial 7. Hal - Hal Kemanusiaan 8. Kepribadian sebagai Karakter Susila, Esensi Mental dan Orde baru 9. Manusia Lanjut Usia 10. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila 11. Kepribadian dalam hubungan antar Manusia 12. Manusia Sebagai Makhluk Susila 13. Akal dan Karsa dalam Perbuatan Manusia 14. Kewajiban dan Hatinurani 15. Fragmenta Socialia 16. Himpunanan Bahan Kuliah Etika Jabatan 17 Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial 1982 [6] [7] [8] [9] [10]

Referensi

1. KAN PO(Berita Pemerintah) Madjallah diterbitkan oleh Gunseikanbu.[1]

2. Biografi Nasional, Biografi Guru-Guru Besar DKI Jakarta.[2]

3. Fungsi Administrasi Negara.[3]

4. Orang Orang Indonesia Terkemuka Di jawa.[4]


  1. ^ [11], Masa Pemerintahan Jepang.
  2. ^ [12], Terbitan Depdikbud.
  3. ^ [13].Dewan Redaksi Penerbitan Buku Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara
  4. ^ [14].Orang Indonesia Jang Terkemoeka Di Djawa Tjetakan Pertama