Budaya India-Indonesia

budaya keturunan India di Indonesia
Revisi sejak 28 Desember 2023 04.42 oleh 125.160.237.79 (bicara) (Dangdut)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Budaya India-Indonesia merujuk kepada jenis kebudayaan peranakan India yang berakulturasi dan/atau berasimilasi dengan kebudayaan Indonesia juga budaya India yang berkembang di Indonesia.

Masyarakat India-Indonesia kontemporer di Kuil Sri Mariamman

Bahasa

sunting

Bahasa Sanskerta telah lama hadir di Nusantara sejak ribuan tahun lalu, bahkan banyak nama orang Indonesia yang menggunakan nama-nama India atau Hindu (Sanskerta), meskipun tidak berarti bahwa mereka beragama Hindu. Ini karena pengaruh budaya India yang datang ke Nusantara sejak ribuan tahun yang lalu selama Indianisasi kerajaan-kerajaan Asia Tenggara (Hindu-Buddha), dan sejak itu, budaya India ini dilihat sebagai bagian dari budaya Indonesia, terutama dalam budaya Jawa, Bali, dan beberapa bagian dari Nusantara lainya. Dengan demikian, budaya Hindu atau India yang terkait di Indonesia hadir tidak hanya sebagai bagian dari agama, tetapi juga budaya. Akibatnya, adalah umum untuk menemukan orang-orang Indonesia Muslim atau Kristen dengan nama-nama yang bernuansa India atau Sanskerta. Tidak seperti nama-nama yang berasal dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Thaidan Khmer, pengucapan nama-nama Sanskerta dalam bahasa Jawa atau Indonesia mirip dengan pelafalan India asli, kecuali bahwa "v" diubah menjadi "w", contohnya "Vishnu" di India berubah menjadi "Wisnu" jika di Indonesia.

Bahasa Tamil dan bahasa Punjab merupakan bahasa dari India lainnya yang paling banyak dipertuturkan di Indonesia. Bahasa Tamil dipertuturkan oleh etnik Tamil; sementara bahasa Punjab dipertuturkan oleh etnik Punjab.

Arsitektur dan seni bangunan

sunting

Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-Buddha yang berasal dari India dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau sang Buddha, serta bagian-bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India.[1]

Seni pertunjukan

sunting

Teater

sunting

Wayang

sunting

Wayang sebagai budaya asli Indonesia berakulturasi dengan budaya India, unsur cerita-cerita pewayangan Ramayana dan Mahabarata merupakan berasal dari India.

Sendratari Ramayana

sunting
 
Sendratari Ramayana

Sendratari Ramayana merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog yang mengangkat cerita Ramayana. Sendratari Ramayana menceritakan kisah tentang usaha Rama untuk menyelamatkan Sinta yang diculik oleh Rahwana. Sendratari Ramayana merupakan salah satu media dalam menyajikan wiracarita atau epos Ramayana, media lain seperti seni sastra, seni rupa, dan pelbagai seni pertunjukan.

Dangdut

sunting

Dangdut merupakan genre musik asli India yang di dalamnya terkandung unsur-unsur budaya Hindustani (India), Arab, dan Melayu.

Busana

sunting

Sari merupakan busana tradisional India yang dikenakan dengan cara dililitkan pada tubuh sang pemakai. Umumnya busana ini terdiri atas 5-6 lembar kain.

Punjabi

sunting

Punjabi merupakan busana tradisional India yang terdiri dari blus panjang yang disertai dengan kain panjang pada lengan.

Perayaan dan festival

sunting

Waisak

sunting

Waisak adalah hari suci agama Buddha yang mana untuk memperingati kelahiran, pemenangan (ilmu), dan wafatnya sang Buddha. Waisak dirayakan di seluruh Indonesia oleh umat Buddha.

