Widji Thukul
Widji Thukul, (lahir 26 Agustus 1963) yang bernama asli Widji Widodo adalah penyair dan aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia. Thukul merupakan salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru namun pada tanggal 27 Juli 1998, Tukul menghilang dan tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang, muncul dugaan bahwa Thukul diculik oleh militer bersama beberapa aktivis lainnya.
Widji Thukul | |
---|---|
Lahir | Widji Widodo 26 Agustus 1963 Solo, Jawa Tengah, Indonesia |
Menghilang | 10 Februari 1998 (pada umur 34 tahun)[1] |
Status | Hilang selama Error: Need valid year, month, day |
Pekerjaan | penyair, aktivis |
Tahun aktif | Angkatan Reformasi |
Suami/istri | Siti Dyah Sujirah |
Anak | Fitri Nganthi Wani, Fajar Merah |
Keluarga
Thukul, begitu sapaan akrabnya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia lahir dari keluarga Katolik dengan keadaan ekonomi sederhana. Ayahnya adalah seorang penarik becak, sementara ibunya terkadang menjual ayam bumbu untuk membantu perekonomian keluarga.[2]
Thukul Mulai menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di bangku SMP. Bersama kelompok Teater Jagat, ia pernah ngamen puisi keluar masuk kampung dan kota. Sempat pula menyambung hidupnya dengan berjualan koran, jadi calo karcis bioskop, dan menjadi tukang pelitur di sebuah perusahaan mebel. Pada Oktober 1989, Thukul menikah dengan istrinya Siti Dyah Sujirah alias Sipon yang saat itu berprofesi sebagai buruh.[3] Tak lama semenjak pernikahannya, Pasangan Thukul-Sipon dikaruniai anak pertama bernama Fitri Nganthi Wani, kemudian pada tanggal 22 Desember 1993 anak kedua mereka lahir yang diberi nama Fajar Merah.[2]
Pendidikan
Thukul pernah bersekolah di SMP Negeri 8 Solo dan melanjutkan pendidikannya hingga kelas dua di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia jurusan tari.[2] Thukul memutuskan untuk berhenti sekolah karena kesulitan keuangan.[4]
Aktivitas
Selama masa hidupnya ia aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Jagalan, tempat ia dan anak istrinya tinggal. Pada 1994, terjadi aksi petani di Bringin, Ngawi. Thukul yang memimpin massa dan melakukan orasi ditangkap serta dipukuli militer. Pada 1992 ia ikut demonstrasi memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo. Tahun-tahun berikutnya Thukul aktif di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (JAKER) sebagai ketua.[5] Tahun 1995 mengalami cedera mata kanan karena dibenturkan pada mobil oleh aparat sewaktu ikut dalam aksi protes karyawan PT Sritex. Peristiwa 27 Juli 1998 menghilangkan jejaknya hingga saat ini. Ia salah seorang dari belasan aktivis yang hilang. April 2000, istri Thukul, Sipon melaporkan suaminya yang hilang ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Forum Sastra Surakarta (FSS) yang dimotori penyair Sosiawan Leak dan Wowok Hesti Prabowo mengadakan sebuah forum solidaritas atas hilangnya Thukul berjudul "Thukul, Pulanglah" yang diadakan di Surabaya, Mojokerto, Solo, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta.
Menghilang
Kerusuhan pada Mei 1998 telah menyeret beberapa nama aktivis kedalam daftar pencarian aparat Kopassus Mawar.[2] Di antara para aktivis itu adalah aktivis dari Partai Rakyat Demokratik, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Persatuan Pembangunan, JAKKER, pengusaha, mahasiswa, dan pelajar yang menghilang terhitung sejak bulan April hingga Mei 1998.[6] Semenjak bulan Juli 1996, Thukul sudah berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat. Dalam pelariannya itu Thukul tetap menulis puisi-puisi pro-demokrasi yang salah satu di antaranya berjudul Para Jendral Marah-Marah. Pada tahun 2000, Sipon melaporkan hilangnya Thukul pada KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), namun Thukul belum ditemukan hingga kini. Istri Thukul, Sipon kemudian meninggal dunia pada 2023.[7]
Karya
Ada tiga sajak Thukul yang populer dan menjadi sajak wajib dalam aksi-aksi massa, yaitu Peringatan, Sajak Suara, serta Bunga dan Tembok (ketiganya ada dalam antologi "Mencari Tanah Lapang" yang diterbitkan oleh Manus Amici, Belanda, pada 1994. Tapi, sesungguhnya antologi tersebut diterbitkan oleh kerjasama KITLV dan penerbit Hasta Mitra, Jakarta. Nama penerbit fiktif Manus Amici digunakan untuk menghindar dari pelarangan pemerintah Orde Baru.
- Dua kumpulan puisinya : Puisi Pelo (1984) dan Darman dan Lain-lain (1994)
- Antologi puisinya Mencari Tanah Lapang (1994)
- Puisi: Bunga dan Tembok[4]
- Puisi: Peringatan
- Puisi: Kesaksian [1] Diarsipkan 2007-05-02 di Wayback Machine.
Prestasi dan penghargaan
- 1989, ia diundang membaca puisi di Kedubes Jerman di Jakarta oleh Goethe Institut.
- 1991, ia tampil ngamen puisi pada Pasar Malam Puisi (Erasmus Huis; Pusat Kebudayaan Belanda, Jakarta).
- 1991, ia memperoleh Wertheim Encourage Award yang diberikan Wertheim Stichting, Belanda, bersama WS Rendra.
- 2002, dianugerahi penghargaan "Yap Thiam Hien Award 2002"
- 2002, sebuah film dokumenter tentang Widji Thukul dibuat oleh Tinuk Yampolsky.
Lihat pula
Pranala luar
- Wiji Thukul dan Orang Hilang Diarsipkan 2005-07-16 di Wayback Machine.
- Tokoh Indonesia Diarsipkan 2006-06-28 di Wayback Machine.
Referensi
- ^ Arofiati, Amalia Husnul (2020-08-27). "MENGENAL Wiji Thukul, Aktivis yang Hilang Sejak Tahun 1998, Hingga 5x Ganti Presiden Belum Ditemukan". Tribunnews.com.
- ^ a b c d Tempo; Edisi Khusus: Tragedi Mei 1998-2013, Jakarta: Tempo, 2013 Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Tempo" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-07-16. Diakses tanggal 2006-01-12.
- ^ a b http://relawan.net/wmview.php?ArtID=347
- ^ Obrigados, Wilson. "Wiji Thukul Biar Jadi Mimpi Buruk Presiden". tirto.id. Diakses tanggal 2022-08-24.
- ^ Sholih, Mufti. "Sejarah Kontroversi Andi Arief: Wiji Thukul, Prabowo, Kini Narkoba". tirto.id. Diakses tanggal 2023-11-14.
- ^ Afifa, Laila (6 January 2023). "Siti Diyah Sujirah, Wife of Missing Activist Wiji Thukul Passes Away". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2 May 2023.