Dipawali

sunting
 
Perayaan Diwali

Diwali merupakan festival yang melambangkan kemenangan baik atas buruk dan lampu dinyalakan sebagai tanda perayaan serta harapan umat manusia. Lampu dinyalakan sebagai tanda perayaan serta harapan umat manusia. Momen ini juga menjadi waktu mempererat tali persaudaraan bagi etnis Tamil terutama umat Hindu.[2] Akhir-akhir ini, komunitas India-Indonesia meminta agar hari raya Diwali ini diabsahkan dan dijadikan sebagai hari libur nasional.[3] Festival Diwali dihelat oleh banyak orang Tamil dan umat Hindu di Indonesia, di antaranya di Medan, Jakarta, dan Bali.

Serak Gulo

sunting

Serak Gulo atau Serak Gula merupakan tradisi dan festival menyerak (membagi-bagikan) gula sebagai bentuk dari rasa syukur atas rezeki selama setahun. Tradisi ini dilakukan dengan mengumpulkan gula, kemudian dibungkus kain warna-warni, dan akhirnya diserak.[4] Festival Serak Gulo dilaksanakan di Padang setiap tahunnya oleh Muslim India.

Thaipusam

sunting

Thaipusam adalah festival wujud rasa syukur atas kemenangan Dewa Murugan. Pada perayaan ini, umat Hindu akan membawa patung Dewa Murugan dengan kereta kencana (Radoo) yang berusia 126 tahun. Thaipusam ini dirayakan oleh orang Tamil di seluruh Indonesia, terutama Aceh dan Sumatera Utara.[5]

Holi merupakan festival yang dirayakan dengan cara saling melemparkan bubuk berwarna-warni atau saling menyiramkan air berwarna-warni. Festival ini diadakan di indonesia seperti color run.

Hidangan

sunting
 
Roti canai di Indonesia

Pengaruh India terhadap masakan Nusantara, dapat ditelusuri lewat hubungan antara Kesultanan Mughal di India dengan Aceh, sekitar abad 15 hingga abad 16.[6] Beberapa pengaruh Mughal diduga dapat ditemukan dalam masakan yang pedas dan bersantan. Terdapat dua pendapat berbeda soal asal usul rasa pedas ini. Pertama, sumber pedas disebutkan berasal dari cabai yang dibawa oleh bangsa Portugis ke Mughal, hingga sampai ke Nusantara. Kedua, orang India sebenarnya sudah mengenal cabai, jauh sebelum orang Portugis datang.

Masakan Indonesia dengan pengaruh India, diduga terdapat dalam megana atau cacahan sayur nangka, yang masih bisa ditemui di daerah Pekalongan, Wonosobo, dan Temanggung. Masakan ini berada di wilayah-wilayah yang merupakan bekas daerah kerajaan Hindu awal di Jawa, yaitu Kalingga.

Terlepas dari pengaruh hidangan India dalam hidangan Indonesia, banyak khazanah makanan khas India-Indonesia diantaranya roti canai, nasi briyani, ayam tandoori, kare, naan, samosa, idli, kue apam, dan teh tarik.

Lihat pula

sunting

Budaya peranakan lainnya:

Referensi

sunting
  1. ^ Merujuk buku Sejarah Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2006 kurikulum 2013 cetakan ke-3
  2. ^ https://www.gatra.com/rubrik/hiburan/wisata/355656-Rayakan-Deepavali-Pekan-Kebudayaan-India-Siap-Digelar-di-Medan[pranala nonaktif permanen], diakses 24 November 2018
  3. ^ https://tirto.id/mengapa-diwali-perlu-disahkan-sebagai-hari-libur-nasional-c9A1, diakses 24 November 2018
  4. ^ https://www.bbc.com/indonesia/majalah-39112360, diakses 24 November 2018
  5. ^ https://www.vice.com/id_id/article/mbxxbq/perayaan-thaipusam-warga-etnis-india-tamil-yang-tersisa-di-aceh. Diakses 6 Februari 2019
  6. ^ Jejak Pangan India di Nusantara[pranala nonaktif permanen] Kompas, 1 Oktober 2010. Diakses 9 Juli 2011.